Bagian: 1 [Awal]

10.6K 463 14
                                    



Anggur ini tak lagi manis, tak juga masam. Dentingan batu dari gelas kaca itu tak lagi terdengar ketika mencair dan membuat tawar. Seperti kehidupanku yang semakin lama semakin hambar. Tawar.

"Kang Seulgi!" Aku menoleh pada manager Bo yang membentak tak suka. Bahkan dia tidak memperdulikan jari tanganku yang tergores kaca.

Ya, ya, memangnya siapa yang peduli pada gadis miskin sepertiku.

"Segera obati lukamu! Nanti pelanggan bisa kabur melihat gadis cacat!" Dia berdiri kokoh, tegak penuh amarah. Aku mengangguk sambil tetap berjongkok membersihkan kekacauan ini. Kembali sebagaimana biasa, Manajer Bo hanya peduli pada pelanggan.

Oh?

Apa yang aku harapkan? Hanya pernah tidur denganku satu kali, bukan berarti dia akan membelaku. Aku hanya barang, dan dia pemiliknya.

"Seul, tanganmu kenapa?"

"Tak apa, hanya tergores sedikit."

"Aku mau bersikap baik padamu Seul," Seungwan menggenggam tanganku lalu membawaku duduk ke salah satu kursi, "...meski kita hanya pelayan, jaga kesehatanmu hum? Jangan sampai terluka!"

Aku menganguk lemah, "Ya, terima kasih Wannie."

"Yap, baguslah! Ingat jaga diri."

Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu?






Tepat pukul 03.00 am KST, kami seluruh pegawai diperbolehkan pulang. Walau demikian, sejujurnya aku lebih menyukai neraka ini daripada neraka sesungguhnya. Ini jelas, menyiksa.

"Terima kasih ahjussi," aku keluar dari taksi dan menunduk hormat sedikit setelah membayar.

"Tak apa, aku bisa kasih gratis, asal kau mau menunduk lebih lama, bagaimana?" Katanya dengan genit.

"Tidak! Terima kasih!"

Salah satu pelecehan yang paling sering aku alami. Memangnya karena aku pekerja di bar mereka bisa sesukanya mempermainkan aku? Bukan hanya aku, bahkan salah satu temanku bernama Chenya telah di perkosa ketika dalam perjalan pulang. Karena depresi kemudian dia meminta manajer agar segera naik pangkat menjadi wanita penghibur.

Aku berbalik dan menggunakan kunci serep untuk membuka pintu rumah. Ah, bolehkah aku berbaik sangka mengatakan bahwa ini adalah rumah?

Ck!


"Eonni? Bagaimana hari ini?"

Setan kecil! Aku tidak menoleh dan tetap melanjutkan ke lantai dua dimana kamarku berada.

"Aku peringatkan kau! Jangan dekati Park Jimin! Karena dia itu calon suamiku!"

Itu lagi. Sampai kapan aku akan mendengar ancamannya? Siapa yang mau sama bos gila itu! Kalau aku bisa memilih, orang yang paling aku jauhi adalah dia.

"Eh! Kau dengar tidak!" Kang Rubi menghadangku di depan pintu, dia bahkan merentangkan tangannya lebar-lebar. Sejak kapan dia mengikutiku ke atas?

Ah, dia kan setan.

"Jalang! Dia itu tidak pantas denganmu! Ingat! Jangan gunakan kemampuan menggodamu itu padanya. Kalau tidak habis kau!" Dia menggertak tapi bodoh.

"Kau mengakui kalau aku ini pandai menggoda?" Aku kira dia akan diam dan hanya kesal lalu kembali ke kamarnya, tapi mulutnya memang terlalu longgar.

"Iya! Karena kau memang jalang yang mencari uang dengan cara kotor!"

Sebisa mungkin aku menahan amarah sebelum ada amarah berikutnya. Hasilnya, aku meninggalkan dia dan masuk ke kamar.



PSYCHO || Pjm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang