Part 15

883 117 9
                                    

Jennie berdiri didepan kantor tempatnya bekerja dalam diam, hari ini ia tidak berniat menelpon kakaknya seperti biasa. Mereka sedang mengalami perang dingin, karena itulah Jennie sama sekali tak mau menghubungi Taehyung. Jennie memang merasa ia sudah kelewatan tapi jika ia tidak menyadarkan kakaknya, maka ia merasa telah menjadi adik yang buruk.
 
“Jenni-ya, mengapa kau masih disitu sendirian?”
 
Suara seseorang yang tak asing memasuki telinganya, ia menatap orang itu dengan raut wajah bingung.
 
“Jimin Oppa, apa yang kau lakukan disini?”
 
Jimin tersenyum kecil, lalu turun dari mobilnya. Ia berdiri dengan bersender di mobil sambil menatap Jennie yang masih terkejut dengan kedatangannya.
 
“Menurutmu bagaimana?” tanya balik Jimin.
 
Jennie terdiam sebentar, tentu saja kedatangan Jimin tidak lain pasti karena permintaan Taehyung. Jennie sangat terharu karena meskipun mereka sedang tak saling bicara, namun Taehyung tetap peduli pada Jennie dengan meminta Jimin menjemputnya.
 
“Kakakku yang memintamu menjemputku bukan?”
 
Jimin menghela nafas ia mendekati Jennie yang sedang termenung, lalu menatapnya dalam.
 
“Jennie-ya, aku tahu kalian sedang tidak saling bicara. Tapi perlu kau tahu, Taehyung tetap peduli padamu, karena dia sangat menyayangimu”
 
Jennie tersenyum miring, tiba-tiba hatinya terasa ringan karena Taehyung tidak benar-benar marah padanya. Namun ia merasa sedikit kecewa jika kedatangan Jimin hanyalah karena permintaan Taehyung saja.
 
“Apa kau datang hanya karena permintaan Taehyung Oppa?” tanya Jennie setengah berharap.
 
Sejujurnya Jennie merasa aneh karena biasanya Jimin akan mengganggunya dan membuatnya kesal, namun hari ini Jimin bersikap lain padanya, membuat Jennie nyaman.
 
“Bagaimana mengatakannya ya, hal itu memang alasan utama, namun aku menjemputmu bukan hanya karena hal itu”
 
“Maksudmu?”
 
Jennie berubah penasaran, ia ingin sekali tahu alasan lain dari Park Jimin.
 
“Tiba-tiba aku ingin pergi ke suatu tempat, namun aneh rasanya jika pergi sendirian kesana. Mungkin kau mau menemaniku?”
 
“Aku tidak keberatan”
 
“Nice, kalau begitu tunggu apa lagi”
 
Mereka berdua langsung memasuki mobil Jimin, Jennie tak tahu kemana Jimin akan membawanya, namun ia tidak menolak karena ia tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan berduaan dengan seseorang yang telah mengisi hatinya.
 
Tak lama mobil Jimin sampai di sebuah cafe yang terletak tak jauh dari Sungai Han. Jennie sedikit tertegun karena tempat ini biasanya digunakan oleh pasangan yang sedang kencan.
 
“Oppa mengapa kita ke sini?”
 
“Kau akan tahu saat sudah masuk kedalam”
 
Jennie hanya diam berusaha membaca pikiran Jimin, namun nihil ia sama sekali tidak bisa mengerti apa rencana Jimin sebenarnya.
 
Mereka berdua berjalan beriringan menuju cafe, dan saat sudah masuk kedalam Jennie baru menyadari apa maksud Jimin membawanya kesini.
 
“Selamat datang...”
 
Nona berpenampilan rapi itu menyapa Jimin dan Jennie yang baru datang, dengan penampilannya yang sangat rapi dan cantik, tentu saja dia memiliki jabatan yang cukup tinggi di cafe ini.
 
“Park Jimin? Sudah lama sekali kau tidak datang kesini” nona itu menyapa Jimin seolah mereka sudah mengenal cukup lama. Tentu saja begitu, bagaimana mungkin tidak kenal jika nona itu adalah mantan kekasih Jimin sekaligus pemilik cafe ini.
 
Mata Jennie tiba-tiba memanas karena ia tahu Jimin hanya menjadikannya tameng untuk menghadapi mantan kekasihnya, Son Seungwan.
 
“Anyeong Seungwan-ssi, ne kau benar sudah lama sekali”
 
Jimin sengaja menekankan suffic -ssi dengan wajahnya yang tengah tersenyum palsu. Biar bagaimanapun sebenarnya ia muak bila harus berhadapan dengan mantan kekasihnya.
 
“Siapa yang datang bersamamu? Kekasih baru eoh?”
 
Sepertinya Seungwan tidak terprovokasi oleh Jimin, ia merasa tidak perlu meladeni sifat kekanakan mantan kekasihnya yang satu ini.
 
“Menurutmu?” Jimin sengaja manarik ulur perbincangan mereka, membuat Jennie jengah setengah mati.
 
Seungwan terdiam, lalu menilai Jennie dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gadis ini bukan yeoja biasa, batin Seungwan saat tahu betapa mahalnya penampilan Jennie walaupun terlihat tidak mencolok.
 
“Gadis ini adiknya Kim Taehyung?” tebak Seungwan tepat sasaran.
 
“Bagaimana kau bisa tahu?”
 
“Mereka mirip”
 
Masuk akal jika gadis didepannya adalah adiknya Taehyung, itu artinya dia adalah putri seorang kolongmerat ternama di Korea.
 
“Kau menebaknya dengan benar” ucap Jimin tanpa niat memuji.
 
Jennie merasa tak nyaman, ia memainkan kuku jarinya berharap Jimin mau mengakhiri basa-basi ini. Hal itu tak luput dari pengamatan Seungwan.
 
“Sepertinya dia sudah pegal berdiri terus sejak tadi, mengapa kau tidak mengajaknya duduk”
 
“Benar, Jennie-ya kau mau duduk dimana?” tanya Jimin menawarkan.
 
Jennie tersenyum paksa, “Di dekat jendela”
 
Entah apa yang terjadi namun mereka berdua terduduk diam. Tentu saja suasana itu sangat asing karena biasanya Jimin akan menganggu Jennie dan sebaliknya Jennie akan berteriak marah pada Jimin. Kebisuan itu membuat Jennie bingung harus bagaimana.
 
“Jennie-ya, aku sudah mendengar semuanya...” tiba-tiba Jimin bersuara memecahkan hening diantara mereka berdua.
 
“Soal apa?” Jennie pura-pura tidak tahu.
 
“Aku tahu kau sangat peduli pada Taehyung, tapi kau tidak boleh memojokkannya seperti itu. Taehyung hidup dengan mengenal satu cinta yaitu Kang Seulgi. Tapi semuanya tidak berjalan baik, jadi kumohon jangan membuat Taehyung merasa lebih sulit lagi”
 
Kata-kata Jimin membuat Jennie kembali merenung, apa ia sudah melakukan hal yang keterlaluan?. ia hanya ingin melihat Taehyung bahagia.
 
“Aku sudah bertindak terlalu jauh, tapi aku tidak menyesal, Taehyung Oppa harus sadar bahwa sekarang bukan saatnya ia menyerah dengan cintanya”
 
“Kau kira Taehyung menyerah dengan cintanya?” tanya Jimin penuh teka-teki, membuat Jennie kembali berpkir dengan terbuka
 
“Apa dia masih berjuang?” tanya Jennie tak mengerti.
 
Jimin menghela nafas, lalu menyerutup kopinya sebentar baru memandang Jennie lagi.
 
“Cinta sejati bukan soal bersama atau tidak bersama Jennie-ya, walaupun Taehyung dan Seulgi tidak bisa bersama bukan berarti Taehyung berhenti mencintai Seulgi. Perbedaannya hanyalah Taehyung tidak bisa mendapatkan Seulgi”
 
Jimin menjelaskan dengan seksama, berusaha membuat Jennie mengerti bahwa tindakannya tempo hari memang sangat keterlaluan.
 
“Apa maksudmu, jelaskan dengan sederhana Oppa”
 
“Mudahnya begini. Cinta tidak pernah memaksa, jika Seulgi tidak mau dengan Taehyung apa Taehyung harus memaksa Seulgi? Jika dia sampai melakukannya maka itu bukanlah cinta tapi obsesi. Taehyung tetap mencintai Seulgi, karena itu ia membiarkan Seulgi bahagia bersama pilihannya. Namun bukan berarti ia menyerah mencintai Seulgi. Ia tetap mencintainya walau tidak bisa bersama”
 
Jennie terdiam, air matanya turun tanpa mampu ia cegah. Apa begitu berat rasa yang dipendam oleh Taehyung? Apa memang sangat sulit?.
 
Melihat Jennie yang menangis, Jimin menjadi tidak tega, ia menyoorkan sapu tangannya pada Jennie untuk menghapus air mata gadis itu.
 
“Terima kasih”
 
“Sekarang kau sudah mengerti? Minta maaflah pada kakakmu saat kau pulang, saling diam itu tidak menyenangkan bukan?” ucap Jimin menatap Jennie dalam.
 
Jennie mengangguk, memang rasanya tidak enak harus mendiamkan Taehyung begitupula sebaliknya.
 
Saat suasana hati Jennie membaik, ia kembali mengingat soal kejadian tadi saat mereka berbincang dengan pemilik cafe ini.
 
“Oppa, eonni yang tadi itu mantan kekasihmu bukan?” tanya Jennie hati-hati. Tentu ia tahu semua mantan kekasih Jimin berkat ilmu stalkernya.
 
“Ne dia mantan kekasihku” jawab Jimin santai seolah-olah bertemu mantan kekasih bukanlah hal yang perlu ditanyakan
 
“Lalu mengapa kau mengajakku kesini?” protes Jennie sedikit kesal. Jika memang Jimin mengajaknya untuk membuat Seungwan cemburu, maka ia benar-benar merasa kecewa pada Jimin.
 
“Cafe ini cukup terkenal di daerah ini, dan kudengar dari Taehyung kau suka suasana sungai han” jawab Jimin sambil memincingkan matanya saat mencium hal aneh dari cara bicara Jennie.
 
“Bukan karena kau ingin melihat mantan kekasihmu?” tanya Jennie lagi. Apa memang dugaannya pada Jimin salah?.
 
Jimin tak percaya dengan anggapan Jennie. Ingin melihat Seungwan? Mengapa ia harus repot-repot mengajak Jennie jika memang ingin melakukannya.
 
“Hei apa-apaan itu, aku tidak punya perasaan apapun padanya. Kami sudah berakhir lama sekali, mungkin lima tahun yang lalu saat kami masih kuliah”
 
“Dia sangat cantik, kenapa kalian bisa putus?” tanya Jennie pura-pura menyayangkan putusnya hubungan mereka, walau sebenarnya ia senang saat Jimin putus dengan para mantan kekasihnya.
 
“Itu semua salahku, dulu aku terprovokasi dengan omongan orang yang mengataiku jomblo sejati, jadi aku menerima pernyataan cinta dari Seungwan. Setelah itu seperti yang kau tahu, hubungan kami tidak berjalan baik karena aku tidak mencintainya” jawab Jimin kembali mengenang masa lalunya.
 
Memang ia salah menjalin hubungan hanya karena tak tahan omongan orang, seharusnya hubungan dibangun dilandaskan oleh cinta bukan hanya karena ingin mendapatkan status.
 
“Yang secantik itu saja tidak bisa membuatmu jatuh cinta, lalu gadis macam apa yang bisa meluluhkan hatimu?” tanya Jennie sedikit acuh, ia tak siap mendengar jika tipe gadis ideal Jimin tak sesuai dengan dirinya.
 
“Entahlah mungkin yang tidak cantik”
 
Jennie terdiam, ia memandang Jimin lekat-lekat karena tiba-tiba ia mengingat perkataan yang selalu diucapkan oleh Jimin
 
‘Semua gadis itu cantik kecuali Jennie’
 
Tiba-tiba jantungnya berdegub kencang, ia menatap Jimin dengan wajah memerah.
 
“Oppa kau tidak sedang bercanda kan?”
 
“Apa kau tertawa?”
 
“Tidak”
 
“Berarti aku tidak bercanda”
 
Satu tetes air mata jatuh dari mata indah Jennie membuat Jimin kalang kabut dibuatnya.
 
“Mengapa kau menangis lagi?”
 
“Ini air mata bahagia!” ucap Jennie galak, Jimin bersyukur karena Jennie kembali lagi ke sifat aslinya yang galak.
Suasana kembali hening, Jimin menghela nafas. Memang sudah saatnya untuk mengatakan semuanya, tidak ada gunanya memendam perasaan ini terlalu lama.
 
“Jennie-ya... kurasa aku memang harus bicara serius denganmu. Aku ingat saat kau lahir, aku bahkan ikut mengasuhmu saat Taehyung membawamu bermain ke rumahku. Kita tumbuh seperti adik dan kakak karena kau adalah adiknya sahabatku. Tapi bisakah hari ini, semua batasan itu menghilang? Bisakah aku menganggapmu berbeda dan kau juga begitu?”
 
Jennie tak bisa membendung perasaan bahagianya, ia memandang Jimin penuh perasaan.
 
“Aku menganggapmu berbeda sejak lama sekali Oppa, apa kau tidak sadar?”
 
“Aku sadar, namun waktu itu aku terlalu pengecut untuk maju. Aku takut jika perasaan ini hanyalah sekedar perasaan nyaman karena kita sudah terbiasa satu sama lain. Namun sekarang aku tidak takut lagi, aku sudah yakin jika perasaan ini memanglah cinta. Melihat Taehyung yang patah hati, membuatku sadar bahwa menunda-nunda hanya akan membawa kegagalan, aku tidak rela kau jatuh ke pelukan lelaki lain.” jawab Jimin jujur.
 
Memang ia sadar jika Jennie menyukainya, namun waktu itu ia masih belum yakin akan perasaannya sendiri. Ia tak mau salah mengambil langkah karena tak ingin menyakiti perasaan Jennie.
 
“Aku tidak menyangka hari ini akan tiba, aku sangat bahagia Oppa” ucap Jennie dengan senyum mengembang.
 
“Jennie-ya, kurasa aku punya rencana agar Taehyung tidak dipaksa untuk menikah oleh ibumu. Aku tahu dia menerima tawaran perjodohan karena tak mau mengecewakan ibumu.” bisik Jimin dengan seringai nakal yang membuat Jennie curiga
 
“Bagaimana caranya?” tanya Jennie penasaran.
 
“Eomonim memaksa Taehyung menikah karena ingin segera meminang cucu,” jawab Jimin masih dengan wajah ambigu yang membuat siapapun jadi curiga.
 
“Tidak mungkin, Yeonhee Eonni sudah memberikan cucu untuk Eomma”
 
Memang kakak pertama Jennie, Kim Yeonhee sudah menikah dan mempunyai anak laki-laki lucu, Yeonhee dan suaminya_Byun Baekhyun kini tinggal di Bucheon.
 
“Maksudku cucu perempuan” ralat Jimin kembali ketika ingat jika memang ibu Jennie sudah memiliki cucu dari putri tertuanya
 
“Kita bisa menggantikan Taehyung memberikan cucu untuk ibumu” lanjut Jimin dengan seringai nakal yang tidak hilang.
 
Jennie mengeram, ia langsung mencubit pinggang Jimin untuk memberinya pelajaran.
 
“Oppa!”
 
Jimin tertawa sambil menahan sakit bekas cubitan Jennie, kekasihnya ini memang benar-benar lucu.

Sementara itu di kediaman Keluarga Kim, Taehyung berdiri di balkon kamarnya memandang langit malam yang penuh dengan bintang begitu bersinar dan indah. Ia kembali melihat phonselnya, dan tersenyum kecil, teringat betapa keras usahanya untuk menyadarkan Jimin soal perasaannya sendiri. Usaha itu tidak sia-sia, akhirnya satu tuganya selesai.

***

My Love is You (VSeul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang