Setelah mengantar Ratu ke kostannya, dia pun langsung saja pulang ke rumahnya dengan tak lupa membawa makanan untuk orang-orang di rumah.
Dia membuka pintu rumah yang tak dikunci, lalu langsung saja menaiki anak tangga menuju kamar Nishrina yang sudah kembali pindah ke lantai atas.
Semenjak lahiran, Nishrina belum pulang ke rumah Alfan atas permintaan Bunda. Pun Alfan dan Bunda hanya melakukannya hingga bayi Nishrina berumur empat bulan.
Dia memasuki kamar Nishrina yang sedikit terbuka. "Assalamualaikum "
Semua orang menoleh ke arahnya, Bunda berdiri dari posisi duduknya. "Waalaikumsalam."
"Nah, ini dia yang kita tunggu akhirnya pulang juga!"
Akmal terkekeh pelan, dia menyalami Bunda. Lalu berjalan menuju kedua bayi Nishrina dan Alfan. Dia mengelus pipi Zahra-- putri pertama Nishrina menggunakan telunjuknya. Lalu beralih mengecup kembaran Zahra, Zidan. Keduanya tampak tertidur dengan pulasnya di dalam box bayi di samping ranjang.
Nishrina yang sedari tadi tengah tertidur pun terbangun saat mendengar suara tangis dari salah satu bayinya, tangisan pelan. Dia mengernyit. "Ish mas Akmal! Zidan jadi bangun, mas jangan ganggu mereka tidur!"
Dia turun dari ranjang, menggendong Zidan dan berusaha membuat Zidan berhenti menangis. "Ssttt. Adek tidur lagi,ya" sebuah sholawat mulai dia lantunkan.
Alfan menggelengkan kepalanya, semenjak bayi mereka lahir, Akmal memang cenderung sering sekali mengganggu kedua bayi kembar miliknya itu. Apalagi kalau sedang tidur seperti sekarang, pasti salah satu akan terbangun dan menangis. Lalu Nishrina lagi yang bertugas menenangkan dan menidurkan mereka lagi.
Tak lama kemudian, tangis Zidan sudah reda. Dia pun sudah kembali tidur. Perlahan-lahan Nishrina kembali memasukkan Zidan ke dalam box tersebut. Sedikit menggoyangkan box yang menggantung mirip ayunan namun lebih pendek.
Setelah dirasa Zidan benar-benar tertidur pulas, dia pun duduk di tepi ranjang,tepatnya di samping Alfan. Ditatapnya Akmal yang masih cengengesan di hadapan mereka. "Mas ih! Berisik!"
"Kamu itu, waktu mas di Bandung disuruh pulang. Sudah di Jakarta malah dimarah-marahi"
Nishrina terkekeh pelan, dia menghampiri Akmal. Meraih tangannya dan menuntunnya untuk ikut duduk di tepi ranjang. Dia menyalami Akmal. "Maaf"
"Iya tak apa"
"Mas Akmal tadi ada masalah apa?"
Akmal menggelengkan kepalanya, "Biasalah, orang asing cari-cari masalah."
"Lha kok bisa? Dia perempuan?"
Akmal mengangguk. "Nih, mas bawakan makanan. Kamu lapar tidak?"
Nishrina menatap jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. "Sudah malam, nanti Nishrina gemukan" candanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun Rasa
General Fiction[ |2| Nuraga Series / Book 1*] Bagi Akmal, jatuh hati dan tergila-gila pada seorang wanita benar-benar tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Untuk membuka hati pun rasanya sulit sekali dia lakukan. Hingga pada akhirnya seorang wanita asing yang tak...