Part 18

825 29 7
                                    

Aku mengikuti veranda dengan langkah mengendap ke lantai atas. Sesampainya di atas, dia mengunci pintu kamar utama veranda lalu mendekatiku, dan kami berpelukan sambil berciuman, diterangi cahaya malam dari luar kamar. kami sengaja membiarkan cahaya bulan dan lampu sekitar memasuki kamar ini , malam ini berbeda dari biasanya kami berpelukan cukup lama entah mengapa rasanya enggan melepasnya malam ini. mereka berdua yang selalu ada di saat isi kepalaku terganggu ataupun tidak.

"Tumben" bisikku sambil memeluknya.
"Tumben apaan" balasnya
"Biasanya lo ganas"
"Suasananya enak" veranda tersenyum lalu menaruh kepalanya di dadaku.

Kami duduk di kasur, lantas perlahan berbaring. aku telentang dengan santai, dan veranda memelukku dari samping. Kepala dan rambut indahnya jatuh di bahuku matanya memperhatikan jendela dan tangan kami berdua saling menggenggam, memainkan jari masing-masing.

"Lo sadar gak?" tanyanya.
"Sadar apaan ve?"
"Kepala gue pasti kosong kalo lagi bareng sama lo... Bete-betenya dunia lenyap"
"Masa?"
"Makanya gue suka main sama lo" senyumnya,aku lantas berpaling ke arahnya, meraih bibir indahnya dan mulai menciumnya. kami berpelukan erat. Bibir kami beradu dalam kesunyian ubud.

Aku merasakannya tanganku mendadak bergerak ke arah buah dadanya, berniat untuk meraba atau menyingkap bajunya.

"Jangan" bisik veranda
"Jangan dulu... Gue masih mau nikmatin momen ini".

Veranda memeluk leherku kencang, dengan nafas yang berbeda. Mendadak keliarannya hilang, dan aura kenyamanan muncul.

Sepertinya berjam-jam kami hanya berciuman, berpelukan, saling menatap. veranda memang benar-benar cantik dan anggun. sayang keanggunannya tertutup dengan sifat masa bodo-nya dan keasalannya. tapi disaat diam dan di suasana seperti ini, keanggunannya muncul. Cahaya temaram yang menerpa kulitnya yang licin membuat dirinya terlihat sangat cantik.

"Veee...." bisikku sambil menatap wajahnya
"Apaan sih?" tanyanya jahil
"Enggak..."
"Jangan kebawa suasana..."

Dia a langsung mulai membuka atasannya perlahan ,aku menyentuh perutnya. Nyaman sekali rasanya ,dia mendadak menggenggam tanganku halus dan kembali berbisik kepadaku.

"Malam ini... jangan aneh-aneh ya...."
"Lo yang suka aneh-aneh" balasku menahan geli
"Gue pengennya cuma ngerasain badan lu doang" peluknya terasa hangat.

Aku berusaha melepaskan celana pendeknya,a ku merespon perlahan. entah kenapa veranda sangat menahan nafsunya malam ini. dia lantas berbalik, menyuruhku dengan tidak langsung untuk melucuti pakaian dalamnya.

Perlahan kulepaskan semua, satu persatu,dia membantuku dengan memudahkanku. Pada akhirnya tubuh indah veranda terlihat seperti suatu pahatan indah di atas kasur. Bercahaya di tengah gelap, tangannya menutupi organ vitalnya. seperti malu-malu. Biasanya dia selalu fokus dipenyelesaian akhir dan menuntut konsentrasi lebih dariku. tapi malam ini semuanya natural. Sentuhan-sentuhannya berubah lembut dan penuh perasaan. aku mulai melucuti bajuku satu persatu.

Dan kamipun telanjang bulat, Berpelukan, dibawah selimut tipis di kamar gelap itu kami terus berciuman, menikmati suasana sendu malam itu.

"Kamu jangan berisik ya, nanti boby bangun" bisik veranda
"Kamu?" kagetku
"Eh, maaf, elo" gelinya.

Badanku beradu dengan badannya Panas tubuhku bertemu dengan panasnya. Sentuhanku saling berbalas dengan sentuhannya. We're ready to make love.

Veranda berusaha meraih sesuatu di laci sebelah kasur,dia meraih kondom untuk malam ini. ternyata dia sangat teliti mempersiapkannya, dan aku malah yang tidak membawa kondom sama sekali untuk di Bali,tampaknya aku memang sepesimis itu.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang