part 7

927 25 3
                                    

Aku berdiri, berjalan pelan menuju kamar mandi dan mandi lagi dengan cepat , setelah mandi aku memakai kembali bajuku yang berserakan di karpet. sialan, veranda benar-benar memanfaatkanku untuk memuaskannya. veranda masih tetap duduk berbalut pakaian dalamnya di kursi, sambil memainkan handphone nya.

"makasih ya lo cerita detail sih, jadi aja gue pengen" katanya kepadaku
"sumpek disini ve gue mau cari smoking area dibawah, ikut?" ajakku
"Bentar, pake baju dulu" balasnya
dia mengais-ngais jeans robeknya dan tank topnya, aku meraih handphone dan rokok ku dan memasukkannya ke dalam saku. kami keluar bersama dan turun lewat lift.

Aku duduk di bench, merokok dengan tenangnya, di smoking area hotel. Veranda duduk di sebelahku, bersandar ke kursi sambil melihat langit malam singapura yang tak berbeda dengan langit malam jakarta.

"kayaknya lo masih sayang ama gracia" mendadak veranda membuka pembicaraan.
"tau dari mana lo?" tanyaku.
"Keliatannya sih gitu..." jawabnya.
"Gue perhatiin lo setaun ini selalu ngehindar kalo ngebahas soal gracia dan kayaknya kalo lo sakit hati doang ga kayak gini situasi tingkah laku lo" lanjutnya panjang.

"terserah..." aku menghembuskan asap dengan kesal.
"anin boleh tuh buat ngelupain gracia..." sambung veranda
"random amat sih topik bicara lo" aku menyanggahnya
"gak usah lo seriusin lah, yang penting lo punya bemper perasaan, dibanding main sama tetangga lo atau main sama gue, yang cuman buat kepuasan fisik doang .." beberapa orang yang ada di sekitar tempat itu menoleh kepada kami.

"gak bisa lebih keras lagi ngomongnya ya???!" keluhku ke veranda
"Hah?" jawabnya.
"disini masih singapura, pembicaraan kita orang lumayan ngerti kali..." dia cuma tersenyum sinis dan mendadak memegang tanganku dan menyenderkan kepalanya di bahuku.

"Pacaran sama gue ajaaaa" katanya sok manja
"Ogah" jawabku sambil berusaha menghindar dan dia hanya tertawa sambil melepaskan tangannya.
"kenapa gak mau sama gue?” senyum veranda tajam dan itu yang menurut kebanyakan lelaki menarik.
Karena enggak aja
"bedanya apa gue sama gracia?"
"beda jauh"
"oh, bagusan Gracia dong, berarti masih sayang dong?" bisiknya sambil pura-pura bersandar ke badanku
Gak sesimple itu
Tapi gak juga harus dibikin susah kaya di kepala lo sekarang kan?” tanya veranda
Terserah…. Jangan obok-obok isi kepala gue, dan gue males ngomongin orang itu” aku berujar kesal kepadanya.

Veranda senyum dan dia kembali bersandar ke bench.

“Cepet atau lambat lo mesti hadapin semuanya , lo masih hidup di Jakarta yang sama dengan gracia loh… gak sesimple cut terus lupa. utang kalian berdua masih banyak… Misalnya…” cecar veranda dengan santai.

Shut up” aku memotong ucapan veranda
"yah… Gue ga bisa ngomong apa-apa lagi deh… Lanjut aja yuk, di atas?”
Ogah
Hahaha
Malam ini sepertinya akan panjang sekali dengan veranda , entah lah mau dia seperti apa .

--

Setelah berpisah dengan veranda di bandara, aku langsung menaiki taksi apapun yang tersedia. aku menatap jalan sambil memikirkan apa yang aku dan veranda lakukan di Singapura, itu kali pertama aku berhubungan intim dengan teman sendiri dan setelah kejadian itu, veranda berusaha bersikap seperti biasa kepadaku, dan aku berusaha untuk play along. Memang rasanya agak canggung, tapi itu hanya terjadi sekali bahkan setelahnya kami tidak tidur bareng. aku mendadak ingin tertawa membayangkan muka boby karna dia sangat suka pada veranda, dan selalu berusaha mengobrol dengannya apabila bertemu , tapi malah aku yang brengsek berhubungan intim dengan veranda.

Sesampainya ke apartemen aku langsung naik ke unitku. Masuk, dan menyapa boby

"Gue balik..." kalimat pertamaku ketika masuk ke apartemen
"Eh.... Disalamin ke veranda gak?" tanyanya tanpa menanya kabarku.
"Iya om..." jawabku pelan
"Duh, enak bener ya... Pergi berdua sama veranda, pasti makin cantik tu anak" khayal Rendy.
"Kangen gue ketemu sama dia..."
"Kapan dia main kesini lagi ya?" mendadak mata Rendy berbinar.

BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang