Wonderwall • 22 - Against her past

1.4K 92 12
                                    

"Lho, mau kemana bukannya kamu tak masuk hari ini?" ucap Akmal kepada Tari yang sudah rapi dengan pakaian formalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lho, mau kemana bukannya kamu tak masuk hari ini?" ucap Akmal kepada Tari yang sudah rapi dengan pakaian formalnya. 

Tari menoleh singkat, "Saya tak jadi ambil izin. Lagipula saya baik-baik saja"

"Kamu yakin?"

"Iya. Tidak perlu khawatir" Tari berjalan mengambil tas beserta tas laptop miliknya.  "Yu?" ucapnya kepada Akmal yang berdiri menatapnya. 

"Mari"

Keduanya berjalan keluar dari kamar tersebut,  berpamitan pada Bunda lebih dulu lalu langsung saja memasuki mobil Akmal. 

Tak sampai lebih dari satu jam, mobil itu sudah berhenti dengan sudah berparkir rapi di parkiran kantor. 

"Nanti jam makan siang kubawakan makanan ke ruangan kamu, ya?"

Tari menoleh,  "Tak perlu. Biar aku makan di kafetaria seperti biasa"

"Nanti kalau kejadian tempo hari kembali terjadi bagaimana?"

"Oh please, ini sudah dua bulan lamanya setelah kejadian itu.  Tapi kamu masih mengkhawatirkan itu? Lagipula selama dua bulan ini saya sudah sering makan di kafetaria seperti biasa. Dan, ya. Kamu lihat saya baik-baik saja"

Dapat Tari dengar embusan napas dalam dilakukan oleh Akmal.  "Mas Akmal tak perlu khawatir."

"Baiklah, mari keluar"

Tari mengangguk,  ia melepas sabuk pengamannya lalu turun dari sana.

Dilihatnya kerapian kerudung yang ia pakai melalui kaca spion di mobil tersebut. 

Lalu setelahnya keduanya berjalan bersisian memasuki gedung perusahaan. 

Seperti biasa,  beberapa pekerja sudah berada pada tempatnya. Mereka tersenyum sopan padanya dan juga Akmal.  Beberapa bahkan tak tanggung-tanggung menyapanya. 

Tari berjalan sembari mata dan tangan sedikit terfokus pada ponselnya. 

Mereka memasuki lift yang masih kosong itu.

"Selamat pagi, pak Akmal.  Wah, kebetulan sekali kita satu lift, ya!"

Mendengar sapaan riang dari perempuan yang sedikit ia kenali membuat Tari mengangkat pandangannya. 

"Selamat pagi, Sevia"

Tari mengernyit. 

"Oh iya, pak. Saat jam makan siang nanti,jika berkenan saya akan datang ke ruangan bapak.  Untuk membicarakan perihal permasalahan yang dilakukan salah satu pegawai di sini"

Tari dengan cepat mengalungkan tangannya di lengan Akmal,  "Lho, mas. Bukannya nanti siang kamu mau ke ruangan aku, ya? Otomatis di ruangan tidak akan ada siapapun"

Akmal mengernyit, mengapa Tari tiba-tiba se-possessive ini kepadanya. Gaya bicara yang Tari lakukan pun baru kali ini dia dengar.  Dan lagipula, bukankah di mobil tadi Tari menolak keras tentang tawarannya yang akan datang ke ruangan Tari.  Senyum kesenangan terbit di wajahnya.  "Ah, iya.  Saya lupa, mungkin kita bisa bicarakan lain waktu"

Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang