"Little do you know, perasaan gue hancur setiap liat wajah lo yang tertidur," berbalik badan, enggan lagi menatap sosok di hadapannya. "Bahkan, wajah tidur lo gak pernah tenang. Gue tau, lo nyembunyiin sesuatu."
"Dhit," lirih, hampir tak bersuara kalau saja bibirnya terus mengatup. Terduduk, tak sanggup lagi menatap samudra hitam yang diredupkan olehnya.
"Little do you know, Nel," suara yang begitu khas terdengar bergetar di balik punggung mungilnya. "Gue udah hancur selama ini. I'm trying to pick myself from piece by piece, berusaha bertahan. Dan kini lo runtuhin gue lagi."
Sang samudra benar-benar runtuh, sedangkan sang arang yang kehilangan apinya hanya bisa berdiam diri di tempat.
"Gue kecewa,"
Angin dingin menguasai hawa sekitar, seakan melenyapkan semua suara kecuali bisikan keduanya. Indurasmi sang dewi tak terpancar lagi. Ia tak ingin benawat afsunnya pada dunia, kala dua insan sedang hancur di bawah pancarannya.
"Gue butuh waktu," setelah sekian lama berdiam, pemilik senyum rembulan itu kembali berbisik dan berbalik badan, menghadap pemuda jangkung yang tertunduk dibuatnya.
"I'm ready to forgive you," senyum tipis ia terbitkan, sesaat sebelum akhirnya mendekati sang sahabat yang berlutut di hadapannya. Tangan mungil itu meraih pipi tembam sang pemuda jangkung, mengusap air mata yang terus turun darinya. "Tapi, lo tau sendiri. Forgetting is a harder fight. I need a little more time, Nel."
"I-I'll wait, Dhit," tangisannya bertambah deras seiring perlakuan yang ditujukan untuknya semakin intens. "B-Bahkan jika lo gak akan pernah maafin gue, gue terima itu."
"Gue tau, all my mistakes slowly drowning me, tapi gue terima konsekuensi itu. Gue gak mau lo ikut tenggelam. Gue gak mau samudra indah itu melenyapkan lo, Dhit."
"Gak perlu takut gue akan hilang. Selama lo belum bisa maafin gue, gue akan selalu nunggu. The love you see right here stays, so, lay your head on me,"
"You know? I-I love you, like you've never felt the pain," bisikan yang ia lontarkan mampu membuat Adhit terguncang hebat. Pundak lebar jadi sasaran untuknya menumpukan semua beban. Menangislah sepuas kalian, begitu yang dipancarkan oleh sang dewi malam kala melihat keduanya bersimpuh di bawah nabastala kelam.
"I love you, like I've never been afraid," yang lebih muda berbisik tepat di telinga yang lebih tua, menggelitik seluruh inderanya nan melemah di waktu yang sama. "Gue sayang sama lo."
Samudra hitam menumpahkan percikannya pada arang membara, mematikan keseluruhan cahaya yang jadi kebanggaannya. Semua kesalahan dipudarkan oleh pendaran indurasmi yang terpantul dari percikan samudra. Sedangkan samudra itu sendiri, ia terkuras habis oleh betapa keras kepalanya arang yang tak mau tunduk di hadapannya.
Kini, semuanya sama saja. Impas; seri; seimbang. Antara samudra maupun arang, tak ada yang berpendar lebih terang.
---
6/6/2020.[Edit: aing goblo ih, lupa belum publish ini. Padahal niatnya publish malming, dan malah ketiduran. Dah", tak publish sekarang ya walau dah tanggal 7]
/a/n/
Aku suka bromance. Aku suka angst. Aku cinta NelDhit. Aku sayang kalian, ehek🌚👉👈 /apasih woi.
Maapkan ketidakjelasanku dan ketidaknyambunganku ya, ges. Maapkan tiba" ngepost NelDhit mulu di sini, balik jdi kek dulu lagi dah. Gara" NelDhit inimah🌚👉👈
Bagi yang belom tau, kemaren Adhit ngepost foto, trus gaada angin gaada hujan, dia komen di post-annya sendiri. "Love u @beaconcream." gitu. Seorang Lora yang merupakan CreamDreamers akut, MANA GA HISTERIS SIH🌚🌚🌚👉👈
Btw, isi part kali ini tuh terinspirasi dari lagu Little Do You Know. Sedikit aku campur sama alurnya Lies juga, sih. Karna pas denger lagunya, aku merasakan sedikit vibe dari Lies. Tapi gaada hubungan sama cerita aslinya, kok, huehue.
Dah dah, semoga hari kalian menyenangkan! 🌚👉👈💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Rindu
FanfictionUntuk kamu, sang perindu senyumku. ーRandom oneshots of 4Brothers. Start: 25/12/2019. p.s. only friendship-centric. non-yaoi/non-bxb.