Wonderwall • 14 - Match

1.2K 92 2
                                    

Semua yang berada di ruangan tersebut bersamaan mengucap hamdalah setelah mendengar jawaban Tari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua yang berada di ruangan tersebut bersamaan mengucap hamdalah setelah mendengar jawaban Tari.

"Sebelum melanjutkan pembicaraan untuk pernikahan, sebaiknya kita makan malam terlebih dulu" ungkap mamanya. 

"Iya, bu, nak,  mari" Papa ikut berbicara sembari tersenyum sopan. 

Seluruhnya bangkit dari duduknya, terkecuali Tari yang masih enggan untuk ikut bangkit. 

Tari menatap nanar ke arah orang-orang yang sudah bangkit dan berangsur meninggalkan ruangan tersebut. 

Berulang kali ia menarik dan mengembuskan napas dalam.  Dilihatnya semua orang sudah tidak ada di sana. 

Kembali dia terdiam sendiri.  Ditangkupkannya kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.

"Kamu tak ikut makan?"

"Astagfirullahalazim" Tari terlonjak kaget saat suara itu kembali menggema di telinga.  Dia menurunkan kedua tangannya.  "Kamu...  oh iya saya ingin bicara, silakan duduk"

Akmal mengernyit,  "Semua akan segera makan,  sebaiknya kita juga ikut bergabung?"

"Mohon maaf, tapi ini rumah siapa?"

Sebuah embusan Tari dengar dari Akmal, dilihatnya Akmal mengambil duduk di sofa berbeda yang berada di sampingnya.  "Kenapa?"

"Kamu serius sedang melamar saya?"

"Kamu pikir saya bercanda dengan datang kemari. Saya tidak bodoh dan berniat mempermainkan kedua orang tua kamu dan ibu saya"

"Kamu tidak mencintai saya, kan?" Tari jelas menatap Akmal, namun lelaki itu menatap ke arah lain bukan kepada dirinya.  "Bagaimana bisa kamu-"

"Saya mencintai kamu" ucap Akmal cepat.

Tari mendengus. "Dengar, saya belum siap menikah, apalagi dengan kamu" ucapannya berubah melemah.

"Lalu kenapa kamu menerima?"

"Kamu kira saya menerima atas kemauan saya sendiri? Saya tidak memiliki rasa apapun terhadap kamu"

"Tak masalah bagi saya"

Tari melemas.  Dia menyandarkan tubuhnya.  "Kamu sudah gila. Pernikahan bukan suatu hal yang bisa kamu bercandai. Jangan asal cinta lalu bebas menikahi.  Suatu hubungan tidak bisa terjalin baik jika salah satu berbeda jalan"

"Ya maka dari itu,  setelah saya memiliki kamu, maka saya akan berusaha membuat kamu memiliki perasaan yang sama seperti saya"

Tari benar-benar tidak menyangka dengan begitu kuatnya benteng pertahanan Akmal terhadap keinginannya. Sampai-sampai amarah benar-benar terasa sudah meletup-letup dalam dada. "Kamu itu benar-benar! Fine,  terserah"

"Kamu tak perlu khawatir, selama kamu tidak mengizinkan, maka saya pun tidak akan menyentuh kamu" Akmal tersenyum ketir setelah mengucapkan hal itu.

"Saya benar-benar heran, mengapa kamu bisa senekat ini" 

Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang