"Baru pulang?" Tanya Anggi dari ruang Tengah,setelah melihatku membuka pintu utama,kulihat dia sedang bermain gitar ditemani dengan segelas coklat panas
"Iya"
"Buruan mandi terus sholat jangan lupa makan,setelah itu aku mau bicara sama kakak,aku tunggu di Taman Belakang" ucap Anggi lalu beranjak pergi.
Tidak biasanya Anggi seperti ini,Hal apa yang ingin dibicarakan?semoga ini tidak buruk
"Ada apa?" Tanyaku setelah duduk didekat Anggi di Taman Belakang
"Udah sholat?"
"Lagi enggak" jawabku.lalu hening beberapa menit,tidak ada yang membuka pembicaraan
"Siapa Bayu?" Tanya Anggi setelah diam beberapa menit
"Temen" sahutku santai,Bayu memang temanku,memangnya dia siapa?aku tidak menganggapnya lebih
"Aku tau kejadian di Kantin tadi kak" aku tidak menjawabnya karena aku yakin dia tidak butuh jawaban.Yang kulakukan hanya mendengarnya
"Coba buka hati,Dunia kakak nggak selamanya seperti ini"
"Susah" sahutku,pandanganku kosong.Aku tau Anggi mengkhawatirkanku,tapi ini semua benar benar susah
"Sakit?" Tanya Angga
"Hem"
"Ada dua cara kalau mau sembuh"
"Pertama Balik ke Angga" Tidak itu benar benar cara Terburuk,lebih baik aku tidak sembuh dari pada kembali ke Angga
"Kedua dekati Bayu,Tanpa kakak sadari,kakak sudah satu langkah lebih baik setelah kenal Bayu"
ucapan Anggi membuatku mematung,apa benar?yang kurasakan hanya lebih tenang saat berada didekat bayu itu saja,aku pikir itu karena sikap Bayu yang Welcome tapi kata Anggi?
"Tapi kalau Bayu malah menambah luka gimana?" Lirihku
"Masuk dulu,udah Magrib" ucapan Anggi tidak ku jawab.yang aku pikirkan untuk saat ini hanya Bayu.Kalau memang benar Bayu membuatku lebih baik apa aku harus mendekatinya?tapi Angga?
"Ca?lihat tuh"
"Apaan?"
"Itu cewek yang duduk diayunan" tunjuk Angga kepada Seorang perempuan yang duduk disebuah Ayunan dipinggir pantai
"Haduhh Bodynya ca" aku pukul kepala angga,dia menggeram kesakitan
"Ca ca ca sakit ca,apaan sih"
"Punya mata dijaga,itu lagi kenapa air liur mau keluar?hah!,kenapa juga kepantai?aku benci ya!ayo pulang"
"Yee duluan aja aku masih mau disini,banyak pemandangan gratis nih"
"Oke'' sahut singkatku lalu beranjak pergi meninggalkan angga dihamparan pasir pantai
"Sendirian aja neng?" Ucap sesorang disebelahku.
"Iya mas" sahutku setelah tau siapa yang bertanya
"Lohh pacarnya kemana?"
"Lagi reunian sama saudaranya"
"Siapa?"
"BUAYA!" ucapku tepat didepan wajahnya"Hehe bercanda kali ca" Ucapnya dengan merangkul bahuku
"Eca itu cantik,tapi galak" aku mendelik saat mendengar ucapan angga
"Maaf tadi cuma bercanda"
"Iya tau'' sahutku.aku juga tau Angga cuma bercanda
"Tapi aku dapet nomernya lo" ucapnya sambil memamerkan sebuah kertas yang aku yakin berisi nomer perempun tadi.
Ku ambil kertas itu lalu aku masukan kedalam mulutku.kulihat angga menatapku dengan kaget
"Eh ca jangan dimakan.keluarin" aku keluarkan kertas itu lalu aku taruh tepat ditelapak tangan angga tentunya masih dengan air liur yang menetes.
"Tuh makan Buaya betina" ucapku lalu pergi meninggalkannya yang masih menatap haru kertas itu,bukan karena nomer yang sudah hilang, tapi karena telapak tangannya yang penuh dengan air
liurku.Rasakan.Aku tersenyum mengingat kenangan itu,benar kata orang melupakan lebih sulit daripada memaafkan seseorang.
Kutatap langit yang sudah Berganti warna menjadi hitam,kupejamkan mataku ketika mendengar suara adzan yang bersautan.
"Eca masuk kerumah" aku menoleh kepada sumber suara.Aku tersenyum melihat Ayah yang sedang bersandar dipintu dapur dengan tangan yang dimasukan kedalam Saku celananya.
"Masuk.Dingin"
"Siap Ayah" ucapku lalu berjalan menyusul ayah dari belakang
"Abel mana bun?"tanyaku kepada bunda saat melihat Abel tidak ada dikamarnya
"Dirumah tante Ida.Mau nginep disana katanya"
"Lah kok tumben?"
"Lagi marahan sama Anggi" ucap bunda yang masih asik dengan satu adonan kue,entah Bunda akan membuat apa,yang aku tau apa yang dibuat bunda pasti enak hahaha
"Ohhh.Eca Ke kamar dulu bun"
"Iya sayang" jawab bunda
Aku baringkan tubuhku diatas kasur.aku edarkan pandanganku disekitar kamar,lalu berjalan menuju sebuah tembok yang berada tepat didepan meja belajar.
Tanganku terulur melepas semua foto yang tertempel kecuali fotoku dengan orang orang tersayang.Kulangkahkan kakiku menuju balkon kamar dengan membawa sebuah korek untuk membakarnya.
Kubakar semua foto itu dan hanya menyisakan abu.Keputusanku sudah bulat tentang pilihan yang diberikan Anggi,aku juga sudah lelah berada dizona nyaman ini.Oke kita mulai lagi perjalan yang sempat terhenti.
"Aku tau kakak bisa" ucap anggi yang tiba tiba sudah berada dibalkon kamarku.
Diambilnya abu foto itu lalu ditiup bersamaan dengan angin malam
"Maaf mungkin lancang karena ikut campur urusan kakak.tapi kebahagian kakak juga kebahagian Anggi" jelas Anggi yang membuatku terharu.
Kuusap pelan rambur anggi,aku rasa baru kemarin dia menangis karena Ayam peliharaannya mati tertabak sepeda tukang sayur,tapi sekarang dia sudah dewasa
"Seorang Bad Boy yang sebentar lagi mau masuk SMA ternyata bisa buat kakak terharu" ucapku dengan tangan yang masih mengusap pelan rambut anggi
"Kak peluk boleh?"
Aku tersenyum mendengar ucapan angga.Sifat ini hanya muncul ketika Anggi melihatku sedih,selebihnya dia akan bersikap dingin dan terkesan tidak peduli,tapi aku tau dibalik itu semua Anggi adalah saudara yang baik.
"Sini" pintaku dengan merentangkan kedua tanganku,yang langsung disambut dengan Anggi pelukan hangat.
"Anggi bakal jagain kakak" ucapan Anggi hanya aku balas dengan anggukan kecil dengan tangan yang masih mengusap punggung Anggi
"Jagain abel,bunda,ayah juga"
"Pasti" jawabnya yang membuatku tersenyum lalu kulepaskan pelukan anggi
"Sana tidur besok sekolahkan"
"Iya,kakak juga tidur" ucapnya dengan senyuman manis lalu berjalan keluar dari kamarku.
"Selamat datang Eca yang pernah pergi"
KAMU SEDANG MEMBACA
PHILOPHOBIA (END)
Roman pour AdolescentsSilahkan Pergi.Aku tidak pernah menahan atau memintamu tetap singgah.Aku tidak pandai membuat orang masuk kedalam hidupku begitupun juga menahan untuk tetap ada. (Cerita pertama aku. Maklum yah kalau masih berantakan. Ini semua proses)