part 1

2.6K 44 18
                                    

Semua memang berasa kosong walaupun sudah setahun semua itu berlalu ,Sudah lama aku tidak banyak berinteraksi dengan perempuan setelah kejadian itu,aku menjadi lebih penyendiri dan lebih sering merenung. Bahkan kehadiran boby di apartemen ini tidak terlalu membantu setelah aku tidak jadi menikah, apartemen ini tak pernah kubayangkan akan menjadi sepi,hingga 6 bulan lalu aku menawarkan boby yang sedang mencari kos-kosan, untuk pindah ke apartemenku menempati kamar yang tadinya direncanakan akan menjadi kamar anak. Kehadirannya lumayan membantuku untuk meringankan membayar cicilan apartemen, dan lumayan menjadi teman ngobrol, sekedar merokok atau minum bir dan nonton TV bareng namun sepi yang mencekam terus mengosongkan isi hati dan pikiranku.

Sudah setahun lebih sejak kegagalan pernikahan itu tak kusangka gracia akan setega itu. "Kita cuma berkabar aja! Kamu jangan overreacted!" bentak gracia waktu kulabrak dia.
"Cuma berkabar? Kamu bisa jelasin ini?" aku memperlihatkannya foto alat kelamin laki-laki di layar handphone ku ,aku yang curiga menebak-nebak lantas nekat membobol email pacarku sendiri dengan setengah mati menebak passwordnya. "Itu.... Itu foto dua tahun yang lalu" tangis gracia pecah detik itu pun " dua tahun yang lalu kita udah pacaran!" aku berteriak seperti orang gila ke mukanya.

Aku memandang matanya dengan tajam "Biar kamu udah gak ngapa-ngapain lagi, ngapain juga kamu tetep berhubungan ama dia?" gacia tak menjawab pertanyaanku ,aku tak melanjutkan kata-kataku lagi dan pergi begitu saja , sampai detik ini aku belum pernah melihatnya lagi DP gedung hangus, tiket pesawat untuk honeymoon hangus, begitu pula dengan semangat hidupku.

Yang lebih menyebalkan adalah tekanan keluarga pihak yang mengetahui ceritanya tentu mendukungku, namun hal seperti ini tidak bisa kuceritakan ke semua orang. Pertanyaan, tekanan, dan tuduhan yang datang dari mereka yang tidak tahu menahu sangat menggangguku. terutama datang dari keluarga jauh.

Akibatnya aku jadi lebih sering menyendiri dan memutuskan untuk lebih banyak diam membenamkan diriku dalam pekerjaan kantor, bahkan aku sengaja menyibukkan diriku dengan pekerjaan sampingan yang kadang walaupun bayarannya tidak seberapa, tetap kukerjakan untuk menghabiskan waktuku sendiri aku pun membatasi pergaulan hanya dengan teman terdekat saja ya, salah satunya adalah boby teman kuliahku.

Sampai sekarang, boby tak bosan mengajakku jalan keluar berkenalan dengan perempuan atau hanya sekedar bersenang-senang , Pekerjaannya sebagai video editor membuatnya mengenal banyak sekali perempuan baik itu talent dari iklan yang ia garap maupun kenalannya entah di mana aku memilih tenggelam sibuk pekerjaanku sebagai graphic designer senior di kantorku sudah lumayan menyita waktu ditambah lagi minggu depan akan ada beberapa karyawan baru datang ke kantor.

Pada malam itu aku pulang agak lebih awal ke apartemen tadinya aku akan lembur di kantor, tapi anggota timku sedang tidak bisa, jadi terpaksa aku membawa PR pekerjaan ke rumah. Mukaku datar dari mulai mobil sampai lift, sembari merogoh sakuku mencari kunci apartemen.

Di depan pintu apartemen, ada pemandangan yang tidak biasa Boby sedang berbincang dengan seorang perempuan Agak tinggi, bermuka sexy dan berambut panjang usia pertengahan 30-an kukira, dan dari pakaiannya yang santai, dia terlihat seperti penghuni apartemen dibanding tamu "Malam..." sapaku pelan. "Nah ini mbak, temen sekamar saya ." boby menunjuk ke arahku. Aku tersenyum tipis. "Halo.. shania" sapanya sambil mengulurkan tangan kuraih dan kujabat pelan tangannya "saya vino mbak " ucapku dengan senyum tipis
"Yakin kalian temenan? Bukan couple?" tanyanya menggoda. "Hahahahahaha... gini-gini saya sukanya cewek mbak, apalagi yang cantik kayak mbak" jawab boby genit aku ingin tertawa tapi entah mengapa tawaku tertahan "masuk mbak, gak enak ngobrol di luar gini" kataku pelan "Ah ini aku baru dari dalem, kasian anakku nungguin, sampe ketemu lagi ya.." balas mba shania lantas berpamitan .

Setelah berpisah, lalu kami masuk ke unit apartemen kami. "Siapa bob?" tanyaku "Oh, tetangga baru tadi papasan di lift siang-siang lagi beres-beres pindahan, gue bantuin tadi Janda bro. Anaknya satu" seringai boby. "Terus?" Dengan tampang tengil nya boby berucap "cakep ya?"
"Lumayan..." jawabku sambil berlalu dan menyalakan komputer "Lumayan? Gila lu" dan lalu boby menyalakan TV, aku kembali tenggelam dalam pekerjaanku.

Waktu sudah menunjukkan jam 2 malam aku berjalan ke lemari es, membukanya dan mengambil satu kaleng bir ,Kulihat boby ketiduran di depan TV aku mematikan TV nya dan kembali duduk di depan monitor komputer andai aku bisa sesantai boby ,semoga aku seberuntung boby.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang