Chap 9

2.2K 248 9
                                    

PLAAKKKK

"Mama" Renjun sangat terkejut ketika tiba-tiba Yixing menampar dirinya.

Renjun baru saja merapikan dirinya dihadapan cermin. Memberi jepitan kecil dibagian depan sebelah kanan rambutnya. Menunjukkan dahi lebar yang menjadi daya tariknya selama ini.

"Ma??" Renjun menyentuh pipinya yang terasa panas dan perih akibat tamparan keras Yixing. Menatap Yixing tak percaya atas apa yang baru dilakukan Mamanya pada dirinya.

"Berhenti merengek seperti anak kecil, Renjun!" seru Yixing tegas. Tak sama sekali menyesali perbuatannya telah menampar Renjun.

"Jangan membuat hidup Mark binggung dan merasa bersalah karena sikapmu itu. kau bukan lagi bocah yang merengek tak mau ini dan itu. kau sudah 21 tahun. Bersikaplah seperti sewajarnya yeoja dewasa"

Tes.. air mata Renjun mentes.

"Wae? Wea? Kenapa Mama begitu kejam padaku? Mama selalu berkata keras padaku, Tak peduli apa aku sakit hati atau tidak! Mama tak segan-segan memukulku ketika aku melakukan kesalahan. Bahkan Mama menghukumku karena kesalahan yang tidak sengaja ku lakukan? Kenapa Mama melakukan itu padaku?" Renjun tak tahan lagi dengan semua sikap Mama nya yang begitu buruk padanya.

Apakah memukul? Menghukum? dan berbicara dengan keras bisa dikatakan mendidik? Mama nya selalu berlindung dari kata mendidik untuk selalu menyudutkannya.

Sudah, Renjun tak tahan lagi.

Sudah cukup Mama nya memperlakukannya dengan buruk selama ini.

Renjun berdiri dari duduknya. Menantang Mama nya dengan air mata yang sudah deras mengalir di wajah cantiknya yang berbalur riasan tipis yang sudah dioleskannya.

"Mama selalu menyudutkanku. Memaksaku melakukan sesuai yang Mama inginkan. Mama tidak pernah bertanya padaku, apa aku mau melakukannya. Selalu memaksa, berbicara dengan keras dan menghukumku bila aku melakukan kesalahan. Apa yang sebenarnya ingin Mama tunjukkan padaku? Kenapa Mama begitu kejam padaku?!" Renjun sudah tak peduli lagi. Rasa sakit hatinya tak lagi bisa ditahan.

"Karena kau mampu melakukannya. Karena kau selalu bisa melakukannya. Karena hanya kau yang bisa melakukan apapun yang Mama suruh untukmu" tak kalah dengan Renjun, Yixing pun kita semakin menajamkan tatapannya. Meng_intimidasi putri bungsungnya itu.

"Mama__" jujur saja, Renjun mulai gentar melihat tatapan tajam Mamanya. Keberaniannya perlahan memudar.

"Kau tidak tahu kemampuan tersembunyi dalam dirimu Renjun. Kau hanya ingin berada di zona aman hidupmu. Kau tidak mau menggali kemampuan yang tersembunyi dalam dirimu. Kalau bukan Mama yang mendorong dan memaksamu untuk berkembang, apa kau yakin, kau bisa menemukan bakatmu di dunia seni lukis? Dan berkembang sampai sejauh ini dalam melukis?" Yixing selalu memiliki senjata andalan untuk mematikan argumen Renjun.

Renjun terdiam. Mama nya benar. Melukis adalah salah satu hal yang pada awalnya terpaksa dilakukannya dan itu karena Mama nya yang memaska. Dan saat ini, ia begitu mencintainya.

Melukis sudah seperti hembusan nafas dalam hidupnya.

"Kau tidak bisa tahu sebesar apa kemampuan yang kau miliki dalam dirimu! Jangan terus-terusan menjadikan Mama tokoh antagonis dalam hidupmu.. dan jangan pernah lupa, semua yang sudah kau raih selama ini, semua itu karena paksaan Mama"

Mama nya benar-benar sudah membungkam Renjun. Mengalahkannya dengan telak, seperti sebelum-sebelumnya.

Yang pada akhirnya untuk ke sekian kalinya, Renjun tunduk penuh kepasrahan pada yeoja yang sudah melahirkannya itu.

"Jangan membuat Mark ragu akan pernikahan ini. Berhenti menunjukkan wajah melasmu itu pada Mark.." sudah cukup bagi Yixing untuk menyadarkan diri Renjun dan bagaimana ia harus bersikap.

"Mama akan melihat cucu Mama" Yixing beranjak pergi dari kamar Renjun. Menoleh sekilas sebelum kembali menutup pintu kamar putri bungsu nya itu. Meninggalkan kamar Renjun.

.

..

Brukk.. Kaki Renjun lemas, sampai akhirnya ia terduduk kembali dikursi rias dengan keras.

Apa yang dikatakan Mama nya benar-benar menusuk hatinya.

Mama nya tidak pernah berkata lembut padanya.

Mama nya selalu bisa membuat dirinya bungkam, tak bisa membela diri ataupun membalas apapun yang dikatakan Mama nya.

Dan semua selalu berakhir dengan Renjun yang tunduk dan pasrah untuk menuruti semua yang Mama nya inginkan.

"Apakah aku bisa memohon untuk terlahir kembali? Tidak sebagai Huang Renjun, tapi sebagai orang asing yang jauh dari nama Huang" isak Renjun dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti.

Fireflies [MarkRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang