Sudah hampir seminggu setelah kejadian itu prtengkaranku dengan anin tidak selesai ,anin hanya meringkuk menangis di kursi penumpang. aku sendiri sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. aku mengantarkan anin pulang dalam hening. dia bahkan tidak berkata apapun saat aku membuka kunci mobilku. Dia langsung lari begitu saja setelah aku masuk ke parkirannya. Aku pulang dengan perasaan hancur. dua kali pertahananku hancur hari itu.
Anin tetap masuk kerja seperti biasa, kami hanya saling memandang di kejauhan, saling takut untuk bertegur sapa. bahkan veranda pun semakin bingung dengan kesuraman antara kami berdua. sudah beberapa hari ini kami tidak saling bicara,saling diam , diam dalam keputus asaan .
Ini minggu terakhir kerja beberapa waktu ke depan libur natal dan tentunya waktu liburanku akan banyak. aku hanya harus pulang ke rumah orang tuaku di Bandung. Semenjak aku bekerja orang tua ku memutuskan tinggal di bandung . mendadak aku membayangkan rumah anin, dan menghela nafas panjang.
Seharian itu aku tidak merokok ,tenggelam dalam pekerjaan, bahkan makan pun kulakukan di meja kerja. Headphone terpasang di telingaku.
Hello darkness, my old friend
I've come to talk with you again
Because a vision softly creeping
Left its seeds while I was sleeping
And the vision that was planted in my brain
Still remains
Within the sound of silence
(Lagu lama yang usianya lebih berumur dari usia saya hahaha)
Lantunan lagu dari Simon and Garfunkel bergema di kepalaku. aku tak sadar sudah berapa lama tenggelam seperti itu, tak terasa sudah pukul 8 malam dan tak biasanya aku ada dikantor semalam ini mendadak aku kaget.
Anin tiba-tiba duduk di depan mejaku, Aku dengan enggan membuka headphone.
"Aku kepengen ngobrol...." anin membuka pembicaraan.
"Tumben kamu belum pulang" balasku tanpa melihat matanya. Tentunya dengan nada datar.
"Sambil pulang ngobrolnya?" ajaknya, tanpa melihat mataku juga. Aura mukanya seperti sedang berkabung.
"Terserah" jawabku sekenanya, langsung menutup laptopku.Kami berdua saling diam dalam mobil itu, suasana malam ikut memakan suara kami. entah siapa yang terlebih dahulu diantara kami yang akan membuka suara.
"Aku gak akan kayak gitu lagi...." suara anin penuh dengan penyesalan.
"....." aku masih diam.
"Aku gak mau ngelukain kamu. Kayanya dia ngelukain kamu banget..." anin merefer ke gracia, naif sekali dia.
"....." aku masih tetap diam.
Kami mendadak saling berpandangan dalam gelap, dia mencoba untuk tersenyum kepadaku dan mukaku dengan enggan membalas senyumannya seadanya.
"Aku kangen bareng sama kamu lagi...." lanjutnya. Aku hanya tersenyum tipis ke arahnya. Dia meraih tanganku yang kaku di atas pahaku.Dan sama sekali tidak ada rasanya, tidak ada kehangatan yang biasa kurasakan. Rasanya seperti tidak disentuh oleh tangan siapapun.
--------
Malam itu, aku berciuman dengan anin di atas kasur itu. aku mencoba untuk memperlakukan dirinya dengan mesra. dari tadi kami hanya berciuman dan berpelukan di atas kasur.
Kantor sudah memasuki hari libur natal dan ini menjadi kesempatan aku dan anin memperbaiki hubungan kami,anin tak pernah bertanya apapun soal gracia lagi dan dia menjadi over protektif serta over perhatian kepadaku ,lemari es di apartemenku jadi penuh makanan.
Biar makannya teratur dan sarapan, kata anin sewaktu dia mengisinya dengan penuh perhatian. Ya, aku memang tidak pernah sarapan semenjak tinggal sendiri seperti ini. aku sudah lupa, kapan terakhir kali aku sarapan. walaupun pada prakteknya aku memang jarang sekali sarapan .

KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard
RomanceTentang aku bajingan yang beruntung Mengambil cerita dari sudut pandang orang pertama "aku" adalah vino pria patah hati yang selalu teringat akan kisah lalu nya . Vino X Shania Vino X Veranda Vino X Anin Vino X Shani Vino X gracia