Sore itu aku kesal pada veranda entah apa maksudnya, aku mendiamkannya seharian sehabis kejadian itu. belasan pesan ke handphoneku berdatangan, isinya emoticon nyengir dan permintaan maaf ,aku hanya menghela nafas. masuk pesan dari anin dan aku langsung melirik ke arahnya. dia cuma menatapku balik sambil menunjuk layar handphone nya. aku melihat pesan darinya.
"Kenapa sayang? Kok mukanya kusut amat?" begitu isinya. aku mengetik balik
"Gapapa, pusing abis rapat"
"Kasian...."
"Biasa kok"
"Pulang mau aku temenin?"
"Boleh"Aku menarik nafas panjang, aku tidak akan membiarkannya gagal lagi kali ini. kalau aku tidak ingin dikhianati, bukankah sudah seharusnya aku tidak berkhianat? aku ingin mengubur ingatan-ingatan rusakku tentang gracia, oleh karenanya, aku harus membangun ingatan-ingatan baru tentang anin.veranda sialan. Aku tak menyangka cara bercandanya dan caranya menginginkan sesuatu bisa lebih dari sekedar memaksa, jika ia memang menginginkan diriku, kenapa tidak jujur.
Jujur saja, aku tidak pernah membayangkan memiliki masa depan dengannya.
Tetapi jika mengingat kejadian di Singapura itu, itu kejadian yang sungguh gila, aku tak menyangka bahwa tanpa hati, tanpa rasa suka, tanpa simpati, bisa berujung pada hubungan intim dan terjadi ber ulang-ulang. si sialan itu kadang-kadang harus diberi pelajaran, tapi biarlah, mungkin bukan aku yang membalas keusilannya itu. biar nanti karma yang membalasnya, and karma is a bitch.
------
"Sayang... Ahhh...... Ahh...." anin bertumpu pada bedhead, aku meremas pantatnya dengan penuh nafsu badannya membungkuk didepanku, dan tampak kepayahan mengimbangiku .masih terbayang kekesalanku kepada veranda tadi siang, yang mendadak aku asosiasikan dengan kejahatan gracia pada hatiku. Kejahatan yang merusak hubunganku dengannya, perselingkuhan itu dan ketika anin memutuskan untuk mampir ke apartemen untuk menghiburku yang tampak begitu kesal di depan dirinya, aku melampiaskan kekesalanku padanya.
"Sayang.... Pelan-pelan sayang...." anun berusaha membuatku sedikit menurunkan frekauensi terjangangi . aku tak peduli lagi suara dari dalam kamar ini didengar siapa,boby, mbak shania, siapapun silakan.
Mungkin dia tidak merasakan aura marahku, atau mungkin dia merasakannya dan hanya berusaha menjadi pacar yang baik,sudah hampir dua bulan aku berpacaran dengannya, dan semuanya baik-baik saja. walau kadang aku agak kurang sreg dengan gaya anin yang terlalu childish, tapi biarlah. apalah itu artinya dibandingkan dengan perasaan nyaman bersama seorang kekasih yang tulus?
"Mmm.... Ahhhh....." Badan anin bergetar dan mendadak kaku.
"Aku udah sayang....." Aku lantas makin ganas menyerangnya, berusaha menyudahinya juga saat ini. aku berteriak tertahan. terasa spermaku mengalir di dalam kondom.--------------
"Masih marah sama gue?" veranda mengajakku ngobrol di sore hari itu, saat seperti biasa aku memperhatikan mobil-mobil macet di depan kantor.
"Sedikit" Sudah dua minggu sejak kejadian itu terjadi. aliran mobil yang entah mau ke antasari, ampera, bangka, ataupun mampang menjejali jalanan di depan kantorku.
"Masih mau temenan sama gue?" katanya pelan. aku hanya mengangguk, melihatnya dengan tatapan datar, dan berharap dia tidak mengulanginya lagi di kemudian hari, anin mendadak keluar dari pintu kantor.
"Eh mbak" Senyumnya ke veranda dengan ceria. veranda tersenyum sedikit nakal dan menggodanya "Nyariin Masmu?".
Anin hanya tertawa tanpa suara, lalu mengangguk pelan. veranda mundur teratur, dan masuk kembali ke dalam kantor.
"Besok jadi kan?" tanya anin. besok adalah acara ulang tahun ayahnya. aku mengangguk sambil tersenyum. "Papa dan Mama gak sabar pengen ketemu kamu" tampangnya hari ini dan pernyataan itu membuatku makin melihat dia seperti anak-anak yang menggemaskan. sneaker converse, skinny jeans, kemeja putih tipis yang dibalut dengan sweater abu-abu yang bermotif print tokoh kartun tikus kesukaan anak-anak dan orang tua. Bring it on. aku memang selalu takut bertemu dengan orang tua pacar,tapi ini langkah kemajuan dalam hubunganku dengan anin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard
RomansaTentang aku bajingan yang beruntung Mengambil cerita dari sudut pandang orang pertama "aku" adalah vino pria patah hati yang selalu teringat akan kisah lalu nya . Vino X Shania Vino X Veranda Vino X Anin Vino X Shani Vino X gracia