Telah Direvisi.
Bonus Part!!
Mobil milik Ela memasuki pekarangan rumahnya, setelah berhenti ia keluar dari sana dan melihat jam yang bertengger ditangannya.
'23.59 WIB'
Ela hanya acuh, ternyata waktu sudah menunjukkan tengah malam, pantas saja rumahnya sudah sepi dan sebagian lampu sudah padam.
Tanpa ada rasa takut dan rasa bersalah sedikitpun Ela melangkah masuk kedalam rumahnya, tak perduli dengan apa yang dibilang kedua orangtuanya, Ela hanya ingin bahagia dengan caranya.
Pintu utama terbuka, dari pandangan matanya lampu ruang tamu sudah padam dan lampu ruang tengah masih menyala, tak menggubrisnya Ela melangkah menuju tangga.
Namun langkahnya terhenti saat perhatiannya tertuju pada televisi yang masih menyala, merasa jengah ia berjalan menuju sofa dan mematikannya.
Ingin kembali melangkah namun harus terhenti lagi,karena sekarang perhatiannya tertuju pada Alana yang tertidur di sofa.
Ingin membangunkannya tapi apa perduli Ela? Toh itu tidak merugikan baginya.
Ela melangkah kembali menuju kamarnya kemudian masuk dan menutup pintunya tanpa perduli dengan keadaan Alana yang mungkin kedinginan dan tanpa tahu bahwa Alana tertidur di sofa karena menunggunya.
****
Pagi hari datang dengan sinar mentari yang bersinar.
Alana bangun dari tidurnya, masih dengan posisi yang sama disofa, hanya saja yang berbeda adalah ia mengenakan selimut yang ada dikamarnya, tetapi seingatnya ia tak membawanya turun.
Alana acuh tentang hal itu, kemudian ia melangkah menuju kamarnya yang ada dilantai dua.
Saat ingin membuka pintu kamarnya, alana menatap pintu kamar Ela yang masih terkunci rapat, tak ingin ambil pusing ia masuk kedalam kamarnya dan membersihkan dirinya.Beberapa menit kemudian pintu kamarnya kembali terbuka dengan menampilkan Alana yang sudah lengkap dengan seragamnya, hoodie yang ada ditangannya juga earphone yang selalu bertengger dilehernya.
Penampilannya tak berubah,hanya saja yang membedakan adalah senyumnya yang biasanya tak pernah muncul kini selalu terbit tanpa diminta.
"Morning Mom! Dad!" ucapnya mencium pipi kedua orangtuanya.
"Morning Princess!"
Alana duduk ditempatnya,didepannya sudah tersaji menu sarapan pagi ini, tapi entah kenapa ia tak memakannya dan pandangannya tertuju pada pintu yang sedari tadi tertutup rapat.
"Mom? Kakak kemana?" tanyanya pada Sania.
"Sudah berangkat"
Mendengar jawaban dari Sania, Alana menunduk dalam-dalam, entah karena apa? Ia merasa Ela benar-benar benci dan menjauh darinya.
"Everything It's Okay Al!" ucap Anggara yang menyadari perubahan raut wajah putrinya.
"Ingat tentang kesehatanmu, jangan terlalu banyak pikiran ya" sambung Sania mengusap pucuk kepala putrinya.
Dengan senyuman Alana mengangguk dan itu membuat kedua orangtuanya sedikit lega,berharap semuanya akan baik-baik saja seterusnya.
Tanpa ada lagi benci dan juga dengki, tanpa ada perang dingin saudara dan tanpa ada yang terluka, Semoga.
***
Kedatangan Mobil Lamborghini Hitam Di SMA SH menyita banyak perhatian siswa siswi didalamnya.
Banyak mulut-mulut yang mulai membanjiri lorong tentang kedatangan mobil mahal itu disekolah ini.
Pintu Mobil terbuka, menampilkan Alana lengkap dengan seragam sekolahnya dan seketika cibiran dari mulut-mulut gatal itu hilang,lorong menjadi hening bak tanpa penghuni saat Alana lewat.
Alana hanya memutar bola matanya malas, padahal ia juga sudah berusaha merubah dirinya maksudnya penampilannya dan saat ini ia tersenyum,apakah itu tampak mengerikan dimata mereka?
Brukhh!
Bersamaan dengan itu satu cup jus segar menyiram hoodie yang ia bawa di tangannya, Geram? Tentu ia akan sangat marah dengan hal ini.
Alana menatap pelaku didepannya yang hanya diam menundukkan kepalanya dan tak berani menatap Alana.
"Lain kali kalau jalan hati-hati ya, gausah takut, gua ga gigit" ucap Alana melebarkan senyumannya dan pergi menjauh dari sana.
Semua pasang mata dilorong itu menatap punggung Alana yang kian menjauh, apakah ini nyata? Apakah yang mereka lihat benar-benar nyata?
Alana tersenyum? Seriously?
Semuanya berharap semoga itu nyata dan tanpa mereka ketahui dilorong seberang sana seseorang tersenyum melihat semuanya.
Alana memasuki kelasnya dengan sedikit senyum yang tercetak diwajahnya, banyak dari teman-temannya memandangnya heran dan terpukau dengan senyum alana yang membuatnya bertambah manis.
Saat ingin melangkah menuju mejanya, pandangannya menyapu barisan mejanya mencari seseorang yang biasa menemaninya.
Tak berfikir panjang, Alana memutuskan untuk menaruh tas-nya ditempat duduk dan berjalan meninggalkan kelas.
Kantin, perpustakaan, rooftop dan seluruh penjuru sekolah sudah Alana datangi untuk mencari keberadaan Feby, ya orang yang ia cari adalah feby,sahabatnya.
Tetapi ia sama sekali tak menemukannya, bahkan saat ini bel masuk telah berbunyi ia masih keliaran untuk mencari temannya.
Alana memutuskan untuk kembali ke kelas, dengan penuh harap ia bisa menemukan Feby didalam kelas, tapi saat sampai didepan pintu harapannya kembali pudar.
Alana dengan sedikit berkurangnya rasa semangat kembali duduk di bangkunya.
Alana hanya diam dan terkadang melamun, fikirannya masih dipenuhi pertanyaan dimana sahabatnya berada?
"Feby Pergi"
Ucap seseorang yang duduk di belakangnya.
Alana langsung saja memutar badannya menghadap dan memusatkan perhatiannya pada seseorang yang baru saja mengatakan 'Feby Pergi'
"Maksud lo?" tanya Alana menaikan alisnya.
"Temui gue di Rooftop Sepulang Sekolah" ucap gadis itu kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan meninggalkan kelas tanpa menggubris panggilan teman sekelas juga guru yang sudah memasuki kelas.
Tbc-
Kalo Alana bersikap seperti itu menurut kalian lebih baik atau nggak cocok dengan karakternya yang dikenal kejam Or Pyscho?
Ada tokoh baru nih? Siapa ya kira kira?
Tebak yuk di kolom komen!!!Jangan lupa Vote😇
Salam,
Rhenata SH
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Girl [ PROSES REVISI ]
Teen FictionAlana Pryshillya Ganendra- Gadis remaja dengan sejuta kelebihan dan teka teki dirinya. Gadis normal seperti gadis layakanya? Really? Dengan hoby membunuh? "Jangan pernah memetik sehelai mawar kalau tidak mau tertusuk oleh durinya" Dia seorang Psyc...