Angga memasuki rumahnya dengan bahu yang merosot,mata yang sayu dan juga jalan dengan pincang.mungkin hari ini adalah hari yang dia tunggu tunggu karena pertandingan futsal,tapi melihat Eca yang meninggalkan tribun membuatnya kehilangan semangat
Luka yang ada dilutut Angga sebenarnya juga karena dia tidak bisa fokus pada pertandingan,bayang bayang Bayu menarik tangan Eca untuk meninggalkan tribun masih tergiang-giang difikiran
Mungkin kalian berfikir ini BUCIN tapi asal kalian tau,sejak ada kata Bucin,Cinta yang awalnya Indah menjadi Basi.Kita semua pasti akan menjadi Bucin pada waktunya apalagi dengan orang yang disayang
"Bayu,hubungannya sama Eca apa ya?" Angga bermonolog sendiri sambil menatap wajahnya dari cermin yang ada dikamarnya
"Bayu memang sedikit lebih tampan dari aku,Dan aku Lebih banyak Tampan dari dia"
"Eca,kamu itu ibarat bulan dan aku bintang,tanpa cahaya kamu aku bukan apa-apa" guman Angga dan masuk kedalam kamar mandi karena badan yang sudah lengket,mungkin dengan air hangat membuat Angga menjadi lebih segar lagi
Sedangkan ditempat lain,Eca tengah menikmati Coklat panas yang ada didalam cangkir yang sadari tadi dia pegang,dia tidak sendiri.Candra duduk menemani Eca tentunya dengan minuman yang sama
Kalian pasti ingat kan perihal Eca dan Candra sudah menjadi teman sejak masa masa SD.Candra juga tetangga Eca hanya berjarak lima langkah dari gerbang rumah Eca
"Kapan kapan kalau tidur ingat waktu sama situasi" ucap Candra.mengingat Eca yang hampir terkunci didalam Ruang Osis karena terlalu lama tidur,untung saja Candra dapat melihat dari mata batinnya
"Heran juga Cewek tapi sembrono" Eca mendelik mendengar Perkataan Candra barusan
"Maksutnya?sembrono apa sih"
"Ca kamu itu Cewek,dengan tidur di Ruang Osis dengan keadaan sepi,banyak anak yang ada diLapangan,dan letak Ruang Osis yang nggak strategis sama sekali.Kamu pikir aman?"
Letak Ruang Osis memang berada disebelah lab Komputer tepatnya di lantai Atas dan disana sepi karena hanya ada sederet Lab dan ruang Organisasi
"Yakan namanya juga ngantuk can" bela Eca yang masih tidak mau mengalah.Candra yang mendengarnya hanya menghembuskan nafas kasar
Diletakannya Cangkir yang berisi Coklat yang masih sisa setengah
"Kalau butuh apapun,bilang sama aku,kenapa sih kamu jadi gini perasaan dulu fine fine aja kalau mau minta tolong""Candra itu jaman kapan?itu jaman aku masih belum bisa cebok"
"Kayak sekarang udah bisa aja" sahut pelan Candra
"Nih mau dibagian mana?" Eca mengelus tangan yang siap untuk menonjok bagian tubuh Candra dengan senang hati
"Ngeri banget,Kalau disekolah diem diem aja,dirumah udah berubah jadi Kak ros"
Buggg
"Awwww,,kasar banget sih ca" gerutu Candra karena Eca menonjok bagian Dada candra
"Tangan aku juga sakit tau,keras banget tuh dada" Eca masih mengelus tangan yang memerah karena pukulan tadi
"Emang situ empuk"
"Mau MATI HAH?!!"
Candra tertawa melihat Eca dengan muka yang Merah lihatlah bahkan telinganya ikut merah
"Sini sini" Candra menarik Eca agar mendekat dan memasukan kepala Eca kedalam kaos Candra
Tawa Candra mereda beberapa saat,dan Eca masih diam tak bergerak sama sekali didalam kaos Candra
"Ca,kok diem"
"Gina ya Can bentuknya Roti sobek?baru pertama aku ngeliat secara langsung kayak gini,mana wangi lagi""Yaudah disana aja" ucap Candra dan mengeratkan pelukannya angar Eca semakin dekat dengannya.lalu mereka tertawa bersama melihat kelakuan yang masih seperti bocah.
⚋⚋⚋⚋⚋
"Caa!!!!gawat,Ruang Seni ca!!!"teriak Laras dari ujung koridor membuat semua siswa yang ada dikoridor melihatnya
Dia berlari dan menghampiri Eca yang sedang berdiri didepan pintu kelasnya
"Ca mending buruan ke Ruang Seni" nafas Laras masih terasa putus putus karena berlari
Tanpa banyak bicara Eca langsung pergi begitu saja meninggalkan Laras untuk menuju Ruang Seni
"Bilang sama ketua kamu,Ini ruang untuk Kesenian Bukan Dance,lagi pula mending buat ruang sendiri" suara itu langsung terdengar ketika Eca sampai didepan pintu
"Ini fasilitas sekolah,semua berhak menggunakan"bantah seorang siswi
"Maaf sekali ini perintah Pembina Ekskul Seni,jadi tolong dimengerti"sahut seorang siswa laki laki
Eca membuka pintu Ruang itu
"Bukan berati Dance nggak punya pembina disekolah ini, Kalian berhak berperilaku semena mena dengan kita,kita tau kita cuma numpang,kalau memang kita disuruh pindah ruangan oke,kita pindah tapi tolong jangan ngerusak barang barang kita" ucap Eca dan langsung mengambil Piala yang sudah patah padahal itu piala yang baru saja dia dapatkan"Temen temen ambil semua barang barang kita,lebih baik kita pindah dari pada apa yang kita dapatkah dirusak" ucap Eca dan langsung meninggalkan Ruang Seni dengan air mata yang siap jatuh
Sekarang yang dipikirkan Eca adalah dimana dia harus pindah ruangan,rasanya apa yang dia perjuangkan terasa abu abu,dari awal Eca ingin menghidupkan lagi Ekskul Dance yang sempat mati sampai sekarang dia berhasil menghidupkannya kembali,tapi tetap saja ada yang membenci kegiatan mereka
"Ca taruh dimana ini?"tanya laras di ikuti anggota dance yang lain.Ditatapnya beberapa kardus yang berisi Piala dan juga foto mereka
"Taruh dulu diruang osis,biar aku ijin ke Riko" ucap Eca dan memberikan kuci Ruang osis kepada Laras
Sebenarnya ada Ruangan yang tidak terpakai,hanya saja hak Ruangan itu ada Di Fina,iya Ruang untuk ekskul Volly yang tidak pernah dipakai.Tapi apa mungkin Fina mau memberikannya mengingat dia juga belum damai dengan Eca
"Tuhan sayang banget ya sama aku?dikasih Cobaan mulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
PHILOPHOBIA (END)
Teen FictionSilahkan Pergi.Aku tidak pernah menahan atau memintamu tetap singgah.Aku tidak pandai membuat orang masuk kedalam hidupku begitupun juga menahan untuk tetap ada. (Cerita pertama aku. Maklum yah kalau masih berantakan. Ini semua proses)