Telah Direvisi.Hari ini cuaca sedang tidak mendukung untuk adanya rasa semangat di pagi hari, seperti biasa, setelah selesai bersiap Ela turun dari kamarnya, dengan seragam yang melekat rapi ditubuhnya.
Dari pandangannya, dimeja makan sudah tersedia banyak makanan dan tak lupa kedua orang tuanya yang sudah duduk menyantap sarapan pagi hari ini.
Ela duduk, tidak ada morning kiss dan tidak ada sapaan adalah hal biasa untuknya setelah kejadian itu.
Diam dan canggung tentunya adalah hal yang mendominasi sarapan pagi hari ini dan mungkin pagi-pagi sebelumnya.
Bukan kedua orangtuanya yang menginginkan ini semua, tetapi Ela, yang entah setelah kepulangannya dari rumah sakit jiwa mendadak menjauh dari keluarganya dan lebih menunjukkan sikap acuh dan sibuk dengan dunianya sendiri.
"El? Bagaimana dengan sekolahmu? " Tanya anggara.
"Not bad"
"Emm, apakah kamu sudah menentukan akan melanjutkan kuliah dimana setelah lulus nanti?"
"Heem"
Awkward moment bukan? Seperti inilah suasana pagi hari dirumah ini.
Selalu saja anggara yang mencari topik pembicaraan, tapi sama sekali tak membuat ela tertarik.Pintu rumah yang terbuka lebar menyita perhatian mereka dimeja makan, disana mereka melihat sosok gadis dengan koper yang ada ditangan kirinya.
Anggara, ayah Ela berdiri dari duduknya, ia berjalan kearah pintu utama dimana seorang gadis berdiri dan tersenyum menghangat kearahnya.
"Morning Ayah"
Satu pelukan erat menjawab sapaan gadis itu.
Gadis itu hanya diam,membiarkan ayahnya melepas rindu padanya, dengan pelukan hangat dan rasa rindu yang mendalam.
"Bagaimana kabar Putri ayah hmm?" ucap Anggara melepaskan pelukannya.
"I'm Okay Dad!"
Sementara itu, dibelakang sana Sania berdiri dengan mata yang berkaca-kaca, benarkah? Nyatakah?
"Morning Mom? How are you? don't want to hug me?" ucap gadis itu tersenyum.
Sania mengusap air matanya yang mengumpul di pelupuk mata, detik berikutnya ia berjalan kearah gadis dipintu kemudian memeluknya dengan sangat erat.
"Miss You so" ucap gadis itu didalam pelukan Sania.
Setelah lepas dari pelukan Sania, gadis itu tersenyum melihat Ela berdiri dari duduknya dan berjalan menuju arahnya.
"Kakak? Bagai-"
Gadis itu menghentikan ucapannya, melihat Ela yang melewatinya begitu saja dengan wajah datar tanpa senyum.
Matanya masih mengikuti punggung Ela yang kian menjauh dari pandangannya dan hilang setelah mobil Ela melesat pergi dari kediaman Anggara.
Gadis itu menunduk, kenapa Ela menjauh darinya?
Usapan bahu menyadarkannya, ia mendongak menatap kedua orangtuanya.
"Apa yang terjadi sebelum aku kembali?" tanyanya.
Sania menggeleng, "semuanya baik-baik saja"
"Apa kesalahanku begitu fatal? Mom? Dad?" ucapnya menatap manik mata kedua orang tuanya.
"Kenapa kakak menjauh? Dan bersikap acuh?" lanjutnya.
"Semuanya akan kembali seperti semula. Ela dan kamu akan kembali seperti dulu seiring berjalannya waktu. It's Oke! Jangan Khawatir. Ingat akan kesehatanmu Alana" jawab Sania memeluk Putri kecilnya.
Alana, gadis itu hilang bak ditelan bumi setelah permainannya berjalan dengan lancar sesuai rencananya satu bulan yang lalu.
Dimana sasarannya tewas mengenaskan dan kakaknya depresi berat hingga harus dirawat dirumah sakit jiwa selama seminggu.
Dia menyesal.
Alana pergi untuk memperbaiki dirinya dan saat ini ia kembali menjadi gadis kecil keluarga ganendra yang lemah lembut tanpa ada mawar yang menemaninya.
Semuanya sudah kembali seperti semula, hanya saja Ela yang membuat dirinya berbeda,Membenci Alana dan menjauh darinya.
Ela marah? Tentu.
Percaya akan perubahan Alana? Dia tidak bisa.Tapi benarkah Alana berubah? Benarkah adik kecilnya kembali?
Benarkah semuanya?Ela berdoa semoga saja, tetapi Alana bisa saja hanya bermain drama.
Tbc-
Gimana? Nggak paham sama alur ceritanya?
Bakalan paham kalo kalian lanjut kok😇
Tapi jangan lupa Vote dan Komennya dulu ya:)Salam,
Rhenata SH
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Girl [ PROSES REVISI ]
Teen FictionAlana Pryshillya Ganendra- Gadis remaja dengan sejuta kelebihan dan teka teki dirinya. Gadis normal seperti gadis layakanya? Really? Dengan hoby membunuh? "Jangan pernah memetik sehelai mawar kalau tidak mau tertusuk oleh durinya" Dia seorang Psyc...