Chap 46

2.2K 235 11
                                    

Renjun membuka matanya.

Baru saja ia bergerak untuk bangun, buru-buru di urungkannya karena gerakan sedikit saja sudah membuat tubuhnya kesakitan.

“Uh...” Renjun melenguh kesakitan. Tak pernah sebelumnya ia terbangun di pagi hari dengan badan yang kesakitan, remuk redam dan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya.

“Omo?!” Renjun baru saja tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya semalam. Dan saat itulah dengan refleks Renjun mencoba melihat apa yang ada dibalik selimut miliknya.

Dan benar adanya, tak ada sehelai benangpun yang melekat di tubuhnya.

Hanya selimut pelindung yang saat ini tengah menutupi tubuh polosnya.

Tiba-tiba wajah Renjun memerah.

Mengingat apa yang sudah terjadi.

“Astaga! Kenapa denganku ini?” dengan malu-malu Renjun mengubur dirinya dibalik selimut tebalnya.

Kenangan itu kembali hadir.

Dimana, kini ia dan Mark sudah menyatu sepenuhnya.

“Sudah bangun?” tanya Mark.

Renjun yang berada dibalik selimut, buru-buru membukanya untuk melihat Mark. Hanya membuka dibagian wajah. Gila saja kalau harus membuka semuanya, sedangkan kini Renjun dalam keadaan tak patut untuk dilihat.

“Ge..” melihat Mark yang hanya memakai celana pendek dan kaos oblong membuat Renjun malu tiba-tiba.

“Kau baik-baik saja?” tanya Mark ketika melihat wajah merah Renjun. Buru-buru Mark meletakkan dua cangkir Teh di nampannya di meja nakas samping tempat tidurnya.

“Kua baik-baik saja? Kenapa wajahmu merah seperti ini?” Mark naik ke atas tempat tidur. Menyentuh pipi Renjun yang merah, kemudian menyentuh kening Renjun khawatir.

Wajah merah Renjun membuat Mark khawatir.

“Astaga, Renjun___” Mark benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa khawatir dalam dirinya.

“Aku baik-baik saja, Ge” Renjun tak tega melihat wajah khawatir Mark. “Aku baik, Ge”.

“Tapi wajahmu merah. Astaga, bagaimana ini?” Mark mulai panik sendiri, karena terlalu mengkhawatirkan Renjun.

“Gege” Renjun menarik tangan Mark. Mencoba menahan Mark yang ingin turun dari tempat tidur untuk mencari bantuan karena ke khawatirannya yang berlebih.

“Aku baik-baik saja, Ge. Jangan seperti ini” Renjun menambah volume suaranya agar Mark mendengar dan tak sibuk sendiri.

“Tapi wajahmu merah padam. Kau demam?”

Bukannya menjawab, Renjun malah tertawa terbahak-bahak dan Mark yang melihatnya dibuat kebingungan.

“Kenapa kau malah tertawa seperti itu?” tanya Mark semakin binggung.

“Oh.. Gege..” mengejutkan, Renjun langsung bangun dan memeluk Mark erat. “Terimakasih. Aku senang kita bisa kembali bersama.. Terimakasih sudah menungguku selama ini. Terimakasih sudah sangat bersabar untukku.. Terimakasih sudah menerimaku kembali padamu..” Renjun melepaskan pelukannya.

Masih berusaha untuk tidak melepaskan lilitan selimut yang kini melindungi tubuh polosnya.

Menatap Mark dalam. “Aku mencintaimu, Ge” pengakuan Renjun yang dilanjutkan dengan mencium bibir Mark.

Fireflies [MarkRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang