part 6

1K 30 3
                                    

Bandara Soetta

"Kok lama amat sih? Kan janjinya ketemu di sini jam 6 pagi, sekarang udah setengah 7" marahku ke veranda
"Kan gue harus dandan dulu, bego Lagian gak ditinggal pesawat juga kan" jawabnya.
"Gue gak suka ngantri" balasku
"Bodo" sinisnya dan kami berdua lalu mengantri untuk mendapatkan Boarding Pass. 

Bandara pagi itu cukup ramai, walaupun bukan musim liburan Sambil mengantri, kuperhatikan beberapa pasang mata lelaki melirik ke arah veranda Kulit putih, badannya yang langsing serta tinggi memang menarik hati lelaki pada umumnya "Sok gaya banget sih pake celana kayak gitu" seperti biasa aku meledeknya.

"Sirik aja lo" jawabnya sambil mengikat rambutnya Dia mengenakan high heels yang cukup tinggi, celana jeans yang bolong-bolong di lututnya, dan tank-top hitam yang dibalut blazer ringan warna krem disertai koper yang cukup besar.

"Ini lagi ke Singapura doang bawaan kayak mau mudik" ledek ku pada nya

Dia menjawab dengan sinis
"Gue bukan kaya lu pake celana yang itu itu kaya gak di cuci sebulan" aku hanya geleng-geleng kepala, sambil senyum tipis melihat kopernya yang besar itu.

Perjalanan Jakarta - Singapura yang cuma sebentar itu bagiku terasa membosankan terakhir kali aku naik pesawat adalah ketika aku liburan ke Singapura dengan gracia , setahun setengah yang lalu Pada saat itu kami menginap di apartemen kakaknya yang memang menetap di sana Perjalanan yang menyenangkan, terutama momen-momen romantis jalan-jalan malam, dan semua kegiatan yang kami lakukan di sana. pada masa itu aku merasa dunia milik kami berdua, tidak ada apapun yang akan menggagalkan pernikahan kami Tapi kejadian gila itu membuat aku mendadak bergidik. Selingkuh!! Apa salahku? Aku memang tidak meminta penjelasan Aku cukup shock ketika berhasil membuka akun email gracia Semua percakapan dan foto-foto yang di kirim ke pria itu ternyata aku tidak spesial, hanya itu saja yang aku tahu setelah mengetahui kejadian itu.

Rapat hari ini terasa tidak spesial tidak ada bedanya dengan rapat-rapat dan workshop lainnya aku bosan menghabiskan hari-hari seperti ini, Kami berdua menunggu taksi yang akan membawa kami ke hotel.

"Minum yuk ntar malem" ajak veranda
"Males lu aja" jawabku.
"Duh sama siapa gue, masa sendiri? Ayo dooong vinoooooo" rajuknya.
"Gak mau, mau tidur" lanjutku.
"Pantesan gak punya pacar Jadi garing gini lo sekarang" aku tak menjawabnya lagi hanya fokus melihat moncong taksi yang datang.

Di dalam taksi veranda lagi-lagi merajuk "Ayolaah"
"Udah dibilang gak mau, gue mau tidur, capek banget seharian rapat"
"Ya udah" aku melihat ke arahnya.

Tampangnya merengut persis seperti anak kecil yang merengek pada orang tuanya dan sesampainya di hotel, kami menempati kamar yang bersebelahan wsktu sudah menunjukkan pukul 7 malam waktu Singapura Saat yang tepat untuk mandi dan bersantai sebelum besok disibukkan lagi dengan rapat hari ke-dua ,aku agak kasihan dengan veranda sebenarnya tidak ada teman untuk minum tapi masa bodo, lagi-lagi kupikir, dia sudah besar, dan gak mungkin hilang di tengah keramaian Singapura. 

Setelah mandi, aku berbaring memejamkan mataku dan semua memoriku akan gracia terlintas di kepalaku Sungguh bodoh waktu itu aku sangat berharap banyak kepada hubungan itu,Andai saja aku tahu perselingkuhannya sejak lama pasti aku tidak akan terjebak pada perasaan sekosong ini sekarang Pelan-pelan aku mulai masuk ke dalam tidur Tapi, mendadak handphoneku berbunyi.

"Halo" dari beranda Aku dengan malas mengangkatnya.
"Apaan" tanyaku.
"Bantuin dong di lobby, berat nih" lalu telepon terputus Apa yang berat? Beli apa dia? Aku beranjak memakai celana panjang dan turun ke bawah dan astaga.

"Ngapain beli bir sebanyak ini?" tanyaku dua kantong plastik besar yang berisi berkaleng-kaleng bir parkir di samping veranda
"Kalo lo ga mau minum di luar, gue bawa bar nya ke kamar lu vino" katanya galak , aku cuma geleng-geleng kepala dan dengan terpaksa menerima ajakannya untuk minum di kamarku. 

Aku bersusah payah membawa kaleng-kaleng itu ke kamarku "Tadi kok lu bisa ngangkatnya pas beli?" tanyaku
"Gak tau. Pas sampe lobby abis tenaga gue" jawab veranda Begitu masuk ke kamarku veranda langsung melempar dirinya ke kasur dan Aku meletakkan kaleng-kaleng itu di meja kamar "Lumayan kan?" katanya bangga.

"Lumayan apaan Bir doang mah cuma bikin ngantuk" Aku menjawab sambil duduk di kursi
"Tadi lo udah tidur?"
"Iya" jawabku.
"Buset cupu amat jam segini udah tidur" ledeknya.
"Bodo". Aku mengambil kaleng pertama dan meminumnya.

"Gue masih inget yang lo ijin ke kantor mau maen ke Singapura seminggu sama si gracia" tiba-tiba veranda membahas isu yang sensitif.

"Gak usah dibahas" jawabku sambil mengisi perutku dengan bir
"Kalo gak dibahas kapan bisa lupanya sih" balasnya ketus Dia bangkit dan mengambil satu kaleng bir juga dan kembali duduk di kasur.
"Jangan di atas kasur dong kalo tumpah gimana" aku memperingatkannya.
"Emangnya gue bocah, minum aja tumpah-tumpah..." 
"Jadi, gimana kabar lo sekarang? Masih surem keliatannya" selidik veranda
"Ya gini lah" jawabku. 
"Lu beda banget sekarang, diem terus"
"Abis mau apa?"
"Gak pernah main lagi sama gue dan anak-anak"
"Gunanya apa buat gue?"
"Ya jangan ngurung diri di rumah lo terus lah"
"Apartemen"
"Sama aja"
"Beda"
"Udah lah udah setaun Gue tau lu kesel sama gracia Tapi gak sampe gitu juga, kenalan lah ama cewek cari pacar. Anin tuh embat, masih bego-bego gitu, ga bakal selingkuh kayaknya"
"Gue juga mikir gitu dulu sama gracia"

Dan mendadak kami berdua diam veranda menghela nafas "Lo gak kasian sama diri lo emang? Kesepian terus surem terus, berani taruhan itu onderdil lo udah lama gak lo pake" nada bicara veranda makin meninggi Mungkin pengaruh dari beberapa kaleng bir yang sudah dia habiskan, atau dia memang gemas dengan kondisiku.

"Siapa bilang" bentakku balik
"Gue yang bilang" balasnya
"Gue tau lo bukan tipe orang yang suka pijet udah pasti ga dipake lah" lanjutnya
"Lo gak tau aja" balasku emosi
"Abis sama siapa? Boby?" Tanyanya balik
"Ya bukan lah" Jawabku.
"Jadi lo udah punya pacar? Ga bilang-bilang gue?" tampaknya veranda makin penasaran, pose duduknya jadi tegak Aku menghabiskan kaleng yang di tanganku.

"Bukan pacar"
"Hah?"
"Bukan pacar ve"
"Siapa?"
"Tetangga gue"
"Sumpe lo?!"
"Iya"
"Cerita"

Aku menghela napas panjang. "Jadi sebulan lalu ada tetangga baru cewek, lebih tepatnya janda sih, anak satu terus"

"HAH! sama janda?!?!" Veranda kaget
"Diem dulu kenapa sih"  aku kesal karena dia memotong ceritaku Setelah dia tampak tenang, kulanjutkan ceritaku entah mengapa karena kesal, aku berusaha bercerita sedetail mungkin mulai dari pertama kali kami bertemu, lalu bagaimana kami mulai berhubungan intim agar dia tidak banyak bertanya, aku menceritakan dengan detail dan veranda hanya terdiam dengan muka kaget menatapku cukup dalam.

"Gila" katanya.
"Ya kan, udah gue bilang"
"Bukan itu"
"Maksudnya?"

"Gue mau" Anggia menggigit bibir bawahnya "Cerita lu bikin gue mau nerkam lu vinooo" lanjut veranda Gantian aku yang kaget"Duh" Napas veranda mendadak berubah Mendadak dia berdiri di hadapanku Entah setan apa yang membisikinya Dia membuka blazernya, melemparkannya ke lantai, lalu membuka celananya di hadapanku Aku hanya bisa melongo dan dengan bodohnya tidak berusaha menghentikannya ,Terakhir dia membuka tank top nya tubuhnya putih, halus, tanpa cela sedikitpun tubuhnya hanya dibalut oleh satu stel pakaian dalam berwarna hitam, sangat kontras dengan kulitnya yang pucat Aku menelan ludah.

"Tanggung jawab udah bikin gue pingin nerkam Lo dan Lo mesti pake gue" dan veranda pun langsung masuk ke pangkuanku, meraih dan mencium bibirku. 

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang