Part 28

770 107 5
                                    

Mentari yang cerah bersinar, menembus jendela di sudut cafe yang cukup terkenal di Seoul. Dua orang pria dewasa terlihat duduk bersama, disamping mereka terdapat seorang gadis cilik yang nampak riang bercengkrama bersama dua orang pria tersebut. Mereka adalah Taehyung dan Jimin, dan gadis kecil yang bersama mereka adalah putri Jimin dengan Jennie, Park Mikyung namanya.
 
Setiap akhir pekan, saat tidak ada kesibukan, Mikyung akan selalu mengajak ayahnya untuk jalan-jalan bersama dengan Taehyung. Kebetulan hari ini Jennie tidak bisa ikut karena ia memiliki jadwal pameran kesenian. Jennie merupakan seorang direktur galeri seni yang cukup terkenal di Seoul, membuatnya harus siap kapanpun untuk melakukan pameran di galeri seni miliknya.
 
“Daddy, apakah bajuku cantik?” tanya Mikyung dengan wajah ceria.
 
Taehyung tersenyum manis pada Mikyung, ya keponakannya ini selalu memanggilnya dengan panggilan Daddy, dan untungnya Jimin sama sekali tidak keberatan dengan panggilan Mikyung padanya.
 
“Tentu saja, Mikyung sangat cantik jadi baju apapun yang dipakai akan terlihat cantik” jawab Taehyung membelai pipi gembil Mikyung yang menggemaskan.
 
“Benarkah? Kata Appa, dulu Daddy sering mengatakan kalimat itu pada setiap gadis cantik. Apa itu benar?”
 
Taehyung terdiam, ia melirik pada Jimin yang sedang mengalihkan pandangannya. Pura-pura tak tahu apa yang baru saja Mikyung katakan.
 
“Tentu tidak benar, Daddy itu pria yang setia. Tidak sembarang mengumbar gombalan pada para gadis” Ucap Taehyung berusaha menyangkal tuduhan itu, ia menatap Jimin sinis karena berusaha menjatuhkan pamornya didepan Mikyung.
 
Mikyung berkedip lucu, lalu matanya beralih menatap Jimin dengan pandangan bertanya.
 
“Jadi Appa berbohong?”
 
Jimin menggeleng, “Appa tidak berbohong, jadi dulu itu...”
 
“Park Jimin hentikan, sebetulnya apa saja yang kau ajarkan pada anakmu? Kau benar-benar tidak bisa dipercaya untuk mendidik keponakanku”
 
Belum sempat Jimin menyelesaikan ucapannya, Taehyung sudah terlebih dahulu menyela. Ia tak mau Jimin mengatakan masa lalunya sebagai playboy kepada Mikyung. Tentu ia tak mau pamornya rusak didepan keponakannya.
 
“Aku hanya bercanda, Mikyung selalu bertanya seperti apa kau saat muda. Jadi kujawab apa adanya” Jimin berusaha berkilah, lebih tepatnya tak mau mendapat amukan dari kakak iparnya ini
 
“Kau ini pembohong, akui saja kau ingin menjelek-jelekanku, karena kau iri Mikyung lebih menyayangiku bukan?”
 
“Omong kosong macam apa itu, Mikyung putriku jadi tentu saja dia lebih menyayangiku”
 
Taehyung hanya menghela nafas tak mau memperpanjang perdebatannya dengan Jimin yang ia rasa tidak penting. Ia lebih senang memperhatikan Mikyung yang kini sedang asyik memakan eskrim buah kesukaannya.
 
“Mikyung pelan-pelan kalau makan” tegur Jimin sambil membersihkan sisa eskrim yang menempel di pipi putrinya.
 
“Ne Appa”
 
Taehyung terdiam memperhatikan interaksi ayah dan anak itu, hatinya berdegub iri. Ia juga ingin merasakan memiliki keluarga yang lengkap seperti Jimin yang menurutnya sangat bahagia dengan Jennie sebagai istrinya dan terlebih mereka memiliki Mikyung yang sangat manis dan cantik, apalagi kini Jennie sedang mengandung anak kedua mereka yang mungkin akan lahir sebagai anak laki-laki berdasarkan tes USG beberapa waktu yang lalu.
 
“Daddy apa Eunho Oppa akan datang ke rumah halmeoni besok?” tanya Mikyung setelah menghabiskan satu cup besar eskrim buah. Eunho adalah putra dari kakak tertua Taehyung yang secara otomatis merupakan kakak sepupu dari Mikyung.
 
“Tentu saja. Eunho Oppa pasti akan datang bersama dengan Aunty Yeonhee dan Uncle Baekhyun” jawab Taehyung tak kalah antusias, ia juga sangat merindukan keponakannya yang kini berusia 12 tahun itu. Eunho tinggal di Bucheon dan jarang sekali datang ke Seoul
 
“Aku sudah tak sabar ingin bertemu dengan Eunho Oppa”
 
“Bersabarlah sampai besok, ne”
 
“Arraseo Daddy”
 
Jimin memperhatikan mereka berdua dengan resah, ia resah terlebih saat mengingat ucapan Taehyung tempo hari kalau ia akan datang di acara Raeuni keluarga besar Kim yang kebetulan ayah Taehyung mendapat jatah sebagai tuan rumah.
 
“Taehyung-ah, kau yakin akan datang kerumah eommoni besok?” tanya Jimin khawatir
 
“Kenapa ,memangnya? Apa aku tak boleh datang?”
 
“Kau tahu sendiri kan, sejak insiden lima tahun lalu, eomoni sama sekali tak mau bicara denganmu”
 
Lima tahun yang lalu insiden besar telah terjadi, dimana Sooyeon benar-benar marah besar pada Taehyung. Bahkan hampir mencoretnya sebagai bagian dari Keluarga Kim, namun beruntungnya Joongwoon berhasil mencegah aksi nekat dari istrinya itu. Namun tetap saja sampai saat ini hubungan ibu dan anak itu tidak juga membaik.
 
“Kurasa acara reuni keluarga besok adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki hubunganku dengan eomma” Taehyung tetap bersikeras untuk datang.
 
“Kuharap semuanya akan baik”
 
“Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja”
 
Jimin menghela nafas, ia memandang kalung dengan batu ruby yang selalu dipakai oleh Taehyung tanpa pernah melepasnya. Kakak ipar sekaligus sahabatnya ini benar-benar sudah gila.
 
***
Ketika pesawat mendarat dengan sepurna di Bandara Incheon, Seojun langsung terpana dengan keindahan negara asal ibunya yang baru pertama kali ia lihat dengan matanya langsung. Semua orang menggunakan bahasa Korea dan hal itu membuat Seojun terkagum-kagum, tempat ini memang bukan di amerika.
 
Lelaki cilik itu selalu bersemangat, ia suka mempelajari hal baru. Walaupun pada awalnya ia tidak senang dengan kepindahan mereka, namun kini ia sangat antusias. Ia ingin segera masuk sekolah dan mendapat teman baru.
 
“Seojun-ah hati-hati” tegur Seulgi yang melihat Seojun berlarian menuju rumah baru mereka.
 
Yeri yang berjalan disamping Seulgi hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Seojun yang selalu enerjik.
 
“Noona, apa pernah ke Korea?” tanya Seojun pada Yeri ketika mereka sudah berada di ruang tamu.
 
“Seingatku saat aku kecil, namun keluarga noona pindah ke amerika saat noona berusia tujuh tahun”
 
Yeri mengingat kenangan masa kecilnya, dimana ia merupakan anak yang dibesarkan di panti asuhan. Dan saat berusia tujuh tahun, ia diadopsi lalu keluarga mereka pindah ke amerika. Namun keluarga angkat Yeri memperlakukannya dengan tidak baik, selalu melakukan kekerasan fisik padanya. Membuat Yeri akhirnya kabur ketika berusia 15 tahun. Saat itulah ia bertemu dengan Seulgi yang menyelamatkannya dan mau memberinya pekerjaan.
 
“Begitukah? Apa noona senang kembali ke Korea?” tanya Seojun yang kembali penasaran.
 
“Tentu saja, Tuan muda dan Nyonya Seulgi adalah keluarga noona sekarang. Noona akan ikut kemanapun kalian pergi”
 
Seojun menatap Yeri dengan pandangan tak suka, ia sudah memperingatkan Yeri agar memanggilnya dengan lebih akrab.
 
“Bukankah eomma sudah melarangmu memanggilnya nyonya? Aku juga tidak suka jika noona memanggilku tuan muda. Kau sudah seperti kakakku sendiri”
 
Seulgi yang sedang merapikan kopernya tersenyum mendengar ucapan Seojun. Putranya ini memang memiliki hati yang sangat baik. Seulgi senang karena ia tak gagal memberikan pendidikan moral bagi Seojun agar memperlakukan orang lain dengan baik.
 
“Benar apa yang dikatakan Seojun, Yeri-ya jangan panggil kami dengan terlalu formal” ucap Seulgi menimpali. Yeri sudah tiga tahun bekerja padanya dan ia sangat menyukai kinerja Yeri. Apalagi gadis muda ini sangatlah akrab dengan Seojun.
 
“Tapi saya merasa tak pantas, nyonya sudah terlalu baik pada saya” Yeri menunduk sungkan, semua kebaikan Seulgi membuatnya semakin merasa berhutang budi.
 
“Kau ini sudah seperti keluargaku sendiri, jadi jangan terlalu sungkan pada kami”
 
Yeri menghela nafas pelan, lalu mengangguk, “Baiklah, Eonni... Seojun-ah”
 
Seulgi dan Seojun tersenyum lebar mendengar panggilan baru Yeri pada mereka, membuat jarak yang selama ini terbentang karena panggilan formal itu perlahan mulai memudar.
 
Siang berganti malam, Seulgi bersandar di balkon kamarnya sambil menikmati angin malam. Ia menatap bulan purnama yang bersinar terang tanpa halangan awan mendung yang datang. Ia tersenyum kecil saat mengingat perkataan dari Dokter Zhang saat di amerika tempo hari.
 
Flashback
 
“Sepertinya masalah anda bisa teratasi dengan baik Nona Kang, saat anda masih muda anda kehilangan sosok keluarga yang seharusnya menjadi pijakan pertama bagi seorang anak. Itulah yang menyebabkan pergolakan antara dua sisi dalam diri anda. Bukankah sosok itu sudah tidak mendatangi anda lagi?”
 
Seulgi terdiam kemudian mengangguk membenarkan perkataan dari Dokter Zhang Yixing. Sosok itu yang tak lain adalah sisi hitamnya tidak pernah lagi datang di malam-malam Seulgi. Ia sendiri bingung kenapa. Dulu ia kira setelah berbaikan dengan ayahnya maka ia bisa sembuh dari penyakit halusinasinya, namun ternyata sosok itu masih datang dan selalu mendesak Seulgi agar kembali mengingat perlakuan jahat yang dilakukan oleh ayahnya dulu.
 
“Saya sendiri bingung, entah kapan terakhir kali saya merasakan malam yang begitu indah ini. Saya sudah melupakannya karena yang saya rasakan setiap malam adalah kepahitan. Namun kini malam bisa begitu indah, seakan saya bisa tidur tanpa harus khawatir akan apapun juga” ucap Seulgi tanpa bisa menyembunyikan perasaan harunya, betapa ia bahagia bisa merasakan keindahan malam yang selama ini ia lalui dengan rasa pahit.
 
“Apa anda penasaran mengapa bisa begitu?” tanya Dokter Zhang yang membuat Seulgi sangat penasaran
 
“Tentu saja dokter”
 
“Anda yang kehilangan masa muda anda, kehilangan arti keluarga saat muda. Kini anda menemukan hal itu lagi dalam diri putra anda, menjadi seorang ibu membuat segala rasa sepi dan rasa sakit itu seakan telah tertebus” jelas DokterZhang dengan senyuman. Psikiater itu memanglah cukup dekat dengan Seulgi karena Seulgi telah menjadi pasien selama lima tahun belakangan ini.
 
Seulgi terlihat menerawang jauh, semenjak Seojun hadir dalam hidupnya tidak ada yang namanya sepi dan kehampaan.
 
“Memang semenjak Seojun hadir dalam hidup saya, seakan apa yang hilang dalam diri saya telah kembali. Saya merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Bukan cinta dari seorang pria, tapi kebahagiaan telah menjadi seorang ibu”
 
“Apa anda bahagia karena bisa bebas?”
 
“Apa anda tahu apa yang saya pikirkan Dokter Zhang?” Seulgi tidak menjawab namun malah bertanya balik pada Dokter Zhang
 
“Bolehkah saya tahu?”
 
“Saya merasa tidak masalah meskipun saya tidak menikah dengan siapapun, tidak masalah jika saya hidup hanya menjadi ibu bagi Seojun selamanya. Saya merasa bahagia dengan apa yang saya miliki sekarang, sehingga saya tidak menginginkan apapun lagi”
 
Dokter Zhang menatap Seulgi berusaha membuatnya mengerti jika manusia perlu untuk menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga.
 
“Biar bagaimanapun, wanita harus menikah dan menjalani hidup berumah tangga. Saat anda menjadi istri seseorang, hidup anda baru bisa dikatakan sudah lengkap. Saat anda merasa lelah ada seorang pria akan menjadi tempat anda untuk bersandar, bukankah semua wanita menginginkan kehidupan seperti itu?”
 
Mendengar penjelasan Dokter Zhang, Seulgi hanya bisa tersenyum miris.
 
“Apa saya bisa jatuh cinta lagi? Seseorang yang saya cintai tidak akan menerima saya lagi walau saya mengemis dan menangis darah. Bukankah harga dari sebuah penghianatan adalah hidup dengan kesepian karena cinta?”
 
Flashback end
 
Mengingat pertemuan itu membuat Seulgi tersenyum miris, Dokter Zhang bahkan tidak mengatakan apapun setelah pernyataan terakhirnya. Mata Seulgi kembali menatap langit, dan entah mengapa tiba-tiba air matanya turun tanpa bisa ia cegah.
 
Seojun memperhatikan apa yang dilakukan oleh Seulgi dari balik pintu kamar ibunya itu yang sedikit terbuka, ia tidak sendiri dibelakangnya ada Yeri yang berusaha membujuk Seojun agar kembali ke dalam kamar.
 
“Noona, apakah hidup eomma begitu sulit?” tanya Seojun pada Yeri yang juga sedang memperhatikan Seulgi dengan prihatin.
 
“Mengapa kau mengatakan hal itu?” Yeri sedikit tak percaya jika anak kecil ini akan memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan oleh anak-anak.
 
“Setiap malam aku selalu melihat eomma seperti itu, apa mungkin eomma merindukan seseorang?”
 
Yeri terdiam tak bisa menjawab, walau Seulgi tak menceritakan apapun padanya, namun ia sedikit banyak tahu soal masa lalu dari bossnya itu.
 
“Seojun-ah, kau masih terlalu kecil, jangan memikirkan hal berat seperti ini” ucap Yeri berusaha mengalihkan perhatian Seojun.
 
“Walau aku masih kecil, tapi aku tetaplah putra ibuku, bagaimana bisa aku diam saja melihat ibuku seperti itu”
 
Mendengar hal itu Yeri hanya bisa menghela nafas, Seojun memanglah keras kepala. Anak yang sangat menyayangi ibunya ini tentu tidak akan diam saja jika melihat ibunya terluka bukan?.
 
***

My Love is You (VSeul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang