Akmal terdiam di dalam kamar yang dibuat temaram dengan pintu yang terkunci.
Dia bingung harus melakukan apa.
Di satu sisi ada seorang perempuan beserta ayahnya yang meminta keputusannya. Di sisi lain ada wanita satu darah dengannya berkata bahwa penolakan sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya.
Di sini, mana yang benar?
Jika Bundanya benar, maka bagaimana nasib Sevia jika dirinya membatalkan rencana pernikahan.
Karena melihat dari perlakuan Bunda kepadanya, apalagi sampai berani memukulnya seperti tadi membuatnya enggan berprasangka bahwa Bunda telah membohonginya seperti yang dikatakan Sevia beberapa hari lalu.
Satu hal yang selalu ia harapkan adalah kembali mendapatkan ingatannya seutuhnya. Agar dia tahu, siapa yang jujur dan siapa yang tidak.
Itu cara terampuhnya.
Namun dia sama sekali tidak tahu harus dari mana dia mendapatkan seluruh ingatannya itu.
Akmal bergerak gelisah. "Tari, Bunda, Sevia... Argh!" dia memekik pelan.
Sebuah pukulan di badan sofa dilakukan Akmal akibat kesal.
"Selalu ada perasaan aneh saat di dekat Tari, tapi tidak didapatkan saat di dekat Sevia." gumamnya sembari mendudukkan diri di atas sofa. "Sebenarnya Tari itu siapa?"
Ya. Perasaan aneh itu selalu datang saat dia bersama perempuan itu. Terlebih, setiap dini hari ia selalu mendengar tangisan tersedu di samping kamarnya yang dia duga adalah tangisan Tari karena perempuan itu tidur di sana beberapa hari ini.
Itu cukup menelitik hatinya.
Bayangan-bayangan tak jelas dari sesosok perempuan masih saja terus menghujam kepalanya. Tak jarang dia merasa kesakitan karena terlalu memikirkan.
Layaknya seperti sekarang, denyutan itu terasa nyata di kepala. Tangannya selalu setia untuk memijat atau sekadar mengusap pelan agar sakitnya sedikit mereda.
Dia butuh tahu hal apa saja yang dia lupakan.
Bahkan dia tak tahu jika Nishrina--adiknya sudah menikah dan memiliki putra-putri yang kembar.
Jahat kah dirinya?
Dia juga tak ingin seperti ini. Dia tak ingin melupakan hal sekecil apapun jika itu bukan sebuah penderitaan.
Bagaimana dia bisa lupa bahwa dirinya sudah beristri. Bagaimana bisa dirinya lupa akan perempuan yang katanya dulu sangat ia cintai. Bagaimana dia bisa lupa akan sebagian kehidupannya.
Mengapa rasanya isi daripada ingatannya berhenti pada dua tahun lalu?
Dia menyandarkan kepala beserta punggungnya di penyangga sofa. "Ya Allah, bantu hamba. Tolong buat ingatan hamba kembali." lirihnya seolah ia tak lagi memiliki harapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun Rasa
General Fiction[ |2| Nuraga Series / Book 1*] Bagi Akmal, jatuh hati dan tergila-gila pada seorang wanita benar-benar tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Untuk membuka hati pun rasanya sulit sekali dia lakukan. Hingga pada akhirnya seorang wanita asing yang tak...