Chap 4

2.9K 294 3
                                    

Hisk.. Renjun menutup mulutnya dengan telapak tangannya ketika tak sengaja isakannya terdengar.

"Injun_i? Are you Oke?" tanya Hendery disebrang telfone. Ia mencoba menajamkan pendengarnnya ketika mendengar kekasihnya terisak. "Baby Girl.." panggil Hendery lagi ketika Renjun tak juga menjawab rasa khawatirnya.

"Hmm?" akhirnya Renjun menjawab setelah berhasil mengendalikan dirinya yang selalu menangis bila berkomunikasi dengan Hendery. Ini sudah 2 minggu ia berpisah dengan Hendery. Dan selama itu juga, rasa rindunya untuk Hendery tak lagi bisa dibendung.

Hendery berada jauh di Jilin, Tiongkok sementara dirinya berada di Seoul, Korea.

"Terjadi sesuatu?" Hendery benar-benar khawatir.

"Hanya merindukanmu saja" Renjun jujur dengan jawabanya ini. Ia benar-benar merindukan Hendery. Namun, sebagian dari dirinya berbohong tentang alasannya menangis. ia menangis karena meratapi nasibnya yang begitu tragis, juga kebohongan demi kebohongan yang selalu dikatakannya pada Hendery. Tak mampu mengatakan yang sejujurnya pada Hendery tentang tujuannya berada di Korea.

"Hahahaa..." Hendery tertawa keras mendengar jawaban Renjun. Ternyata kekasihnya belumlah berubah. Dia tetaplah Huang Renjun, kekasihnya yang manja dan menangis hanya karena hal-hal yang begitu mudah menyentuh hatinya.

Berbeda dengan Hendery yang tertawa dengan kerasnya, Renjun malah disini tengah berusaha sekuat tenanga untuk tidak kembali menangis.

Ingin sekali saat ini juga ia meninggalkan Korea dan kembali ke Tiongkok. Kembali dalam pelukan Hendery, namja yang begitu dicintainya.

Tanpa siapapun yang tahu, Renjun selalu menangis disetiap tidurnya.

Rasa pedih didalam hatinya begitu dalam.

Tak ada yang bisa ia jadikan tempat berbagi selain boneka moomin pemberian Hendery sebagai hadiah Anniversary ke 2 tahun hubungan keduanya dalam menjalin kasih.

Boneka moomin inilah yang selalu menemaninya, dimanapun ia berada. Mendengarkan segala keluh kesahnya. Melihatnya menangis karena rasa rindu pada Hendery yang tak lagi bisa ditahan dan juga kepedihan nasibnya yang begitu tak beruntung ini.

Renjun semakin mengeratkan pelukannya pada boneka moomin itu dengan ponsel yang masih tertempel ditelinga.

"Tidurlah.. ini sudah malam" kata Hendery lembut. Ini sudah malam dan Hendery tak mau Renjun terlalu lelah karena kurangnya tidur dimalam hari.

"Aku mencintaimu" kata Renjun lirih.

"Tentu. Aku juga mencintaimu Baby Girl.."

Akhirnya sambungan telfone itu terputus, dan pecahlah tangisan Renjun yang membasahi boneka moomin dalam pelukannya. Ia akan terlelap dengan air mata yang terus mengalir sampai dekapan malam berubah menjadi fajar. Itulah yang dilakukannya setiap malam tiba.

..

.

Tanpa Renjun sadari, Mark mendengar semuanya.

Tangisan Renjun setiap malam yang menyayat hatinya.

Kerinduan Renjun pada kekasihnya yang berada jauh di Tiongkok.

Rasa bersalah semakin menggerogoti dirinya.

Ia merasa bahwa semua yang terjadi pada Renjun karena dirinya. Ke egoisan dirinya tak memiliki daya upaya untuk membatalkan pernikahan yang kini tinggal menghitung hari itu.

Ia sudah menghancurkan kehidapan Renjun. Kisah cintanya yang begitu indah kini hancur berkeping karena dirinya.

Betapa kejam dirinya.

Betapa lemah dirinya. Ketika ia diam saja melihat kehancuran hidup Renjun. "Mianhae, Renjun.. Mianhae.." lirih Mark penuh penyesalan sambil menyentuh daun pintu kamar Renjun dari luar kamar Renjun. Menunjukkan rasa penyesalannya yang begitu dalam.

Fireflies [MarkRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang