Telah Direvisi.
Double Up!
Hujan deras menambah suasana malam ini semakin mencekam.
Alana, dia duduk di kursi kemudi dalam mobilnya,Tak perduli akan nyawanya yang mungkin terancam, Alana melajukan mobil itu dengan kecepatan tinggi membelah jalanan kota yang sedang dilanda hujan deras juga petir bergemuruh dimana-mana.
Matanya sudah gelap dipenuhi amarah yang sudah tidak bisa ia bendung.
Hingga hanya hitungan menit, Mobil yang ia kendarai memasuki pekarangan rumahnya, tak menunggu lama ia segera turun dari mobilnya.
***
Ela sedang menonton TV di ruang keluarga, disana juga ada Anggara dan Sania, tapi apa pedulinya ia sama sekali tak menganggap kehadiran mereka.
Suasana diluar sedang hujan deras, namun suara hujan itu tidak bisa menghalangi suara benturan keras yang diakibatkan oleh seseorang yang saat ini berdiri didepan pintu rumahnya dengan baju basah kuyup juga mata yang terus memandang nyalang kearahnya.
Tanpa aba-aba gadis itu berjalan menghampirinya, menariknya untuk berdiri kemudian melayangkan tamparan keras ke pipinya.
"ALANAA!!!" Teriakan Sania memenuhi ruangan itu.
"DIAMM!!" seru Alana bertepatan dengan teriakan Sania,bundanya.
Alana melemparkan tatapan yang sama nyalangnya kepada kedua orang tuanya, jarinya bergerak mengisyaratkan bahwa mereka harus kembali duduk.
Tak ingin membuat suasana semakin rumit, Sania dan Anggara memutuskan untuk kembali duduk ditempat mereka semula.
Setelah itu Alana kembali memusatkan pandangannya pada sosok Ela yang tersungkur dengan tangan yang menutupi luka memar bekas tamparan Alana dipipinya.
"Lo! Pembunuh! Salah dia apa? Kenapa lo!! Lo!! Argghhhh!!!" dengan emosi ia menendang tubuh Ela membuat sang empu merasa kesakitan.
"A-apa ma-maksud nya?" tanya Ela dengan rintihan kesakitan.
Suara tawa bergema diruangan itu, Alana gadis itu tidak lagi menampakkan wajah marahnya, melainkan wajah tenangnya yang dulu sering ia perlihatkan.
Mungkin ini terlihat tenang, namun tidak dimata mereka yang memandangnya.
Alana berjalan menuju tangga menuju lantai dua, ia duduk disalah satu anak tangga kemudian ia bertepuk tangan dan tertawa renyah seolah tidak terjadi apa-apa.
"Wah wah, jika pembunuhan itu di ulang kembali dan kau sebagai pemeran penggati korban yang sudah mati, terlihat lebih menyenangkan mungkin?" ucap Alana.
"Ohh atau jika permainan pembunuhan ini dibuat berbeda,mungkin dengan memotong tubuhnya lebih dahulu?"
Ela mendelik terkejut sekaligus takut melihat Alana saat ini, bagaimana bisa?
"Tentu saja bisa, karena seharunya Lo tau sedang berhadapan dengan siapa" jawab Alana sambil memainkan kukunya.
"Ahh kapan kita akan memulai permainannya? Bukankah melakukan sesuatu lebih cepat lebih baik? Bagaimana jika saat ini didepan mereka" ucap alana.
Alana berdiri menaiki tangga dan hilang setelah pintu kamarnya tertutup, tapi tak lama kemudian ia kembali turun.
Sania,Anggara dan Ela mendelik melihat apa yang ada ditangan Alana,mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi? Apakah alana hanya berpura-pura? Atau bahkan ia sama sekali tidak berobat?
"Kenapa? Ahh aku tau kalian pasti terkejut bukan aku masih menyimpannya?" ucap Alana memutarkan barang itu ditangannya.
"Tenang saja, mawar sudah tidak seperti dulu, ia sudah tidak bisa menyakiti seseorang. Karena apa? Karena ia kekurangan darah dan aku ingin mengembalikan mawar seperti dulu, jadi bolehkah aku meminta darahmu sedikit saja? Ela?"
Ela menggeleng, ia beringsut mundur saat langkah Alana semakin dekat dengannya.
"Tenang saja, aku tak akan membunuhmu, aku hanya membutuhkan darahmu sedikit saja, karena mawar menyukai darahmu" ucap Alana.
Langkah Ela terhenti karena Alana menarik kakinya, detik selanjutnya Alana duduk didepannya menatapnya dengan senyuman manis dibibirnya.
"Mau di bagian mana ya? Mata? Ehmm terlalu lunak kurasa, atau Perut? Ahh sudah terlalu biasa, ehmm bagaimana jika mulut ini sedikit sobek? Agar kau bisa tertawa terus? Bagaimana?" ucap Alana mengusap sudut bibir Ela.
"A-a-all" ucap Ela bergetar.
"Ma-a-maaf" lanjutnya.
"ALANA!!!" Teriak ela dengan nafas memburu dan keringat yang mengalir deras dari pelipisnya.
"Kakak kenapa?! Kenapa berteriak memanggil namaku?" Jawab Alana yang baru saja masuk kedalam rumahnya.
*Menit Sebelumnya!!!
Alana menatap pintu rumahnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan lagi apa maksudnya.
Gadis itu berlari menuju teras rumah dengan, sampai akhirnya langkahnya terhenti sejenak didepan pintu rumahnya.
Menatap ganggang pintu dengan penuh arti,bertepatan dengan itu dia merogoh saku hoodinya, memegang benda itu sejenak melihatnya dengan tatapan datar penuh arti miliknya hingga ucapan dari seseorang teringat dikepalanya...
"This is game Shil! Jangan terlalu terburu-buru, jika kita ikuti permainannya sepertinya akan lebih menarik"
Alana memasukkan bendanya kembali kedalam saku hoodie, kemudian ia membuka knop pintu rumahnya perlahan, sampai pada akhirnya kakinya masuk kedalam rumahnya bertepatan dengan itu, dari ruang tengah ela berteriak memanggil namanya.
Alaana!!!!!!
Ela memandang sosok yang berdiri didepannya dengan tatapan takut dan badannya yang bergetar.
"Kaka kenapa?"
Oh shit!! Ternyata hanya mimpi!!!
Semuanya terlihat nyata dimatanya?!Tanpa mengatakan apa-apa, ela berdiri meninggalkan Alana yang berdiri menatap punggung ela yang kian menjauh dengan tatapan kosong yang menyimpan penuh banyak arti.
***
Sesampainya didalam kamar, ela langsung saja mengunci pintu kamarnya kemudian ia berlari menuju kamar mandi yang ada didalam kamarnya.
Percikan air sedikit demi sedikit membasahi wajahnya, ela menatap dirinya lewat pantulan kaca yang ada didalam kamar mandinya, tentang mimpi yang baru saja mendatangi tidurnya membuat pikirannya sedikit terusik dan kacau.
Siall!! Bagaiamana jika mimpi itu akan menjadi kenyataan nantinya!!
Saat ini pikirannya di penuhi dengan Ketakutan yang menyelimutinya, ia tersadar bahwa ia mengambil jalan yang sangat beresiko karna telah mengusik saudarinya.
Tapi egonya berkata lain bahwa perbuatannya benar, gadis itulah penyebab semuanya terjadi!
Ya gadis itulah yang membuatnya harus terkurung di kamar sempit dan kotor di rumah sakit jiwa!Gadis itu yang membuat hubungannya dengan Alana menjadi pecah belah!
Gadis itu yang menghancurkan semuanya!
Ya Ini semua salah gadis itu!!!Hingga senyuman tercetak diwajahnya, senyuman yang membawanya masuk kedalam jurang yang ia gali sendiri.
Selamat tinggal.
TBC
Thanks For Vote!
Ada yang bisa nebak? Apa yang bakalan terjadi selanjutnya?😁
Komen dibawah yaaa😋Salam,
Rhenata SH
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Girl [ PROSES REVISI ]
Teen FictionAlana Pryshillya Ganendra- Gadis remaja dengan sejuta kelebihan dan teka teki dirinya. Gadis normal seperti gadis layakanya? Really? Dengan hoby membunuh? "Jangan pernah memetik sehelai mawar kalau tidak mau tertusuk oleh durinya" Dia seorang Psyc...