Sudah seminggu ini rasa rinduku pada shani tak tertahankan. Kami hanya bisa bertemu lewat media sosial, dan sekali makan siang minggu ini. Tapi aku tetap berusaha tidak memperlihatkan perasan rinduku kepadanya, agar tidak mengganggu konsentrasi pekerjaannya. Kulihat lagi selfie yang ia kirim kepadaku, muka ngantuknya jam 2 siang. Katanya dia baru bangun dan tak sabar untuk bertemuku malam ini. Aku menawarkan untuk menemani malamnya, dan dia mengizinkanku.
"Eh, kita kapan sih ke Singapore?" tanya veranda
"Masih lama kali..."
"Oh, gue mau ngasih tau ke devan , supaya nyusul gue..."
"Mau extend"
"Gitu deh..."
"Shani mah gak bakal bisa, masih sibuk kayaknya""Jadi udah seminggu gak gituan dong?"
"Bukan urusan lu"
"Yaudah, kalo emang pengen.... kasih tau gue, tar gue anggurin bentar devan itu"
"Apa sih"---------
Shani berbaring telanjang di bawah badanku, dengan paha terbuka lebar dan ekspresinya yang luar biasa. Kulit halusnya bersinar, dibalut cahaya temaram lampu tidur. Aku dengan bersemangat memompa pantatku maju mundur, memberikan dirinya dan diriku kenikmatan yang sama.
Aku bertumpu pada tanganku, memperhatikan mukanya yang pasrah sambil sekekali menciumi bibirnya. Sudah lama aku dalam posisi ini, berusaha membuatnya merasakan puncak kenikmatan terlebih dahulu.
"Lo kalo udah mau keluar langsung aja...." bisik shani mendadak.
"Eh, entar lo gimana?"
"Gapapa, udah kecapekan juga tadi..." balasnya.
"Serius?"
"Iya..."Aku akhirnya berkonsentrasi untuk diriku saja. Tak lama kemudian aku mencabutnya sesaat sebelum ledakan itu tiba dan mengeluarkannya di perutnya. Lantas aku mencium bibirnya yang lemas dengan penuh kasih sayang.
Tak lama setelah itu, shani sudah memasuki alam mimpinya. Dia tampak kelelahan sekali, bahkan tanpa sepatah kata apapun sehabis berhubungan seks, dia langsung tertidur. Aku tidak ambil pusing, dan memakai pakaianku lagi, untuk keluar dari kamarnya. Aku mengambil laptopku dan menyalakannya, mempersiapkan apa yang harus kupersiapkan untuk beberapa pekerjaan kantorku, tentunya dengan ditemani teman baikku. Rokok.
Lama aku berkutat di depan laptop, dan sebenarnya aku tidak benar-benar sedang bekerja. Aku hanya browsing tidak karuan, merasa ada yang kurang dengan hubungan seksual kami yang tadi. Tidak passionate seperti biasanya. Pikiranku melantur kemana-mana, tapi akhirnya aku menuju pada satu kesimpulan. Dia kelelahan. Pastilah sangat lelah jika lima hari seminggu kegiatan malam, belum lagi ada beberapa hari yang dia tidak bisa bangun siang, karena ada pekerjaan atau apapun yang menyita waktu siang dan paginya.
Tak tahu sudah berapa batang rokok yang kuhabiskan sambil banyak melihat situs-situs yang bersliweran di internet dan sedikit pekerjaan. Ketika aku sudah akan mematikan laptop, mendadak pintu kamar shani terbuka.
"Hei... belum tidur?" sapa shani dengan nada manja, tubuhnya tampak telanjang bulat sambil berjalan ke arah lemari es dan membukanya, entah mencari apa. Dengan linglung dia mengambil gelas dan berjalan ke arah dispenser air, mencoba untuk menghilangkan dahaganya.
"Belum, baru mau..."
"Duh, pusing, kecapean kayaknya, lima hari berturut-turut tidur kemaleman..." ujarnya sambil meminum air.
"Namanya kerjaan ya?"
"Iya"
"BTW gue sam veranda kayaknya dua bulan lagi ke Spore, hari Kamis sama jumat"
"Kerjaan?"
"Iya. Nah, kalo lo mau, nyusul yuk sabtu minggunya?"
"Duh... gak kebayang, ntar aja deh ya ngobrolinnya, takutnya gue sibuk atau kecapekan"
"Oh, oke..."Shani meraih lenganku, lantas menarikku ke dalam kamar, memintaku menemaninya untuk tidur.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard
RomanceTentang aku bajingan yang beruntung Mengambil cerita dari sudut pandang orang pertama "aku" adalah vino pria patah hati yang selalu teringat akan kisah lalu nya . Vino X Shania Vino X Veranda Vino X Anin Vino X Shani Vino X gracia