; Cinta Karena Pentol

116 13 23
                                    

[Nelson × Y/N] Enjoy! Abaikan saja judulnya, yak. xD
---

Oh, hai! Tunggu sebentar di situ. Yak, silahkan duduk! Buat dirimu nyaman, ya, anggap saja rumah sendiri. Karena, aku akan bercerita mengenai masa laluku. Masa perkuliahan, di mana aku bertemu dengannya, lelaki yang kini jadi pacarku.

Perkenalkan, namaku [Y/N], seorang wanita biasa-biasa saja yang dengan beruntungnya dapat bertemu dengan ia, lelaki manis idaman banyak orang. Dan inilah kisahku.

"[Y/N]!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"[Y/N]!"

Merasa ada yang memanggil, aku pun menoleh ke belakang, lantas tersenyum. Sosok bersurai hitam dan berkacamata itu melambaikan tangannya ke padaku, menyunggingkan senyum khasnya yang manis dan menawan.

"Ya!" Jawabku singkat, masih tersenyum. Ia berlari kecil menghampiriku, lalu menyerahkan suatu benda yang selalu ia berikan padaku; lolipop. Padahal, aku bukanlah seorang gadis penggemar lolipop. Malahan, dia yang adalah seorang penggemar permen dan makanan manis.

"Lolipop lagi, Nel?" Aku terkekeh, seraya membuka bungkus lolipop pemberian Nelson. Pemuda itu melemparkan cengiran, sembari membuka bungkus cokelat kesukaannya. Mungkin karena inilah ia terlihat manis, terutama saat tersenyum. Kan, jajanan sehari-harinya adalah gula!

"Gak usah tanya lagi, Ce. Lo tau, lah," ujarnya, terkekeh geli. Barusan, dia memanggilku dengan julukan Ce. Yah, memang benar. Apa kalian tahu? Aku ini mahasiswi semester empat yang berusia sembilanbelas tahun, sedangkan ia murid kelas 12 SMA yang berusia delapanbelastahun. Jarak umur kami hanya setahun, namun katanya, ia lebih nyaman memanggilku Cece. Yah, ia memang sedikit unik.

Aku balik terkekeh, menimpali perkataannya. Namun, suatu hal menarik perhatianku, terlebih kala aku memperhatikan penampilannya hari ini. Kedua alisku bertaut, menatapnya dengan tatapan heran. "Kok lo beda dari biasanya sih, Nel?"

Nelson menatap penampilan dirinya sendiri, lantas balik menatapku, sembari terkekeh pelan. "Gue tambah ganteng, ya?"

Kupukul pelan pundaknya, sembari tertawa kecil. "Dih, siapa bilang?!"

"Nelson Wijaya Putra yang bilang!"

Aku tertawa, lagi. Ya, hari-hariku akan dipenuhi oleh canda tawa serta senyuman jika sudah bersama dengan Nelson. Dan hal itu terjadi setiap dua minggu! Kita sering jalan-jalan bersama setiap dua minggu sekali. Betapa bahagianya aku. Yah, walaupun, bukan kencan, kurasa. Sampai sekarang kami hanya teman akrab. Itu saja.

"Enggak, bukan gitu. Maksud gue, style lo beda aja gitu. Biasanya hobi banget pake hoodie, hari ini pake kaos sama kemeja aja,"

Pemuda jangkung itu menatapku dengan tatapan aneh, lantas kembali tersenyum geli. "Sekali-kali, lah, yaa."

Aku hanya mengangguk sembari tersenyum. Nelson merangkulku, lalu menarikku untuk beranjak meninggalkan taman. Sebenarnya, kami hendak menuju ke cafe yang ada di sekitar sini, namun lebih mudah jika awalnya bertemu dulu di taman. Nelson tidak bisa menjemputku karena suatu hal, dan aku memakluminya. Toh, aku bukan tipe gadis yang harus selalu dijemput pangeran layaknya tuan putri.

Angin RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang