"Dimoooooo!!!balikin" teriakan Laras dan mencoba mengejar dimo yang malah memamerkan apa yang dia pegang
Dimo terlihat melempar benda itu keatas dan langsung menangkapnya.Siswa lain yang menatapnya hanya tertawa tapi tidak dengan para kaum perempuan,mereka terlihat malu dengan apa yang dia lihat
"Dimo.apa sih masalah kamu!hah?nggak usah nyari masalah" teriak Laras dia sudah benar benar malu
Lihatlah Sebuah Pembalut kita telah berada ditangan Dimo.entah bagaimana bisa dia mengambilnya dari tas Laras
"Kasih tutorial dong Ras" ucapnya dan mulai membuka bungkus pembalut itu
"Ini ditempelin dimana?"tanyanya ketika melihat ada perekat
"Disini ya?" Tanyanya dan menempelkan benda itu dikeningnya
Laras benar benar malu,bahkan dia sudah terlihat menahan tangisannya
"Taruh atau gua bikin lo nggak bisa sekolah beberapa hari kedepan" ancam Eca yang dari tadi hanya melihat dan enggan ikut campur tapi sekarang Dimo benar benar sudah keterlaluan,lihatlah bahkan Eca sudah menggunakan kata 'lo gua' dalam kamusnya dia tidak akan menggunakan Kata itu jika dia tidak marah
"Itu namanya bercanda Ca,yaelah nggak asik banget deh"
"Apa?bercanda?sekarang gua ganti posisinya" ada jeda sebentar ketika Eca berbicara
"Marah nggak lo ketika ngeliat wanita yang lo hargai dipermalukan didepan orang?Malu?ngotak dikit .gua nggak bakal marah kek gini kalau lo nggak kurang ajar"
Eca melanglahkan kakinya mendekati Dimo yang berada didepan kelas.tidak ada yang berani melarang atau menghentikan mereka.jika Eca sudah marah hanya ada satu orang yang bisa menghentikannya itu belaku satu tahun yang lalu,entah sekarang
"Bercanda lo kelewatan"
Plakk
Eca meniup tangan kanannya yang baru saja menampar pipi mulus Dimo.tentu saja Dimo tidak terima,dia tau dia salah tapi apa harus eca menamparnya?
"Can,gimana ini Eca nggak mungkin berhenti"bisik Gesti kepada Candra yang berada didekatnya
"Angga" sahut cueknya
"Oke aku panggil" ucap Gesti dan langsung keluar dari kelas
Dimo mendorong bahu Eca membuatnya terhuyung kebelakang
"Jadi cewek nggak usah belagu"Brakk
Eca mendorong Dimo dengan kuat,membuat dimo terbentur papan tulis
"Lo yang belagu,cuih" Eca meludah tepat disepatu Dimo"Maksut lo apa anjing!"teriak Dimo murka bahkan dia menonjok pipi Eca membuatnya terhuyung kesamping kiri dan terbentur meja guru yang terbuat dari kaca
Seakan memiliki nyawa banyak,Eca langsung berdiri dan melempar vas bunga yang terbuat dari kayu kearah Dimo
Tanpa memperdulikan dahi yang sudah berdarah dan juga pipi yang memar Eca mendekati Dimo dan siap untuk memberikannya sebuah kepalan
Candra benar benar tidak tahan melihat itu semua,belum sempat Eca menonjok Dimo lebih dahulu Candra menariknya dan memeluknya,dia tau Eca hanya berhenti ketika dipeluk
"Stop,kamu nggak pates jadi pemeran atagonis"bisiknya
Tanpa menunggu balasan dari Eca dia lebih memilih menariknya untuk keluar dari kelas
"Beresin ini semua"pintasnya kepada cika"Dan Dimo,aku tau kamu Emosi tapi coba kamu pikir siapa yang salah" ucapnya sebelum meninggalkan kelas
Sebenarnya dari tadi Angga sudah berada didalam kelas bahkan dia menyaksikan ketika Eca berda dipelukan Candra,hatinya merasakan sakit ketika melihat itu bahkan Eca pun tidak memberontak
KAMU SEDANG MEMBACA
PHILOPHOBIA (END)
Teen FictionSilahkan Pergi.Aku tidak pernah menahan atau memintamu tetap singgah.Aku tidak pandai membuat orang masuk kedalam hidupku begitupun juga menahan untuk tetap ada. (Cerita pertama aku. Maklum yah kalau masih berantakan. Ini semua proses)