Wonderwall •8 - Hero,but nope!

1.2K 102 0
                                    

Akmal tersenyum setiap kali pak Handoko bercerita tentang masa lalunya bersama mendiang istrinya, terlebih saat pak Handoko menceritakan bagaimana lucunya Tari saat kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akmal tersenyum setiap kali pak Handoko bercerita tentang masa lalunya bersama mendiang istrinya, terlebih saat pak Handoko menceritakan bagaimana lucunya Tari saat kecil. 

"Menggemaskan, kan? Tapi waktu itu, sempat mungkin waktu dia baru berumur tiga atau empat tahunan. Disuruh makan sama mamanya,  tapi dia malah mau beli es krim yang baru aja lewat.  Niatnya mungkin mau ngejar,  tapi namanya anak kecil nggak tahu jalan datar atau enggak, karena kebetulan waktu itu ada di lantai dua, naasnya dia jatuh di tangga. Beruntung waktu itu berhasil diselamatkan.  Ya karena kejadian itu, saya sama orang tuanya jadi khawatiran kalau udah menyangkut Tari"

"Ya Allah,  tapi sempat dilarikan ke rumah sakit, pak?"

"Sempat.  Alhamdulillah nya cuma luka luar ringan"

Akmal meringis sendiri saat kepalanya mulai memikirkan bagaimana Tari kecil terjungkal dari tingginya tangga.  Cepat-cepat ia menggelengkan kepalanya.  Dia tak sanggup membayangkan lebih lama. 

Pak Handoko mengernyit saat ponselnya berdering,  diraihnya ponsel pintar miliknya dan melihat siapa yang meneleponnya. "Nah, Tari nelepon,nak.  Coba bapak keraskan ya"

Akmal tak mengerti mengapa pak Handoko melakukannya.  Padahal apa urusannya Tari dengan dia?

"Assalamualaikum, kamu dimana ini udah mau Isya juga kok belum pulang?"

"Waalaikumsalam. Tari.. di jalan, kek"

"Tar,  mini market di depan nggak jauh, kenapa lama?"

"Mobil Tari..  Itu,  Tari tadi ketemu teman dulu, nah waktu mau pulang malah.."

"Malah apa?"

"Mobil Tari nabrak, kek"

"Innalillahi.  Gimana bisa?"

Akmal terdiam beberapa saat.  Dapat dia dengar suara Tari sedikit bergetar. 

"Panjang ceritanya.  Tari mau hubungi bengkel dulu, sudah dulu ya, kek"

"Eh, kamu itu dimana? Biar kakek susul ke sana"

"Nggak per-"

"Jangan ngebantah, kirimkan alamatnya!"

Terdengar suara helaan napas di seberangan telepon,  "Ya sudah iya. Kakek jangan kemari. Mungkin Tari bakal sedikit pulang telat"

"Ya sudah. Kakek nggak akan ke sana, tapi Akmal yang ke sana"

"Eh?"

"Assalamualaikum"

"Nak Akmal,  kamu bisa, kan-"

"Saya bisa kok, pak"

"Tapi tak apa memangnya?"

Akmal berusaha tersenyum dan tidak menampakkan kecemasannya,  "Bapak nggak perlu khawatir, cucu bapak aman bersama saya"

Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang