(1)

486 27 6
                                    

Percaya atau tidak cerita ini memang ada.Aku menulis ini bukan untuk mengenang ataupun mengharapkan dia kembali.Aku harap kalian tidak sebodoh aku dalam cerita ini.

"Hari ini mau kemana?"

"Emm..gak tau,lagi mager"

"Jangan mager.aku jemput"

"Mau kemana?aku gak mau ya kalau ke pa.."

"Iya tau kamu nggak mau ke pantai"

"Kamu juga resek"

"Loh kok aku?"

"Ya gak taulah"

"Ca?Are you alright?"

"Ohh hah?i'm fine ges"
"Jangan dilihat terus,nanti patah lagi"
Ucapannya hanya kubalas dengan senyum simpul.Dia Gesti sahabatku setidaknya untuk saat ini.

Ini dunia indahku,pernah hancur untuk waktu yang lama,sekarang sudah utuh tapi masih retak.

"Eca,buruan masuk ditunggu yang lain"
ucap gesti lalu berlalu pergi meninggalkan aku sendirian dikoridor ruang seni, ditemani dengan langit yang mendung ditambah pemandangan dibawah sana.

"Pemandangan yang indah"ucapku lalu pergi menyusul gesti.

"Five six seven eight"

They say oh my god I see the way you shine
Take your hand, my dear, and place them both in mine
You know you stopped me dead when I was passing by
And now I beg to see you dance just one more time

Ooh I see you, see you, see you every time
And oh my I, I like your style
You, you make me, make me, make me wanna cry
And now I beg to see you dance just one more time

So I say
Dance for me, dance for me, dance for me, oh, oh, oh
I've never seen anybody do the things you do before
They say move for me, move for me, move for me, ay, ay, ay
And when you're done I'll make you do it all again

"Oke girls cukup untuk latihan sore ini,kita lanjut besok"
ucapku mengakhiri latihan sore ini

"Kalian boleh pulang"lanjutku sambil melihat jam yang melingkar ditangan kiriku.

"Eca kamu nggak pulang?"
Pertanyaan gesti membuatku meletakan botol yang sudah aku minum setengah sambil melihat ruang seni yang sudah sepi.

"Pulang.tapi nanti" iya benar nanti karena aku masih ada urusan.
"Yaudah aku duluan"

"Hmm take care" balas singkatku.

Benar benar hidup yang datar.
Inilah aku Selecawal diyasta,seorang gadis remaja SMA yang mengharapkan kedatangan Pangeran Berkuda Putih untuk menyelamatkanku dari dunia yang retak.

"Hidup yang miris,kisah cinta yang payah" ucapku dengan senyum getirku

Perjalanan pulang cukup nyaman.suara adzan magrib bersautan membuatku melihat segerombolan ibu ibu yang hendak pergi ke masjid.Kusapa mereka dengan senyum tipis

"Nduk mari ikut ibu ke masjid"ajak seorang ibu berjilbab merah bata

"Maaf buk,saya sedang datang bulan"ucapku dengan senyum dibibirku.

Memang benar aku sedang datang bulan,urusan yang aku bilang tadi adalah untuk membeli pembalut

"Ohh yasudah,cepat pulang nggak baik anak prawan pulang malam"ucapnya yang hanya kubalas dengan senyum.

Kulanjutkan perjalanan pulangku dengan bersenandung kecil.

Setelah sampai rumah langsung saja aku menuju kamar,karena memang rumah sedang sepi,entah mungkin orangtua dan adikku sedang berpergian.

Kupandangi langit malam dari jendela kamar.Malam ini bintang tidak ada..ahh bukan.Malam ini bintang enggan untuk menampakan diri.Malam yang dingin dan malam yang sunyi

"Aku mau tanya"

"Silahkan"

"Kalau aku jadi bintang,kamu mau jadi apa?"

"Aku?jadi pacarnya bintang"

"Hahahaha" tawa yang indah,melihat matanya yang menyipit dan tawa yang merekah membuatku enggan untuk melihat objek lain

Sial!!
"Sampai kapan?"lirihku,
kutatap langit yang kosong seakan-akan langit tau akan keadaan hatiku yang kosong.

Aku pernah berfikir hatiku akan baik-baik saja dengan ketidakadaan ini,aku fikir waktu akan menenggelamkan perasaan ini.Nyatanya untuk bangun saja sulit.

"Terlukalah kamu sebagaimana luka ini,Hatimu harus mati sebagaimana hatiku pernah mati"

aku tidak dendam,aku tidak benci hanya saja aku terlalu takut.Susah rasanya untuk memulai lagi.

Bukan aku bukanya tidak bisa melupakan,aku hanya takut.Hati ini rasanya benar-benar sudah mati.

Beep beep beep
Kulihat Handphoneku yang menunjukan pesan masuk,hanya nomer 'siapa?' Pikirku

Apa kabar?
Aku Angga

Aku tersenyum getir.Aku abaikan pesan itu dan memilih untuk tidur,kesehatanku lebih penting dari pada Pesan sialan itu.

Kutarik selimut sampai atas dada,kupejamkan mata ini
"Lekas sembuh hati"lirihku


PHILOPHOBIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang