Tolong tandai typo yaa.
Upnya dicepetin, biar cpet tamat biar bisa direvisiii....
Tari memasuki ruangannya dengan amarah yang belum mau berhenti meluap dari perut dan naik ke dada.
Didudukkannya dirinya di atas kursi kerjanya, sebisa mungkin dia mengatur napasnya.
Entahlah, sejak dulu memang sudah seperti ini. Dia akan kehilangan kendali saat seseorang sudah mulai merecoki kehidupannya maupun orang-orang terdekatnya.
Seingatnya dulu saat masih duduk di bangku SMA, saat Salsa diganggu temannya yang bernama Revi--teman sekelas saat itu, dia yang turun tangan dan berujung bertengkar saling tarik-menarik rambut.
Lalu dengan perempuan bernama Ratu--temannya Akmal saat mereka pertama kali bertemu dulu di Bandung. Sebenarnya masih banyak kejadian sama lainnya, namun hanya itu yang dia ingat.
Tari mengembuskan napas dalam. Ditutupnya wajahnya itu dengan kedua telapak tangannya, sikutnya dia sentuhkan dengan permukaan meja kerjanya. "Astagfirullah "gumamnya pelan. Dia hanya tidak ingin lebih memperburuk keadaan.
Sudah benar dirinya tetap bersikap sopan kepada mereka, kan? Namun lihat, siapa yang menyalakan korek lebih dulu dan membuat api amarah semakin berkobar?
Setelah ini mungkin seisi penduduk kantor akan semakin membicarakan mereka, tepatnya dirinya. Dan nama Akmal yang akan tercoreng, dia akan menanggung malu akibat memiliki istri urakan sepertinya.
Lihat, apa unggulnya dirinya jika dibandingkan dengan Sevia?
Kewibaan tinggi yang dimiliki perempuan itu tidak sepadan dengan dirinya yang kadang lupa untuk bersikap sopan kepada seseorang.
Seharusnya Akmal tidak pernah memilihnya, kan?
Sebenarnya apa yang lelaki itu lihat darinya?
Cinta? Kadang cinta pun akan tetap milihat etika seseorang lebih dulu.
Diraihnya cangkir berisi air mineral yang selalu ia sediakan, ditandaskannya air yang sisa setengahnya itu.
Apa Akmal buta? Apa Akmal juga tuli?
Banyak orang yang lebih memilih Sevia dibandingkan dirinya yang tidak ada apa-apanya. Banyak orang juga tak jarang menyuarakan bahwa mereka begitu menyayangkan Akmal yang justru memilih Tari yang belum lama ia kenal alih-alih Sevia yang sudah bertahun-tahun ia kenali.
Segudang prestasi yang didapat perempuan itu sedikitnya lebih besar daripada miliknya.
Kecantikan? Entahlah, dia tak mampu membandingkan. Tapi menurutnya Sevia juga sama cantiknya.
Punggungnya dia sandarkan di kursi, memikirkan hal itu saja membuatnya benar-benar pegal.
Dia mengangkat sebelah alisnya saat melihat pintu didorong ke dalam. Itu ternyata Akmal. Dilihatnya lelaki itu berjalan ke arahnya dan duduk di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun Rasa
General Fiction[ |2| Nuraga Series / Book 1*] Bagi Akmal, jatuh hati dan tergila-gila pada seorang wanita benar-benar tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Untuk membuka hati pun rasanya sulit sekali dia lakukan. Hingga pada akhirnya seorang wanita asing yang tak...