Sebuah mobil pengantin berhenti di tempat yang sudah disediakan, beberapa kamera sudah menyorotnya.
Akmal yang berada satu mobil dengan Bunda dan Nishrina dan Alfan itu segera turun, disusul para kerabat dan sanak keluarganya yang ikut hadir.
Setelan tuksedo berwarna hitam yang membalut tubuh dengan otot terlatihnya di balik kemeja putih yang ia pakai pagi ini.
Di depan sana sudah ada orang tua dan beberapa keluarga Tari yang bertugas menyambut kedatangan mereka.
Akmal berdeham seraya mengumpulkan keberaniannya. Dalam hati dia berdo'a agar acara penting ini bisa berlangsung lancar hingga akhir.
Berdiri dengan diapit oleh Bunda dan Pamannya, dia membenarkan letak kopiah beludu hitam di kepalanya.
Keluarga dan kerabat dekat Akmal sudah berbaris rapi, sesuai imbauan yang diminta oleh panitia beserta fotografer yang masih saja mengambil foto beserta video.
Mereka dipinta untuk berjalan mendekat ke arah barisan keluarga Tari yang berada di depannya.
Senyum bahagia dari kedua orang tua Tari membuat pertahanan keberaniannya semakin bertambah.
Mereka kini saling berhadapan, Mama Tari diminta untuk mengalungkan rantai bunga melati di leher Akmal.
Setelah dirasa sudah mendapatkan momen, sang pemandu acara meminta mereka untuk saling bersalaman setelahnya berjalan memasuki gedung.
Selesai dengan serangkaian pembukaan, pada akhirnya mereka, khususnya Akmal dan orang tuanya diminta untuk mengisi kursi untuk melancarkan prosesi ijab kabul.
Seluruh tamu sudah memenuhi kursi yang disiapkan.
"Iya, silakan dijemput calon mempelai perempuannya" ucap sang pemandu acara.
Tak lama kemudian, dapat Akmal dan semua orang lihat dari sebelah barat Tari berjalan anggun dituntun oleh Salsa dan Annisa.
Balutan gaun pengantin berwarna putih bersih yang tidak terlalu melekat ditubuhnya tampak serasi dengan kerudung syar'i yang sedikit panjang, ditambah dengan kain berenda tembus pandang yang menjuntai hingga menutupi bagian belakang tubuhnya itu dihimpit oleh sebuah mahkota kecil di bagian kepala.
Tidak ada raut marah, ataupun kesal di wajah Tari. Yang ada hanyalah senyum tulus yang terulas di sana.
Akmal dengan segera memalingkan wajah, Tari belum-belum boleh dengan jelas ia pandang.
Hingga pada akhirnya Tari didudukkan di kursi yang berada tepat di sampingnya. Di hadapannya kini sudah ada penghulu dan juga Adi--Papanya Tari.
Lebih dulu penghulu itu memberikan arahan kepada Akmal dan juga Papa Tari. Setelahnya dia memastikan terlebih dahulu bahwa seluruh data yang tercatat di kantor urusan agama benar adanya tanpa terdapat kesalahan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall - Sebuah Usaha Membangun Rasa
General Fiction[ |2| Nuraga Series / Book 1*] Bagi Akmal, jatuh hati dan tergila-gila pada seorang wanita benar-benar tak pernah ada dalam kamus hidupnya. Untuk membuka hati pun rasanya sulit sekali dia lakukan. Hingga pada akhirnya seorang wanita asing yang tak...