Wonderwall •17 - dinner

1.2K 95 0
                                    

Kembali pada rumah tercinta membuat kerinduannya semakin terlihat nyata, padahal Akmal baru meninggalkannya tidak sampai satu minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali pada rumah tercinta membuat kerinduannya semakin terlihat nyata, padahal Akmal baru meninggalkannya tidak sampai satu minggu.

Alih-alih berlibur, justru Tari hanya ingin mulai bekerja besok. Alhasil mereka memilih kembali ke Jakarta meski beberapa hari lalu Akmal sempat menawarkan liburan ke luar kota, namun yang ada Tari justru kembali pada sikap awalnya. Dia berubah ketus saat dia membicarakan hal tersebut.

"Kamar sa- eh . Kamarku ada di samping kiri, di atas hanya ada kamarnya Nishrina. Kamar Bunda sedikit dekat dengan kamarku. Kamar mandi ada di setiap kamar, dapur ada di selatan."

"Mbak Nishrina masih tinggal di sini? Tapi kok sepi."

Akmal menggelengkan kepalanya, "Dia sudah dibawa suaminya. Tapi terkadang mereka menginap di sini."

Tari mengangguk.

Akmal membuka pintu kamarnya, "Silakan masuk."

Akmal membiarkan Tari masuk lebih dulu, lalu setelahnya ia pun ikut masuk. Disimpannya koper milik Tari yang dibawa dari rumah pak Handoko yang kini sudah kosong.

Setelah acara resepsi cucunya itu digelar, pak Handoko memutuskan untuk pindah ke Malang, bersama sanak keluarganya yang lain. Karena katanya Tari sudah ada  yang menjaga,dan ditambah dia juga harus mengurusi beberapa hal di sana.

Tari mendudukkan diri di tepi ranjang. Pandangannya mulai mengamati seisi ruangan pribadi lelaki yang baru beberapa hari ini resmi menjadi suaminya.

Kamar dengan dinding ber-cat abu-abu elegan, dengan furniture yang dominan berwarna hitam dan putih.

"Kalau kamu lelah, istirahat saja. Mumpung masih pagi, nanti kalau Bunda pulang, aku akan bangunkan."

Tari menoleh,lalu ia kembali mengamati kamar berbau mint ini.

Aktivitas mengamatinya kembali terganggu,namun bukan lagi karena Akmal melainkan dering di ponselnya.

Dia merogoh tas selempang yang berada di sampingnya, terdapat nama Annisa pada ID caller itu. Ke dua sudut bibirnya terangkat sempurna. Digesernya layar ponsel tersebut untuk menerima panggilan , "Assalamualaikum ."

"Waalaikumsalam, aku udah masuk komplek perumahan. Kamu masih di rumah kakek kamu?"

"Enggak. Lo tahu kan rumahnya kakek, nah di depannya ada rumah pake pagar hitam. Gue di sana."

"Oh oke. Lima menitan lagi aku sampai. Assalamualaikum."

"Ya,waalaikumsalam. Hati-hati."

Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang