Veranda menatap tajam ke aku dan boby pagi itu , kami berkumpul di balkon kamar utama. semalam veranda benar-benar rewel dan merajuk padaku untuk menemaninya tidur lagi, karena kegagalannya semalam. aku dan boby saling lihat-lihatan. Muka kami entah antara kasihan padanya atau ingin tertawa. veranda yang legendaris mendekati lelaki gay. Kalau seantero anak jurusan kami tahu, entah bagaimana jadinya.
"Tapi gw jadi takut euy" celetuk boby
"Takut apaan?" tanyaku
"Iya si immanuel kan gay... entar gue diapa-apain lagi"
"Ya kali bob.."
"Serius men"
"Lo suka cewek kan bob?" tanyaku lagi
"Iya"
"Lo mau perkosa veranda gak sekarang?"
"Gila lo! Ya gak mau lah"
"Ya sama aja kali mereka, cuma bedanya mereka suka cowok aja" boby lalu mengangguk berusaha untuk paham."Masalahnya dia gak melambai atau kecewek-cewekan! itu kan nipu banget!" seru veranda setengah berbisik.
"Ya... banci salon aja kan mereka biasanya punya anak dan beristri, cuma kelakuannya aja yang begitu.." jawabku ringan.
"Si bule satu ini laki banget! Gak ada gay-gay nya!" Veranda masih belum terima.
"Beda kali ve pembawaan sukanya sama apa" aku menahan geli melihat tingkah veranda
"Kenapa dia gak bilang dari awal sih....."
"Mungkin dia ga nyangka kalo elo flirting ama dia..."
"Mana bisa gitu"
"Ya buktinya sekarang bisa"
"Pokoknya gue mau pulang ke Jakarta" keluh veranda"Ya mana bisa kayak gitu...." jawab boby
"Udah lah nikmatin aja sisa liburannya" lanjutnya.
"Bodo.. mana gue masih hangover berat lagi... terserah kalian deh hari ini mau kemana! Gue mau di sini aja"---------
Aku menyetir siang itu dengan santai, berkeliling Ubud dengan ringan, tanpa rencana-rencana ribet veranda dan kepatuhan boby terhadapnya. veranda memutuskan untuk tinggal di Villa, meredakan hangovernya. Immanuel entah kemana, mau jalan-jalan kaki sendiri. Dan boby dia pun pergi sendiri ke seminyak , Tinggal aku dan Dey yang tersisa hari ini, dan kami berdua akhirnya jalan bareng.Tak banyak yang aku tahu soal pulau ini, jadi dengan bodohnya aku hanya mengulang rute jalan-jalanku dulu bersama gracia dengan dey .
"So... She's takin' it hard rite?" tanya dey membuka percakapan di mobil
"Who?"
"Veranda... about immanuel"
"Well...." aku bingung harus menjawab apa, reaksi yang menyebabkan dey tertawa."You're close to Immanuel?" tanyaku
"Very close. We share a same taste in boys" tawanya.
"How 'bout you? Any siblings?" lanjutnya.
"Nope. I'm the only child"
"That's why you're like this" senyumnya.
"Like what?"
"Overthinking problems. Because you don't have siblings to share anything" benar juga. Aku baru menyadarinya. Dan dia satu-satunya yang pertama mengobservasiku seperti itu, walau hanya baru kenal selama tiga hari.Perjalanan hari ini dengan dey ternyata sangat menyenangkan. harus diakui, aku memang curang dengan mengajaknya ke tempat-tempat yang pernah kudatangin bersama gracia tapi mendatanginya dengan orang baru dan semangat baru ternyata bisa membuatku sedikit lebih ceria dan dey menyadari hal ini. dia merasa bangga bisa membuatku banyak bicara dan tertawa dalam waktu hanya tiga hari. Entah mengapa. Apakah karena suasana Bali yang begitu mendukung ataukan koneksi instan antara aku dan Dey sangat membantu.
Malam itu kami duduk berdua di bar. Ditemani keramaian disana, dengan bir di tanganku dan minuman entah apa di tangan dey , Kami berbincang sangat banyak, dan aku baru banyak tahu soal Michigan dari dia. Selama ini aku tidak pernah mendengar informasi apa-apa soal kota tersebut dari siapapun. Dan percakapan kebanyakan didominasi oleh informasi mengenai dirinya dan immanuel hingga mungkin dey pun ingin tahu banyak soal diriku.
"So tell me more about yourself..." dia memulai penyelidikannya.
"Well... Feel free to ask"
"How old are you?" tanya dey membuka rentetan pertanyaan.
"27"
"I'm 22 What do you do for a living?" pertanyaan kedua.
"Graphic Designer"
"Cool. I jusy graduated from college"
"What major?"
"Psychology" pantas deduksinya lumayan tajam.
"That answers a lot of things" jawabku.
"Such as?"
"Why are you observing me, for example?"
"Not just you" dia tersenyum kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bastard
RomanceTentang aku bajingan yang beruntung Mengambil cerita dari sudut pandang orang pertama "aku" adalah vino pria patah hati yang selalu teringat akan kisah lalu nya . Vino X Shania Vino X Veranda Vino X Anin Vino X Shani Vino X gracia