Part 19

592 22 6
                                    

Aku duduk pagi itu di pinggir kolam, boby belum bangun dan veranda sedang berenang , dia tampak berusaha menikmati hari kedua ini sedangkan aku pusing karena ulah anin aku tak membayangkan dia akan bertindak lebih nekat lagi dari kejadian-kejadian kemarin.

"Jangan kasih tau boby..." pintaku tadi pada veranda
"Ga bakal. Gue juga kaget" balas veranda sambil bertumpu pada badanku tadi pagi-pagi sekali. 

Moodku rusak dan aku malah menjadi gelisah membayangkan hal-hal gila lain yang mungkin anin lakukan. apakah perbuatanku padanya menyebabkan dia menjadi seperti itu? aku jadi ingin sekali menemuinya Bukan apa-apa, namun ini sudah kelewatan.

"Pagi guys..." boby merayap dari dalam villa dengan muka masih mengantuk, dan langsung duduk di kursi sebelahku memandangi pagi dengan mata yang sayu. Sejenak dia kemudian melongo memandangi veranda yang bangkit dari dalam kolam renang. dengan swimsuit one piece berwarna biru tua, badannya terlihat sangat atletis jauh dari kesan seksi, namun apapun yang dipakai veranda pasti seksi buat boby. Bagimanapun, bentuk badannya terlihat dengan jelas.

"Gue heran" celetukku.
"Lo rajin minum tapi perut lo rata gitu ya..." veranda bermuka sinis mendengarnya.
"Makanya olahraga yang rajin" balasnya meledek kami berdua.

"Hari ini sampe siang kita rada free kan?" tanya veranda
"Hooh" jawabku
"Terus sorenya nunggu sunset di Potato Head"
"Liburan gini susah kali ve"
"Gue udah reservasi kali"
"Buset"
"Siap-siap itu penting makanya. Pokoknya hari ini musti ada cowok nyantol!" serunya dan kami berdua hanya menggelengkan kepala. 

--------

"Rame" celetukku ke boby sambil duduk di cabana yang sudah di reserve oleh veranda. Sebagian besar tamunya adalah turis asing, entah dari mana mereka. veranda sibuk di Bar, entah memesan minuman atau ngapain.
"Itu anak kan kalo mau minum enakan disini ya" celetuk boby
"Cari cowok kali" balasku
"Terus gimana nih kita?" Boby celingukan ke kanan dan ke kiri.
"Gue sih disini aja, lumayan bikin kepala rada kosong..." jawabku. Beberapa turis asing, bule lebih tepatnya, tiga orang perempuan dalam balutan sundress lewat di depan kami.
"Tuh Bob..." lirikku ke mereka.
"Ngiler sih... Tapi... Gue juga harus ngaca dong..." boby cuma nyengir di depan mukaku.

Veranda mendadak datang, melempar dirinya ke arah kami. 
"Bete" celetuknya. 
"Kenapa lagi sih...." aku menggelengkan kepala dengan awkward.
"Rata-rata kesini sama pasangannya. Gak ada yang godain gue lagi..." jelasnya.

"Balik yuk... Lama-lama awkward gue disini" veranda menekuk mukanya dengan sebal sudah pukul 8 malam, tapi dia sepertinya tidak dapat apa yang dia cari. Sekedar berkenalan pun susah. Wajar, mengingat kebanyakan datang dengan pasangannya masing-masing atau dengan keluarga. Setelah membayar bill dan ini itu, kami jalan ke parkiran. Ternyata mobil pasangan turis tadi tidak jauh dari mobil kami. Kap mobilnya terbuka, dan si laki-laki berusaha membetulkan mobil itu. Si perempuan berkacak pinggang sembari menyalakan torch di handphonenya. 

"Fix it quick, i don't wanna fuckin' stranded in a parking lot!" keluh si perempuan terdengar jelas.
"Shut up!" balas si lelaki
"This is what happened if you rent from a cheap looking so-called car rent service"
"Shut up or i tell mom!" teriak si lelaki. 
"I shouldn't go with you"
"I wish you weren't born with that loudmouth"
"Me too "

"Kenapa tuh..." veranda celingukan
"Mobilnya mogok ve" jawabku.
"Bukan, mereka kakak adek tau, dengerin kan tadi"
"Gak urusan gue ve"
"Bantuin yuk, biar ada kesempatan" seringainya.
"Ya ampun..." aku agak kesal mendengarnya.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang