Spam comment ding 😅
-----Mengingat dan melakukan setiap adegan yang telah terjadi. Menyenangkan, namun juga melelahkan.
Akmal mengulas senyum saat mengingat bagaimana satu bulan ini dia berusaha untuk mengingat semuanya, dia senang karena bisa begitu dekat dengan Tari karena upaya mendapatkan ingatan.
Namun sayangnya ingatan itu belum sepenuhnya dia dapatkan. Entah mengapa, hal yang tidak dia usahakan untuk dia ingat justru dia kembali mengingatnya, sedangkan sosok Tari yang setiap waktu ia usahakan untuk ingat justru belum juga ia kenali di masa sebelumnya.
Kini dia sudah mengingat hal lain, kegiatan-kegiatan kantor yang terjadi dua tahun ini, rekan-rekan kerja, suami dan anak-anak Nishrina--adiknya. Namun masa-masanya bersama Tari dan sosok Sevia, dia belum mengingatnya.
Dia mengembuskan napas dalam.
Terapi okupasi sebulan penuh ia lakukan dengan rutin sesuai yang telah dijadwalkan dokter, obat-obatan pun ia minum dengan rutin sesuai anjuran.
Namun hal itu justru hanya berpengaruh pada hal lain, bukan hal utama yang menjadi tujuannya untuk berusaha mengingat.
Memang benar, terkadang yang diinginkan tidak Allah berikan saat itu juga, namun yang tidak diinginkan justru Allah berikan.
Akmal berjalan keluar dari ruangannya, merasa memiliki kepentingan untuk turun ke lantai bawah.
Mengulur waktu agar tidak menikahi Sevia sudah sering dia lakukan. Berbagai alasan sudah ia berikan kepada perempuan itu dan juga ayahnya.
Entahlah, dia belum mendapatkan apa yang dia mau oleh karenanya terus saja dia mengulur waktu. Beruntung Sevia tidak pernah menolak atas keputusannya.
Dimasukinya lift dan mengantarnya ke lantai yang ia tuju.
Sesampainya di sana, dia melewati beberapa petakan ruang kerja terbuka yang dipakai beberapa karyawan di lantai tersebut.
Sejauh mata memandang, mereka tampak serius bekerja sampai tak menyadari kehadirannya.
Langkahnya terhenti perlahan saat di depan sana dia menemukan sosok Tari yang berdiri di depan pintu ruangan HRD. Dahinya mengernyit tajam. Dengan langkah besar dia pun mulai berjalan mendekat. "Sejak- mmph"
Dia terperangah saat tiba-tiba Tari membekap mulutnya dan mendorong ke dinding yang berada di samping pintu ruangan tersebut.
"Ssttt. Dengarkan."
Dahinya semakin berkerut saat Tari justru memintanya untuk mendengar sesuatu.
Memang sayup-sayup terdengar Sevia tengah berbicara entah dengan siapa.
"Ayah... Via juga tahu. Tapi dia terus saja mengulur waktu. Via mohon, jangan menyerah begitu. Ayah ingin kan melihat putri semata wayang bahagia dengan orang yang kucintai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun Rasa
General Fiction[ |2| Nuraga Series / Book 1*] Bagi Akmal, jatuh hati dan tergila-gila pada seorang wanita benar-benar tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Untuk membuka hati pun rasanya sulit sekali dia lakukan. Hingga pada akhirnya seorang wanita asing yang tak...