Wonderwall • 13 - Malam penentuan, dan keterkejutan

1.6K 100 3
                                    

"Bunda"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda"

Bunda yang tengah memotong sayuran di meja makan menoleh saat putranya memanggilnya. "Iya?"

"Besok... rencananya Akmal ingin melamar seorang perempuan"

Dilihatnya Bunda seketika terhenti dengan aktivitasnya, dia menatap putranya lekat-lekat. "Kamu serius, nak?"

"Bunda.. Akmal serius"

"Alhamdulillah." Bunda tersenyum. "Siapa perempuan yang bisa menaklukan hati kamu itu, hm?" godanya.

"Tari, bunda. Cucunya pak Handoko tetangga kita"

"Mashaa Allah. Bunda setuju! Menurut bunda Tari anak baik"

Terukir senyum simpul di wajah Akmal saat mendengar pujian terhadap Tari dari bundanya.

"Kabari adik kamu, dia pasti senang masnya akhirnya akan mengkhitbah seseorang"

Akmal mengangguk. "Iya, nanti Akmal kabari, bun"

"Setahu bunda orang tua Tari tidak tinggal di Jakarta, 'kan?"

"Iya. Jadi kita mesti ke Bandung. Mungkin kita akan pergi pagi. Papanya Tari mengadakan acaranya setelah Magrib, jadi perjalanan dari Jakarta ke Bandung mungkin akan menyita banyak waktu alhasil Akmal memilih untuk pergi pagi. Kalau masih banyak waktu, kita bisa gunakan untuk beristirahat dan kembali bersiap"

Bunda mengangguk mengerti. "Sepertinya kamu sudah begitu mempersiapkan segalanya"

Akmal terkekeh. "Bunda ini bisa saja. Kalau begitu, Akmal ingin ke kamar dulu untuk menelepon Nishrina"

"Iya, bunda siapkan makanan untuk nanti malam"

"Iya, bunda" Akmal berlalu dari sana, memasuki kamarnya. Setibanya di sana, langsung saja dia menyambar ponselnya untuk menghubungi adik tercintanya itu.

Tulisan online di bagian atas ruang pesannya membuatnya tersenyum. Langsung saja ia menekan tombol telepon dan mendekatkan ponselnya pada telinga.

Tanpa harus berlama-lama menunggu, panggilan itu tersambung dan langsung disambut sapaan riang oleh adiknya.

"Waalaikumsalam, sayang"

"Kenapa, mas? Rindu, ya!"

Akmal tertawa. "Mas ingin mengajak kamu dan Alfan ke-"

"Kemana?" potong Nishrina dengan cepat.

"Semangat sekali. Jangan dipotong-potong makanya."

"Iya, iya. Maaf, mas"

"Besok mas berniat untuk melamar perempuan yang kala itu mas ceritakan, ke Bandung"

"Wah! Jadi mas sudah dapatkan jawaban dari istikharah yang mas jalani? Nishrina senang!"

"Sebenarnya sudah lama, tapi mas sedikit menunda setidaknya untuk meyakinkan diri mas sendiri mengenai perasaan mas kepada dia"

Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang