Sevia berjalan begitu tergesa menuju ruang kerja ayahnya di rumah mereka.
Dia harus sesegera mungkin melancarkan aksinya melalui ayah tercintanya.
Mengingat bahwa Akmal ternyata mengingat bahwa mereka sempat terlibat perjodohan, tepatnya ayahnya meminta Sevia dan Akmal untuk menikah.
Padahal itu sudah berjalan lama, sekitar dua tahun lalu. Ayah memintanya untuk mendekati Akmal, mengingat lelaki itu merupakan pengusaha muda yang kaya raya. Saat itu usaha ayahnya tengah di ambang kegagalan, oleh karenanya ayahnya itu meminta dia meraih hati Akmal agar Akmal bisa membantu usahanya untuk melonjak tinggi kembali.
Sayangnya saat itu,saat ayahnya menanyakan persetujuan Akmal untuk menikah dengan Sevia dengan alasan Sevia yang mencintainya gagal begitu saja, Bunda kurang setuju saat itu. Begitupun Akmal yang saat itu menolak.
Sebenarnya hal ini Sevia rahasiakan dari siapapun, penduduk kantor pun tidak ada satu orang pun yang tahu perihal dirinya yang secara kasar dapat dikatakan ditolak oleh Akmal.
Citranya akan hancur akibat dipermalukan jika semuanya tahu. Beruntungnya Akmal berikut keluarganya pun tutup mulut tanpa dirinya meminta.
Dan melihat bahwa ternyata ingatan Akmal berhenti di dua tahun lalu, membuatnya sedikit memiliki harapan. Semoga saja kali ini Akmal telah berubah pikiran.
Tentu momentum dimana Akmal melupakan istrinya tidak akan dia sia-siakan begitu saja.
Dia mendorong pintu ruang kerja ayahnya tanpa mengetuknya lebih dulu. "Ayah."
"Kamu kebiasaan. Kalau masuk ruangan orang tua itu diketuk dulu pintunya."
Sevia menyengir, "Maaf, Yah. Tapi Via ingin bicara."
"Ya sudah duduk." Ayahnya yang tengah duduk di kursi kerja beranjak dan pindah ke sofa. "Ada apa?"
Sevia berdeham.. "Ayah masih ingat Akmal? Atasan Via di kantor."
"Yang waktu itu kita lamar?"
"Iya"
"Kenapa? Ayah sudah tidak membutuhkan dia lagi."
"Dia kehilangan ingatannya, Yah. Maksud Via, ingatannya berhenti dimana kita melamarnya dulu. Bahkan dia tidak mengingat bahwa tante Anita, bundanya Akmal dan dirinya sempat menolak kita. " Timbul seringaian licik di wajahnya. "Itu hal bagus, kan? Kita bisa memanfaatkan keadaan. Siapa tahu dia berubah pikiran. Tentu itu akan menguntungkan. Bagi Via maupun Ayah. Via mencintainya, Yah. Ayah mau kan melamarnya lagi?"
"Kamu serius?"
"Iya, Ayah."
"Baik, nanti kita bertemu dengan dia. Tapi kalau kamu kembali ditolak mereka, ayah tidak ingin melakukannya lagi."
Sevia kegirangan, "Terima kasih banyak, Ayah!"
"Ya sudah kamu keluar, ayah ingin bekerja."
"Tapi, Yah. Sebaiknya kita cari waktu yang tepat. Kita bicarakan hanya dengan Akmal. Tidak lagi dengan bundanya. Karena sudah pasti dia akan menolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun Rasa
General Fiction[ |2| Nuraga Series / Book 1*] Bagi Akmal, jatuh hati dan tergila-gila pada seorang wanita benar-benar tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Untuk membuka hati pun rasanya sulit sekali dia lakukan. Hingga pada akhirnya seorang wanita asing yang tak...