Atensi sepenuhnya terpusat pada benda menyala yang berwarna-warni itu. Bentuknya kotak, berukuran besar, dan memiliki kaca yang transparan.
Claw machine.
Manik hitamnya berbinar kala melihat boneka yang begitu imut dan peluk-able, terjebak di dalam mesin itu, seakan-akan meminta untuk dibawa pulang.
Menarik pelan lengan jaket pemuda jangkung yang berdiri di sebelahnya, lantas mendongak untuk menatap wajah lawan bicara. "Nel, menurut lo, sebagai lelaki dewasa, gue masih pantes dapetin boneka itu, gak?" Ujarnya, menujuk ke arah claw machine yang tadi ia lihat.
Nelson menundukkan kepala, menatap manik lawan bicaranya. Lantas mengganti arah pandangan mengikuti apa yang ditunjukkan oleh Adhit. "Kalo lo emang suka, ya sana, main aja gak papa."
Menggaruk bagian belakang kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, sembari bergumam aneh. "Gue malu, ih."
"Gue temenin," Nelson pun menarik lembut pergelangan tangan sang sahabat, membawa pemuda itu menuju claw machine yang dimaksud. "Gue jago mainnya!"
Hanya mengangguk sebagai balasan, lantas berdiri di samping mesin berbentuk kotak tersebut. Menyaksikan bagaimana Nelson dengan percaya dirinya mulai memainkan permainan itu.
Bluk.
"Yah, gagal, Dhit!"
Percobaan pertama gagal. Boneka yang ditarget berhasil tercapit, namun tetap saja, tak cukup untuk membuatnya terangkat dari tempat. Kegregetan mulai menyelimuti keduanya, seakan-akan menjadi candu untuk terus mencoba permainan itu.
"WOIIIII, TINGGAL DIKIT LAGI, AELAH,"
Percobaan entah ke berapa kalinya, boneka yang dicapit Nelson sudah berhasil terangkat dan terbawa. Namun, sayang sekali. Keberuntungan tidak berpihak pada mereka berdua. Bonekanya memang terbawa, namun, benda empuk itu jatuh di tempat yang tidak tepat.
Persis di sebelah lubang tempat keluar.
(Greget sekali, bukan? :v)
Nelson hampir saja menggebrak mesin itu kalau saja tangannya tidak ditahan oleh Adhit. Ia benar-benar kesal. "BANGSAT IH, GREGET GUE."
"Sabar, Nel. Kan yang pengen gue, kok lo yang greget?"
Menoleh, lantas menatap seraya tersenyum pada si pemuda yang lebih pendek. Manik hitamnya menorehkan kelembutan serta kehangatan, yang bahkan tidak bisa dipahami apa maksudnya oleh Adhit. Yang pasti; nyaman.
"Lo yang pengen, kan, Dhit?" Masih bertahan pada senyumnya yang hangat bak mentari, seraya memusatkan atensi pada manik kelam lawan bicaranya. "Gue juga pengen. Pengen liat lo senyum."
Terdiam, seolah terpaku oleh atensi yang dipusatkan penuh olehnya. Membeku, seiring suara mesin dan benda empuk yang jatuh menggentayangi pendengaran.
Bluk!
Klang!
"Asek, dapet Pikachu,"
Mata berbinar kala melihat benda empuk berwarna kuning yang disodorkan ke hadapannya. Tangan tak kuasa untuk tak menyambar dan langsung mendekap benda empuk itu. "EH, ANJIR, DAPET BENERAN. MAKASIH."
Salah satu sisi lembut dari Adhit; ia menyukai hal yang manis, empuk, serta hangat.
Tangan tergerak untuk mengusak surai hitam sang sahabat, menyalurkan kehangatan--lagi--untuk ia yang berada di hadapannya. "Sama-sama."
"Btw, apa yang lo bilang tadi--" menggantung kalimatnya untuk mendongak dan menatap manik lawan bicaranya. Terdiam beberapa saat, lantas terkekeh geli. "GAK USAH NGOMONG KAYAK GITU, SAT. GELI GUE, SUMPAH. INI BULU KUDUK MERINDING."
"PFTTT--"
"YEEEU, SI SEMPAK MALAH NGAKAK,"
"Ya maap, biar drama aja,"
"Gue geli, bangsul,"
"Mau main capit-capit boneka lagi?"
"Ga, dikira cewek?"
"Tadi katanya mau boneka,"
"Kan udah dapet Pikachu,"
"Trus?"
"Yaudah! Mending ngegacha, siapa tau dapet action figure waifu gue,"
"TAKAGI-CHAN ADA GA?"
"LOLICON BANGSUL,"
Keduanya sibuk berdebat, selagi Pikachu hasil usaha keduanya (sebenarnya hanya Nelson) menonton dari celah tas ransel. Ia memang benda mati, namun rasanya, benda itu bisa mengabadikan momen ini bagi keduanya, sebagai bentuk dari memoar yang akan tercipta.
Dalam benak masing-masing.
---
21/2/2020/a/n/
WOI AKU NULIS APAAN. SUMPAHAN DAHHDHSJNFNSBTJEJFNSNGNENFNFNWNFNSNENFNFNENFNNG.
Oke, oke. Masih author block, gais:'))
Mau crita. Kotaku hujaaaaan trus. Hari rabu kmrn, hujan dri jam 5 sore (aku hbis plg ekstra). Hujannya ga berhenti" woii. Dan tau, gak? HUJAN SAMPE JAM 2 SIANG HARI KAMIS. SEHARIAAAAN:(
Dingin banget, kayak sikapnya doi. /anzai
Hal itu membuat aku makin authorblock(?) Aku jg gatau:v
Intinya gitu, lah. Wkwk. Draft udh dri kapan, bru bisa publish skrg. Maap kalo gaje, ya:'))
Semoga hari kalian menyenangkan! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Rindu
FanfictionUntuk kamu, sang perindu senyumku. ーRandom oneshots of 4Brothers. Start: 25/12/2019. p.s. only friendship-centric. non-yaoi/non-bxb.