MPG #Stop It?

4K 200 0
                                    

Telah Direvisi.

ALANA!!!

Saat mereka membuka pintu kamar Alana mereka tercengang.

Disana ia mendapati banyak Darah bercucuran Dari tangan alana.

Alana melakukan self injury , mereka shock melihat itu,bahkan saat ini Dari raut wajah Alana ia tampak biasa saja tanpa merasakan sakit dari perihnya luka ditangannya,seolah itu udah biasa untuknya.

Lalu suara tembakan itu?

Tembakan itu Alana arahkan ke bingkai besar yang tergantung didinding kamarnya, pelurunya menembus tepat dikepala ela.

Dipapan dekat meja belajarnya, alana mencoret foto ela menggunakan pisau yang bercucuran darah dari tangannya,dengan tanda silang.

"Alana sudah cukup, bunda minta maaf" ucap sinta menangis.

"Alana maafin kakak...hiks...kakak tidak....hiks... Bermaksud" ucap ela dengan tangisanya.

Alana bangkit ia membiarkan luka ditangannya,ia mengambil masker dan topi diatas meja kamarnya, kemudian ia memakai hoodie dan pergi meninggalkan keluarganya tanpa sepatah kata.

Alana berjalan keluar,entah 😦apakah yang dipikirkannya,alana butuh seseorang untuk ia bunuh.

Arghh!! Bedebah dengan nyawa!

Dia tak perduli dengan nyawa orang lain,dia hanya ingin emosinya terbayarkan dengan cara membunuh.

Saat ini alana mencari mangsanya dijalan Merpati , jalanan yang terkenal sangat sepi saat malam hari.

Ia memelankan mobilnya,Dari kejauhan ia melihat pria dewasa yang jalannya tertatih,mungkin karena alkohol.

Alana menyeringai, setelah itu ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi,mengarah ke pria itu

Shittt!!!

Mobilnya mengenai sasaran yang pas, mengakibatkan objek sasarannya terpental jauh dari tempat kejadian.

Tak menunggu lama Alana keluar dari dalam mobilnya dan berjalan menuju objeknya yang ternyata masih bernafas.

Jlebb!

Alana menusukkan belatinya kearah jantung pria itu, darah keluar dengan cepat membanjiri tubuh pria itu, pria itu menatap Alana dengan raut wajah tanpa rasa sakit.

Alana  yang melihatnya, semakin tertarik untuk bermain dengan objek di depannya.

Srett!!!

Alana merobek mulut pria itu menggunakan belatinya,kemudia ia mencabik-cabik muka itu menggunakan belatinya,sampai mukanya hancur tak berbentuk.

Alana menyiramkan alkohol tepat pada jantung pria itu,kemudian alana masuk kedalam mobil tanpa rasa bersalah dan dengan kepuasan hatinya.

Ia Meninggalkan mayat itu dijalanan,tak perduli dengan apa yang akan terjadi kedepannya, atau esok harinya.

Alana sampai didepan rumahnya,kini hoodienya berlumuran darah,bahkan tubuh alana berbau amis.

Alana masuk kedalam kamarnya yang Sudah bersih,Tanpa ada pecahan kaca juga bercak darah.

Alana melempar hoodienya ke ranjang pakaian kotor,ia mencuci tangannya yang ia lukai sendiri,kemudian membasuh mukannya.

Setelah selesai membersihkan dirinya,Alana mengganti bajunya dengan setelan piyama warna navy, tanpa aba-aba ia menjatuhkan dirinya Diatas kasur miliknya, kemudian memejamkan matanya.

Seolah-olah hal yang baru saja ia lakukan bukanlah hal yang perlu ia takutkan.

Itu sudah biasa untuknya.

***

Pagi yang cerah dengan matahari yang bersinar membawa sinarnya menyeruak masuk kedalam kamar Alana, membuatnya terbangun dari tidur nya.

Alana menatap keluar jendela, hari ini tampaknya cuaca sedang dalam keadaan baik.
Tetapi untuk Alana, hari ini adalah hari-hari yang sama seperti sebelumnya, membosankan.

Tak berselang lama, Alana sudah siap dengan seragam yang melekat dibadannya ditutupi dengan hoodie hitam miliknya, tak lupa juga dengan earphone yang bertengger di lehernya

Alana turun menuju meja makan,keluarganya lengkap Sudah ada disana.

Alana duduk dengan tenang ia memakan sandwich dan melahap susu hangatnya hingga habis.

Alana berdiri dan berjalan menuju pintu keluar Tanpa menggubris keluarganya yang masih duduk diam dimeja makan.

"All" panggil sania,bundanya.

"All apa kamu yang melakukannya?" Saut ayahnya.

"Tolong berhenti Dari hobymu yang Gila itu all,ayah mohon"

Alana menyeringai,kemudian ia berbalik dan menatap ketiga orang didepannya.

"Cih! Gila? Siapa yang lebih gila? Anda atau saya?" Ucap alana.

"Alana bunda mohon nak"

Alana berjalan menuju sania,kemudian ia mengusap air mata sania,dan mencium dahi sania.

"Bunda jangan nangis ya" ucap alana ,"Bunda mau alana berhenti?" Lanjutnya.

Sania membalas dengan anggukan.

"Alana Akan berhenti" ucap alana kemudian ia berjalan menuju pintu keluar rumahnya, "Berhenti menjadi bagian dari rumah ini." lanjutnya penuh penekanan.

Brakkk!

Alana membanting pintu rumahnya,menciptakan suara keras, tak memikirkan bagaimana perasaan keluarganya, ia sungguh tidak perduli.

Sudah sering kali alana memperingati mereka untuk tidak melarangnya, tapi kenapa?! Apa yang salah dengan keluarganya?!

Alana berada di puncak amarah yang tak terkendali, membunuh? Tidak dia lelah dengan hal itu. Lantas apa yang akan dilakukannya untuk meredam amarahnya?

***

Sebuah mobil BMW hitam melaju kencang membelah jalanan pagi hari ini, tak memikirkan tentang nyawanya atau tentang keselamatan orang lain, ia akan tetap melakukannya.

Alana, gadis itu masih saja mengendarai mobilnya entah dimana dan kemana tujuannya, pikirannya hanya dipenuhi dengan emosi yang sudah tak terkendali lagi.

Setelah bergelut dengan jalanan hari ini, tak berselang lama ia mengarahkan mobilnya menuju satu lokasi yang mungkin bisa menenangkannya.

Danau.

Alana datang ke tempat dimana tempo hari dirinya datang mengenang masa lalu yang mungkin berarti untuknya, tidak! Itu benar-benar berarti untuknya.

***

Saat sampai ditempat tujuannya, tanpa membuang waktu ia segera turun dari mobilnya dan melangkah menuju danau yang ada didepan matanya.

Alana duduk di samping danau, entah apa yang ia pikirkan, pada intinya tatapannya kosong, seolah tak tau apa yang akan dia lakukan dan jalan mana yang akan ia ambil kedepannya.




Tbc~

Kejam ya Alana:( tapi itu caranya agar ia tak melukai keluarganya:(

Masih penasaran siapa yang terus mendukung Alana bahkan membantunya?

lanjut? Vote dan Komen dulu:)

Salam,

Rhenata SH

My Psychopath Girl   [ PROSES REVISI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang