Hari yang Seulgi nantikan akhirnya tiba, setelah perjuangan kerasnya belajar mati-matian untuk mendapat beasiswa itu, akhirnya ia benar-benar mendapatkannya. Dalam website resmi Universitas Harvard, ia mendapati namanya tertera dalam daftar siswa yang diterima.
Tentu saja berita ini langsung menyebar diseluruh penjuru Sky High, pandangan semua orang tertuju pada Seulgi, siswa pertama Sky High yang berhasil masuk Universitas Harvard terlebih lewat jalur beasiswa yang dikenal sangat sulit didapatkan.
Meskipun kegiatan belajar mengajar sudah tidak efektif lagi, siswa dan siswi sky High tetap masuk sekolah guna mendapatkan informasi soal universitas yang bisa mereka masuki dengan nilai yang mereka dapat selama bersekolah di Sky High ditambah dengan nilai CSAT yang hasilnya akan diumumkan minggu depan.
“Kang Seulgi bisa bicara sebentar”
Seulgi menoleh pada seseorang yang mengajaknya bicara, Park Jimin menatapnya penuh harap agar Seulgi mau meluangkan waktunya untuk berbicara dengannya.
“Ada apa Park Jimin-ssi?”
“Kita bicara di luar, tidak mungkin kita bicara disini” ucap Jimin sambil memandang siswa dan siswi yang sedang membaca buku di perpustakaan dengan tenang. Jimin masih sadar kalau perpustakaan bukanlah tempat yang tepat untuk mengobrol.
“Baiklah, tunggu aku diluar, biar kubereskan barang-barangku dulu”
Jimin mengangguk lalu berjalan keluar perpustakaan terlebih dulu, ia menunggu Seulgi dengan was-was, takut kalau gadis itu memilih kabur dibandingkan dengan menghampirinya. Namun rasa cemas itu menghilang ketika Seulgi mendatanginya.
“Park Jimin apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Seulgi penasaran, ada hal penting apa sampai orang secuek Jimin mau repot-repot mendatanginya dan ingin bicara dengannya
Jimin meminta Seulgi untuk duduk di kursi panjang didepan perpustakaan sedangkan ia duduk disebelah Seulgi setelahnya.
“Kang Seulgi-ssi, maaf jika aku menganggumu, tapi ada hal penting yang harus kubicarakan mengenai Taehyung”
Seulgi membuang mukanya, seharusnya ia sudah tahu kalau apa yang akan Jimin bicarakan itu pasti ada hubungannya dengan Taehyung, mengapa ia bisa lupa jika pria ini adalah sahabat baiknya Kim Taehyung.
“Aku tak mau membicarakannya”
Jimin menghela nafas, sepertinya ini akan sulit, tapi ia harus membicarakan semuanya pada Seulgi. Ia lelah melihat Taehyung seperti mayat hidup selalu melamun dan tidak bersemangat.
“Seulgi-ssi aku tahu kau sulit mempercayai perasaan Taehyung, tapi apa kau benar-benar tidak bisa merasakannya? Dalam sekali pandang siapapun juga bisa tahu kalau Taehyung sangat mencintaimu. Apa kau tidak bisa memaafkan masa lalu Taehyung?”
Seulgi terdiam matanya mulai memanas, ia tak ingin membicarakan Taehyung karena hal itu hanya akan memunculkan perasaan bersalah yang semakin hari semakin besar dalam hatinya.
“Jika kau jadi aku apakah kau akan menerima lelaki yang puluhan kali menjalin hubungan dengan wanita dan mencampakkan mereka begitu saja seperti sampah?” ucap Seulgi mencoba mencari alasan, ia tidak mungkin mengatakan alasan sebenarnya mengapa ia menolak Taehyung.
Jimin menghela nafas, sepertinya akan susah membujuk Seulgi tanpa mengatakan hal yang sebenarnya.
“Kau pasti sudah tahu jika Taehyung tidak bermaksud melakukannya, ia hanya tidak mau wanita-wanita itu melukai diri mereka sendiri karena ditolak oleh Taehyung”
Seulgi tersenyum sinis, berusaha terlihat tak tersentuh dihadapan Jimin, ia tak mau Jimin menganggapnya wanita yang mudah dibujuk oleh rayuan lelaki.
“Lalu apa bedanya setelah itu? Setelah Kim Taehyung memutuskan mereka bukankah mereka jauh lebih terluka?”
“Tapi setidaknya selama menjalin hubungan Taehyung selalu memperlakukan mereka dengan baik, memberi pengertian bahwa hubungan itu tidak bisa dilanjutkan lagi karena tidak ada cinta dalam hubungan itu, sehingga saat putus mereka bisa melepaskan Taehyung dengan tersenyum tanpa luka” jawab Jimin tenang,
jika ia emosi maka Seulgi akan semakin susah dibujuk, ia harus lebih meyakinkan Seulgi lagi agar mempercayai perasaan Taehyung padanya.
“Bohong kau Park Jimin, buktinya ia tidak melakukan hal itu pada Sooyoung. Ia membiarkan Sooyoung terluka”
Kali ini Seulgi benar-benar mengutarakan isi hatinya, ia masih kesal pada Taehyung karena membuat Sooyoung menderita dan dipermalukan oleh seluruh siswa Sky High.
“Kau tak mengerti, Taehyung memutuskan Sooyoung begitu saja karena ia menghinamu dengan kasar dihadapan Taehyung”
Seulgi tertegun tak percaya. Sooyoung menghinanya didepan Taehyung? Tiba-tiba ia merasa hatinya sangat sakit mengingat fakta bahwa ia dan Sooyoung sudah tidak berteman lagi, ditambah fakta baru kalau Sooyoung berani menghinanya didepan Taehyung.
“Apa? Tidak mungkin”
“Kau tidak mengerti juga? Park Sooyoung itu jangan pernah menganggapnya teman lagi, ia adalah wanita munafik yang akan menusukmu dari belakang jika kau terlalu baik padanya”
Seulgi menunduk sedih, perasaannya menjadi gundah seketika. Mungkin ini adalah hukuman karena ia sudah berniat buruk ingin menghancurkan ayahnya sendiri. Bukan hanya kehilangan sahabat, ia juga harus merelakan orang yang ia cintai.
“Diam kau Park Jimin, tak peduli mau sejahat apapun Sooyoung padaku, dia tetap temanku. Walaupun ia tidak menganggapku sebagai teman, aku tidak akan melakukan hal yang sama”
Jimin tak percaya dengan apa yang didengarnya, apa gunanya mengaggap teman pada seseorang seperti Park Sooyoung yang bermuka dua itu?.
“Aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu”
“Mudah saja Park Jimin, jika Kim Taehyung menghinamu apakah kau akan melepaskan perteman kalian? Apa kau tidak mau memperjuangkan temanmu agar tetap berada disisimu?” tanya Seulgi dengan raut wajah datar tak terbaca.
Jimin terdiam ia memandang Seulgi sebentar berusaha mencerna pertanyaan darinya barusan. Jika Taehyung menghinanya apakah ia akan menyerah dengan persahabatan mereka? Jimin mencoba membayangkan semuanya dan ia tidak sanggup, bukan tidak sanggup mendapat hinaan dari dari Taehyung tapi tidak sanggup jika harus kehilangan Taehyung.
“Aku akan berusaha agar ia tetap berada disisiku, aku lebih memilih dihina daripada kehilangan teman terbaikku”
Seulgi tersenyum mendengar jawaban Jimin, ia tak salah menilai kalau Jimin memang sahabat terbaik Taehyung. Setidaknya meskipun Taehyung sedang patah hati masih ada Jimin yang selalu ada untuknya.
“Tepat sekali Park Jimin, aku juga tidak mau menyerah”
Jimin memandang Seulgi dalam, ia akhirnya mulai mengerti mengapa Taehyung sangat menyukai Kang Seulgi. Gadis ini memiliki ketulusan yang langka dimiliki oleh gadis lainnya. Gadis ini tidak mudah menyerah dan sangat baik.
“Kang Seulgi aku berharap kau mau memikirkan lagi soal Taehyung” ucap Jimin hati-hati.
Seulgi hanya menghela nafas lelah, lalu memandang Jimin tajam berharap Jimin mau mengerti akan dirinya.
“Lalu apa yang kau harapkan? Aku menerima cinta Taehyung? Bahkan meskipun aku tidak mencintainya?” tanya Seulgi sarkastik, ia sudah lelah dengan semua ini, ia ingin cepat pergi agar hatinya menjadi lebih baik. Membicarakan Taehyung membuat perasaannya tak nyaman.
Jimin terkejut dengan ucapan Seulgi, tidak menyukai Taehyung adalah kata-kata yang biasanya diucapkan oleh para pria yang cemburu karena gadis incarannya ternyata menyukai Kim Taehyung. Dan selama ia menjadi teman Taehyung tidak pernah ia mendengar kata-kata itu dari mulut wanita.
“Apa? Kau tidak mencintainya? Kukira kau menolak Taehyung karena kau tidak mempercayainya”
Seulgi tertawa, lebih tepatnya pura-pura tertawa agar Jimin percaya kalau ia memang tidak mencintai Taehyung
“Apa menurutmu semua wanita akan jatuh cinta pada Taehyung?” tanya Seulgi masih menahan tawanya.
“Rata-rata begitu”
“Kau ini sangat naif, Park Jimin-ssi, baiklah kukira sudah cukup obrolan kita hari ini, aku banyak urusan yang harus dikerjakan, permisi”
Jimin tak mampu menghentikan Seulgi, ia memandang kepergian Seulgi. Ia masih diam dan termenung memikirkan semua yang Seulgi katakan barusan.
“Dasar pembohong, aku bisa melihat semuanya. Kau mencintai Taehyung, kau hanya berpura-pura tidak mencintainya. Kau bisa menipu semua orang tapi tidak denganku, matamu berkata lain dengan ucapanmu. Ternyata semuanya terasa sangat sulit, kuharap kau mau jujur dengan perasaanmu sendiri” ucap Jimin memandang punggung Seulgi yang perlahan mulai menghilang dari jangkauan matanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You (VSeul)
أدب الهواةSeikat bunga yang ditinggalkan membawa angin rindu dalam dekapan. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga soal hati. Dua hati yang berkelana untuk mencapai satu makna, satu rasa dan satu jiwa.