Telah Direvisi.
Siapapun,yang memetik mawar,dia harus tergores oleh belatinya,sekalipun itu ela
#Alana Pryshillya
"Pagi" sapa ela turun dari tangga dengan senyuman kecilnya.
Ia kemudian menghampiri sania dan mencium keningnya, setelah itu ia duduk di samping Alana yang terlihat sedang menikmati potongan-potongan apel didepannya.
"Berangkat sendiri!" Ucap alana,"jalan" lanjutnya.
Ela hanya bisa diam dan menghela nafas,jangan salahkan alana,karena memang ini kesalahannya.
"Al berangkat" ucap alana kemudian ia keluar meninggalkan rumahnya, Al tidak bodoh akan Ela yang nekat berangkat menaiki angkutan umum,ia sudah memasang pelacak pada Kalung Ela yang ia belikan.
Saat ini,ela terengah-engah berjalan dikoridor kelas sepuluh, lantaran ia harus berjalan kaki dari rumahnya menuju sekolah,yang bisa dibilang jauh.
Setelah sampai di kelas ia langsung saja duduk dan menghabiskan sisa air mineral yang ia beli Dipertengahan jalan menuju sekolah.
"El? Lu gapapa? Kaya abis Marathon gitu keringetnya, nih lap dulu" Ucap Sinta yang menghampiri meja ela sambil mengulurkan tisu untuknya.
"Ga-gapapa" Jawabnya dengan nafas terengah-engah.
Setelah itu keadaan ketiganya bungkam.
Ela yang berhasil mengatur kembali nafasnya heran melihat tingkah kedua sahabatnya yang sedari tadi saling melemparkan tatapan entah apa maksudnya."Kalian kenapa si? " Tanya ela.
"Eumm.. Ell kita turut berduka cita, lu gausah sedih kita masih ada disini buat lu kok" Ucap Evi.
"Maksudnya apaan dah? Siapa yang meninggal bego" Saut ela.
Evi dan Sinta kembali saling melemparkan tatapan mendengar jawaban dari ela.
"Wait.. Lu belum denger berita?" Tanya sinta.
Ela hanya menggelengkan kepalanya dan sedikit mengangkat bahunya.
Lagi dan lagi kedua sahabatnya itu saling melemparkan tatapan yang membuat Ela bingung melihat tingkah kedua sahabatnya.
"Eumm.. Itu anu kucing tetangga lu kan meninggal, yang sering ketemu pas kita jalan-jalan di sekitar rumah lu el" Ucap evi mengalihkan topik.
"Nahh iya itu, tadi gw denger dari adik lu kalo dia meninggal, sedih banget pasti lu kan el" Tambah Sinta.
Ela hanya diam menanggapi perkataan kedua sahabatnya, heran pastinya.
Kapan ada kucing main kerumah?
Tak berselang lama setelah itu bel masuk terdengar, kemudian mereka memfokuskan diri dengan guru yang ada didepan kelas, bukan mereka, lebih tepatnya hanya Ela tidak dengan kedua sahabatnya yang merasa bersalah karena telah berbohong kepadanya.
***
Bel pulang terdengar nyaring di seluruh penjuru sekolah, seluruh siswa/i berhamburan meninggalkan sekolah, tidak dengan ela yang sedari tadi ditahan oleh kedua sahabatnya yang bertingkah aneh.
"Kalian ini kenapa si? Dari tadi kaya orang gajelas gitu" Ucap ela yang lelah menghadapi kedua sahabatnya.
"Tunggu el, kita mau jujur sama lo" Saut Sinta.
Ela hanya diam dan pasrah menanggapi keadaan saat ini.
Beberapa saat kemudian keadaan kelas sudah sepi, hanya menyisakan mereka bertiga."Okaii, jadi kalian mau ngomong apa? Gw capek keburu pulang bau dekil badan gw" Ucap ela.
"El Itu emm.. Ah lo aja deh vi yang ngomong" Ucap Sinta.
"Ck! Jadi gini el, sebelumnya kita minta maaf karena udah boong sama lo seharian ini. Kita ga ngomong sama lo karena kita gamau aktifitas belajar lo terganggu dan kita gamau lo sedih" Ucap Evi.
"Emang kalian boong apa sama gw?"
"Sebenernya.. Bagas udah gada El" Ucap Evi.
"Maksud lo?"
"Bagas udah meninggal dunia el" Saut Sinta.
Ela yang mendengarnya langsung terduduk lemas di lantai kelasnya, ia menangis dengan apa yang terjadi dengan mantan kekasihnya itu, ia merasa bersalah.
"Andai kejadian kemarin ga terjadi, mungkin dia masih hidup Vi" Ucapnya menangis dipelukan Evi.
"Ssttt.. Ini bukan salah lo kok El, ini semua udah takdir dia, lo yang iklas ya"
"Ga-gabisa ini semua salah gw Vi! Salah gw!"
"El! Stop nyalahin diri lo sendiri! Ini bukan salah lo! Ini emang udah takdir dia!" Saut Sinta dengan nada meninggi.
"Udah El, nanti kita temenin kerumah alm ya, lo harus iklas" Ucap Evi.
Setelah beberapa saat, Ela sudah mulai tenang dan mencoba menerima kenyataan yang ada, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan mengunjungi rumah alm Bagas.
Saat ketiga sejoli itu keluar dari kelas, mereka terkejut dengan adanya Alana didepan kelas mereka yang sedang bersandar di dinding pembatas.
"A-alana!!" Ucap Sinta
Alana hanya menatap ketiganya dengan tatapan datar, tanpa sepenggal kata dia berjalan melewati ketiga sejoli itu.
Saat melewati mereka, sebuah bunga mawar yang dipenuhi dengan bercak darah terjatuh dari saku hoodie yang ia kenakan.Evi dan Sinta yang melihatnya hanya bisa berdiri dan diam karena takut dan tidak paham dengan maksud dari bunga tersebut.
Sementara Ela yang paham dengan keadaan saat ini, ia kembali terduduk lemas, memungut bunga itu Kepelukannya dan menangis melihat darah dari bunga itu yang saat ini mengotori tangannya.
"Ke-kenapa Al!!!" Ucapnya dengan sedikit berteriak.
Suara Ela yang menggema diseluruh lorong itu masih bisa didengar oleh Alana yang belum terlalu jauh, tapi apakah Alana perduli? Tidak sama sekali.
Ela kembali menangis Merutuki dirinya dan menyalahkan dirinya dengan apa yang terjadi kepada Bagas, mantan kekasihnya.
Sementara itu kedua sahabatnya yang masih belum paham dengan keadaan saat ini hanya bisa menenangkan Ela kembali.
Tbc~
Ada yang tau maksud dari bunga itu?
Tulis tanggapan kalian dikolom komentar ya!Kelanjutannya Penasaran kan? Ikuti terus cerita ini ya!!
Dan jangan lupa suport kalian dengan cara vote, komen dan follow author!!Salam,
Rhenata SH
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Girl [ PROSES REVISI ]
Teen FictionAlana Pryshillya Ganendra- Gadis remaja dengan sejuta kelebihan dan teka teki dirinya. Gadis normal seperti gadis layakanya? Really? Dengan hoby membunuh? "Jangan pernah memetik sehelai mawar kalau tidak mau tertusuk oleh durinya" Dia seorang Psyc...