Chap 8

2.3K 252 7
                                    

"Mama" Mark menyapa Mama mertuanya yang baru saja tiba dirumah setelah perjalanannya dari Tiongkok. Memang 1 minggu yang lalu Mama mertuanya memutuskan kembali ke Tiongkok untuk mengurus beberapa bisnis restaurantnya.

"Hai, Mark.. bagaimana? Apa semua sudah siap untuk pernikahanmu 2 hari lagi?" Yixing memeluk menantunya itu. Tersenyum.

"Sudah! Tapi, ada yang ingin Mark bicarakan dengan Mama"

"Oh. Baiklah. Sebentar ya, Mama membersihkan diri dulu"

"Baiklah! Mark tunggu diruang kerja"

Yixing hanya tersenyum menanggapi Mark, kemudian melangkah kelantai dua. Dimana kamarnya berada selama ia menginap di rumah menantunya itu.

..

.

"Silahkan, Ma. Teh hitam untuk Mama" Mark memberikan secangkir Teh Hitam kesukaan Mama mertuanya itu. Sepertinya semua keluarga Renjun menyukai Teh dan itu semua turunan dari sang Mama.

"Xiexie* Mark" Yixing menikmati Teh Hitam itu, setelah seteguk ia meletakkan cangkir Teh Hitam itu dimeja hadapannya.

Mark sudah duduk di sofa samping Yixing duduk saat ini.

"Apa? Apa yang ingin kau bicarakan, sampai wajahmu terlihat sangat serius begitu?" tanya Yixing.

"Ini__" Mark ragu.

"Apa ini tentang Renjun?"

Mark menatap khawatir pada Mama mertuanya itu. Tebakan Mama mertuanya benar. Renjun lah yang akan menjadi topik pembicaraan ini.

"Apa lagi yang sudah anak nakal itu lakukan? Dia masih menolak menikah denganmu? Atau dia memaksamu untuk membatalkan pernikahan itu? Apa.. apa yang sudah dia katakan padamu?" Yixing sangat mengenal Renjun dengan sangat baik.

"Ma..."

"Dengar Mark" Yixing menggeser duduknya. Mendekati menantunya yang duduk disofa lainnya. Menarik telapak tangan menantunya itu. menepuk-nepuk pelan punggung tangannya. "Jangan meragukan apapun.." Yixing menatap Mark lembut.

Ia tahu betul apa yang ada dalam kepala menantunya itu. "Pikirkan ini untuk Jisung. Hanya Jisung.. bukan yang lainnya. Mama tahu, Renjun terlalu muda untuk menjadi Mama Jisung. Tapi, percayalah Mama tidak akan menjerumuskanmu pada hal buruk. Renjun memang telihat tidak dewasa, tapi ada sesuatu didalam diri Renjun yang tidak dimiliki oleh mendiang Isrtimu. Dia memilik rasa tanggung jawab yang sangat besar. Dia tangguh dalam hidup. Tak mudah menyerah dalam hal apapun. Dia gigih dalam bertahan hidup. Dan dia.. tidak lemah seperti mendiang Istrimu.."

Yixing melepaskan genggamannya ditelapak tangan Mark. Menatap Mark yang juga tengah menatapnya.

"Kenapa kau menatap Mama seperti itu? kau tidak suka Mama mengatakan mendiang Istrimu lemah? Itu kenyataan Mark. Istrimu mengidap asma akut dan kau tentu tahu itu, dan karena asma akut itulah yang membuatmu kehilang Istrimu ketika melahirkan Jisung. Tentu kau tidak lupa itukan?" Yixing tahu, tidak seharusnya ia menyerang Mark seperti ini. Tapi terpaksa ini dilakukannya, demi membuang keraguan didalam menantunya ini.

"Mama selalu ingin yang terbaik untukmu.. Jisung.. dan Renjun.." Yixing berdiri dari duduknya. Sudah cukup pembicaraan ini. "Mama akan menemui Jisung. Mama merindukan cucu Mama" Yixing pergi meninggalkan Mark.

*(Xiexie = Terimakasih)

.

..

Mark menundukkan kepalanya. Mengubur kepalanya dengan kedua tangannya. meremas rambutnya dengan jemarinya keras.

Kenapa semuanya menjadi semakin rumit. Itulah yang ada dalam benak Mark saat ini.

Pembicaraan yang pada awalnya untuk menyelamatkan Renjun dari pernikahan paksa ini gagal dan berakhir dengan kembali mengingatkannya pada mendiang Istri yang begitu dicintainya.

Meninggal karena kelalaiannya.

Seharusnya, Istrinya tidak meninggal jika Istrinya mau mendengarkan saran Dokter akan resiko kehamilannya karena asma akut yang dideritanya.

"Yingying.. apa yang harus ku lakukan? Aku tidak tahu bagaimana harus menyelamatkan Renjun dari pernikahan ini.. Hisk.." isak Mark.

Fireflies [MarkRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang