Part 28

677 24 21
                                    

Sudah beberapa lami kami berhubungan dan sudah beberapa lama ini juga aku jadi lebih sering menginap di apartemennya,saling menemani dan saling mengisi. Setidaknya itu yang kurasakan.

"Kok lemes gitu?" tegur veranda saat makan siang
"Biasa aja ah" aku menguap
"Kata boby lo makin jarang di rumah ya?" Aku mengangguk.
"Gak baik ah, belom nikah juga lo sama shani..." 
"Ah santai kok gue..." balasku

"Tapi kerjaan ga kenapa napa kan?"
"Biasa kok ve..." 
"Lo kayaknya beneran demen sama dia ya?" Aku mengangguk.
"Sampe nginep mulu di apartemennya... ga sekali-kali dia nginep di tempat lo?"

"Kok elo yang jadi sewot ve" senyumku pelan mengusir rasa kantuk.
"Sewot dari hongkong..." balasnya dengan muka sinis.




"Mbak boleh foto bareng?"

Seringai dua orang lelaki pada saar kami makan malam di daerah Senopati shani tersenyum manis, senyum yang sudah diprogram.

"Boleh..." 
"Mas bisa tolong fotoin?" tanya salah satu dari mereka kepadaku. Aku mengiyakan dengan mengangguk. Dengan terpaksa aku menunggu mereka berpose. Salah satu dari mereka merangkul pundak shani,shani tampak tidak berkeberatan. Mereka bertiga tersenyum lebar. Lelaki yang merangkul shani memasang senyum paling lebar yang pernah kutahu.

"Siap ya..." aku menghitung mundur dengan enggan.

Mungkin mereka bisa mendengar suaraku menelan ludah. Setelah memfoto mereka, aku memberikan handphone itu kembali. Bisa kulihat mereka tertawa puas tanpa memberiku sedikitpun terimakasih. Hanya shani yang mendapatkan terimakasih.

"Gapapa emang?" tanyaku
"Apanya?"
"Dipegang-pegang gitu...." protesku
"Biasa aja ah, gitu doang" jawab shani ringan.

Aku hanya cemberut shani tampak ingin menghiburku, dengan mewajarkan kejadian tadi. Tapi dia malah mengubah arah pembicaraan.

"Besok jemput gue dong ya?"
"Di?" tanyaku sambil menyembunyikan kekesalanku 
"Pacific Place.. Jam 9, bisa kan?" senyumnya.
"Bisa aja... Besok gue rapat, beres jam 8 sampe kantor..."
"Yaudah... Jemput ya?" ucapnya manja sambil memegang tanganku, berharap aku mewajarkan kejadian tadi.

-------------------

Sehabis rapat dengan anin selalu begini diam tanpa anpa suara di mobil aninhanya melihat jalan tanpa suara  Atau terpaksa tanpa suara. Jam 7 malam. Jam 9 nanti aku akan menjemput shani di Pacific Place, scbd. Perjalanan dari kantor setidaknya membutuhkan waktu kurang lebih sejam. Aku tidak bisa berkonsentrasi menyetir karena sangat lapar. shani ada meeting terkait premier filmnya beberapa minggu lagi. Pastilah sambil makan, aku menghela nafas.

Perutku tiba-tiba berbunyi.

"Laper mas?" tanya anin
"iya..."
"Gak makan dulu sebelum ke kantor?" aku menelan ludah mendengar ajakannya.

"Gak usah, nanti mau makan kok..."
"Oh..."

Aku mencoba mengontak shani

"Nanti mau kan temenin gue makan habis kujemput?". Tak ada jawaban. Last seen 18.25. Pasti dia sedang tidak membuka handphonenya dan akupun bosan menunggu. Restoran cepat saji mendadak muncul di sudut mataku. Aku mendadak membelokkan mobilku kesana.

"Katanya nanti?" tanya anin dengan muka datar
"Ga tahan, drive thru aja..."
"Tapi lagi gak buka drive thru nya" shit. Ya sudah, terlanjur masuk. Akhirnya aku dan anin memutuskan makan disana anin turun dari mobil dan berjalan dengan awkward aku juga.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang