Taehyung tidak pernah merasa begitu sakit seperti yang ia rasakan saat ini. Tatapan tajam dan juga enggan yang diberikan oleh ibunya membuat hati Taehyung terasa sangat sakit. Taehyung sangat mengerti jika Sooyeon sudah tak mau menganggapnya sebagai anak lagi.
“Kau pintar sekali, datang di saat dimana aku tidak mungkin mengusirmu” sindir Sooyeon
Tentu saja ia tidak mungkin mengusir Taehyung dihadapan keluarga besarnya. Apa kata mereka jika melihat pertengkaran di hari bahagia ini.
“Mianhae eomma, aku datang karena sangat merindukanmu.”
“Simpan kata-kata mu itu Kim Taehyung, aku tidak butuh memiliki putra sepertimu”
Taehyung terdiam hatinya kembali merasa sakit, ia melihat sekeliling dan untunglah mereka sedang berada di ruang keluarga dimana tidak ada satu orangpun yang akan melihat pertengkaran ini.
Dan tiba-tiba Taehyung berlutut, ia menunduk dalam kesedihan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
“Eomma, bencilah aku sepuas hatimu. Tapi aku tetaplah anak lelakimu, bagaimana bisa seorang ibu mengatakan hal menyakitkan seperti ini”
Taehyung menangis, tak sanggup menghadapi kebencian yang ditujukan kepadanya.
“Lalu apa kau memikirkanku saat melakukan hal memalukan itu? Bukan hanya mempermalukanku namun juga keluarga besar Kim. Kau sendiri yang setuju untuk menikah dengan Sooyoung, namun saat hari penting itu kau malah menghilang. Kau tahu, tindakanmu ini membuat hubungan persahabatanku dengan ibu Sooyoung menjadi hancur. Dasar anak tidak tahu diri!” Sooyeon berkata dengan murka, ia memandang Taehyung tajam dengan amarah membara yang sanggup menusuk hati Taehyung hingga sangat dalam.
Taehyung menunduk, ia tidak menyesali keputusannya untuk membatalkan pernikahan itu. Ia takut akan lebih menyesal jika ia tetap memaksakan diri untuk menikah dengan Sooyoung. Walau keputusannya itu harus dihadiahi dengan rusaknya hubungan dengan orangtuanya.
“Aku tidak punya keraguan saat akan menikahi Sooyoung, kukira tidak masalah menikah tanpa cinta. tapi hari itu tiba-tiba perasaan ragu dan juga bimbang memenuhi hatiku. Dalam hati kecilku tiba-tiba penuh dengan pertanyaan, apakah aku bisa hidup tanpa cinta? Apakah tindakanku itu benar? Bisakah aku menikahi Sooyoung sedangkan aku mencintai wanita lain?. aku sangat ketakutan eomma, aku takut dengan apa yang akan terjadi dalam hidupku”
Sooyeon tertegun mendengar pengakuan putranya, namun egonya masih sangat tinggi. Ia belum bisa menerima pengakuan Taehyung sepenuhnya.
“Kau tidak seharusnya hidup seperti ini, bukankah kau sendiri sudah melepaskan Seulgi?”
“Yang dia tahu aku telah menikahi Sooyoung, aku bahkan membungkam media agar tutup mulut soal gagalnya pernikahanku. Setidaknya dia bisa menikah dengan Sehun tanpa memikirkan aku lagi. Jika aku tidak bisa bersama dengan wanita yang kucintai, aku lebih baik hidup sendiri. Aku merasa hidup menyedihkan seperti ini bukanlah masalah besar.”
Sooyeon menangis mendengar ungkapan hati putranya, ia selalu merasa bahwa putranya ini sangat jahat dan tega padanya. Namun justru kini ia yang merasa menjadi orang tua jahat. Bagaimana bisa ia tak mengerti tentang perasaan putranya.
“Taehyung-ah, maafkan aku. Selama ini aku selalu memojokkanmu dan membuatmu terluka. Aku ibu yang buruk, aku hanya ingin melihatmu menikah dan melupakan Seulgi, aku ingin kau bisa membina rumah tangga bersama wanita lain. Namun tindakanku yang ini ternyata membuatmu tertekan”
Taehyung berdiri lalu berjalan menghampiri ibunya, ia memeluk Sooyeon erat berusaha menenangkannya.
“Eomma, hati semua ibu itu sama. Mereka ingin melihat anaknya bahagia, bagaimana mungkin aku meragukan ketulusanmu? Ini semua salahku yang tidak bisa membuatmu bahagia” ucap Taehyung lalu menghapus air mata yang jatuh di pipi Sooyeon
“Bisakah kita mulai semuanya dari awal? Eomma tidak akan mendesakmu untuk menikah, eomma akan mengutamakan kebahagiaanmu”
Taehyung mengangguk lalu memeluk ibunya dengan erat. Akhirnya ia bisa merasakan pelukan ini lagi, pelukan hangat dari wanita paling penting dalam hidupnya.
***
Seojun hari ini sedang libur sekolah, sejak pagi ia sudah merengek pada Seulgi agar mengajaknya jalan-jalan. Dan mana mungkin Seulgi tidak mengabulkan permintaan putra kesayangannya ini yang sudah mulai memperbaiki kebiasaannya.
Seulgi mengajak Seojun jalan-jalan ke pasar Dongdaemun, karena pasar semacam ini tidak bisa mereka temui di amerika, dan respon Seojun sangatlah antusias. Mereka pergi berdua karena Yeri sedang ada kelas di kampusnya. Sepanjang jalan Seojun begitu terpesona dengan keramaian dan juga berbagai macam barang yang diperdagangkan di Dongdaemun. Sesekali mereka menghampiri pedagang kaki lima dan membeli makanan kecil untuk dicicipi.
“Eomma, tempat ini sangat bagus. Aku senang eomma mengajakku kesini” ucap Seojun riang, selama ini Seulgi selalu sibuk dengan pekerjaan dan sangat jarang mereka bisa menghabiskan waktu berdua.
Seulgi tersenyum senang melihat Seojun yang begitu ceria, rasa-rasanya hanya melihat senyum Seojun sudah cukup untuk mengusir lelah yang biasanya hinggap sehabis bekerja.
“Kau senang Seojun-ah? Kita bisa kesini lagi lain waktu”
“Jinja-yo? Eomma yang terbaik” Seojun memeluk Seulgi erat, benar-benar senang dengan tawaran ibunya.
“Tapi ingat, kalau nilaimu jelek, jangan harap kau bisa keluar untuk jalan-jalan. Eomma akan mengurungmu di rumah dengan puluhan buku pelajaran. Arraseo!”
Seojun meneguk ludahnya sulit, ancaman yang satu itu mana mungkin ia berani. Seulgi tak pernah main-main dengan ucapannya.
“Ne, aku akan ingat perkataan Eomma” ucap Seojun sambil menunduk dengan wajah tidak ikhlas.
Seulgi tersenyum melihat Seojun yang cemberut, ia lalu mengacak-acak rambut Seojun gemas.
“Anak pintar”
Seojun baru menyadari jika di ujung jalan ada penjual eksrim yang ramai pembeli, tiba-tiba jiwa anak-anaknya bangkit lalu ia tersenyum penuh semangat.
“Eomma aku mau eskrim, aku kesana dulu ya”
“Seojun-ah, jangan lari-lari”
Seojun tidak mengindahkan perkataan Seulgi dan tetap berlari menuju penjual eskrim yang cukup ramai pembeli. Ia begitu bersemangat hingga tak memperhatikan jalan dengan benar, Seojun tak menyadari ada sosok pria yang berjalan berlawanan arah dengannya tepat berada didepannya, dan seperti yang diduga. Seojun menabrak tubuh pria itu, tentu saja karena perbedaan ukuran tubuh mereka, Seojun langsung terpental dan beruntunglah pria itu dengan sigap menangkap Seojun agar tidak terjatuh.
“Kau baik-baik saja?” tanya pria itu khawatir.
Seojun masih memejamkan matanya untuk mengusir rasa nyeri dikepalanya. Ia menunduk dan langsung melihat sepatu pria yang ditabraknya, dan dengan sedikit takut ia mendongak menatap pria itu dengan wajah penuh penyesalah.
“Mianhamnida Ahjussi, saya tidak memperhatikan jalan”
“Tidak masalah, bukankah justru kau yang kesakitan?” ucap Pria itu yang menyadari jika dahi Seojun agak memerah.
“Ani-yo, seorang pria sejati tidak akan mempermasalahkan rasa sakit yang tak seberapa itu”
Pria itu menatap Seojun dengan dahi berkerut, omongan anak kecil ini tidak sesuai dengan usianya. Benar-benar dewasa sebelum waktunya.
“Baiklah nak, dimana ibumu? Kau tidak mungkin sendirian di tempat ramai ini kan?”
Seojun menengok kebelakang mencari keberadaan Seulgi, ia terus mencari hingga matanya menemukan sosok ibunya yang juga sedang mencarinya dengan cemas.
“Eomma!” Seojun berseru keras agar Seulgi memperhatikannya. Dan benar saja Seulgi langsung bisa menemukannya dan langsung berlari menghampiri Seojun.
“Kau ini, kenapa berlari begitu cepat? Apa kau tidak tahu eomma sangat khawatir huh?”
“Mian eomma, takkan ku ulangi”
Dibalik itu semua, ada seorang pria yang memperhatikan mereka berdua dengan pandangan nanar. Pria yang ditabrak oleh Seojun, memperhatikan Seulgi dengan wajah penuh kesenduan dan kerinduan yang tidak bisa ia tutupi.
“Kang Seulgi..” ucap pria itu lirih
Merasa namanya dipanggil, Seulgi langsung mendongak ia menatap seseorang yang baru saja menyebut namanya. Dan alangkah terkejutnya Seulgi ketika menemukan sosok yang sama sekali tidak ingin ia temui walau rasa rindu selalu menggerogoti hatinya.
“Kim Taehyung” Seulgi bergumam tanpa sadar, ia menatap pria itu yang tak lain adalah Taehyung dengan pandangan yang tidak bisa dideskripsikan.
“Eomma mengenal Ahjussi ini?”
Kesadaran Seulgi kembali mendengar suara Seojun, ia menatap putranya sebentar lalu beralih menatap Taehyung.
“Tentu saja dia adalah teman lama eomma., Kim Taehyung-ssi apa kabarmu?”
“Tidak baik” ucap Taehyung dingin. Ia kembali menguasai diri ketika untuk beberapa detik ia menatap Seulgi dengan pandangan kerinduan. Biar bagaimanapun ia tak ingin terlihat lemah didepan Seulgi.
“Begitukah? Kuharap kau bisa memperbaiki suasana hatimu, sepertinya memang kau sedang tak baik-baik saja” ucap Seulgi ketus. Ia kesal melihat tampang Taehyung yang menatapnya dengan enggan seolah ia adalah tikus yang harus dihindari
Taehyung tersenyum tak percaya, ia menatap Seulgi tajam lalu beralih menatap Seojun yang berdiri sambil memeluk tangan Seulgi. Ternyata mantan pacarnya ini sudah memiliki anak dan hidup bahagia bersama Sehun. Entah mengapa meskipun ia mencoba untuk ikut bahagia tetap saja rasanya ia begitu cemburu.
“Tadinya baik, tapi sekarang tidak baik” Taehyung berucap sarkasme, membuat Seulgi memerah menahan marah karena seolah ia yang menyebabkan suasana hati Taehyung menjadi buruk.
“Kalau begitu kami pergi dulu, semoga suasana hatimu lekas membaik” ketus Seulgi sambil menatap Taehyung dengan sinis.
Hati Taehyung bergetar, tatapan itu walau begitu sinis dan menusuk namun mampu menggetarkan hatinya hingga ia tak bisa berpikir dengan jernih. Ingin rasanya ia memeluk Seulgi dan mengatakan kalau ia masih mencintainya, namun mana mungkin ia melakukan hal gila pada istri orang lain.
Taehyung memperhatikan Seulgi yang menuntun Seojun lalu membawanya pergi keluar Dongdaemun. Ia tak bisa berkata apa-apa ataupun mencegah Seulgi agar tidak pergi. Ia tidak mungkin mengganggu keluarga Seulgi yang terlihat bahagia.
“Seulgi-ya, apa kau bahkan masih mengingatku didalam hatimu?” gumam Taehyung miris.
Ia pun berniat hendak pergi ke tempat tujuannya, namun langkah kakinya berhenti saat ia menginjak sesuatu yang asing.
Taehyung memungut benda itu, sebuah dompet dengan karakter superhero yang menjadi gambarnya. Dengan penasaran Taehyung membuka dompet itu dan matanya langsung tertuju pada sebuah kartu pelalar yang menjadi satu-satunya benda selain uang seratus ribu won disana.
Taehyung tahu dompet ini milik putra Seulgi karena foto di kartu pelajar itu adalah foto Seojun. Tanpa basa-basi ia langsung mengeluarkan kartu itu dan mencermatinya baik-baik.
“Kang Seojun.... Kang?”
Taehyung bergumam dengan tanda tanya besar dalam pikirannya. Mengapa putra Seulgi bermarga Kang? Mengapa tidak menggunakan marga milik Oh Sehun? Ada apa ini sebenarnya? Semua pertanyaan itu mengelilingi pikiran Taehyung hingga ia begitu penasaran akan kehidupan pribadi dari Kang Seulgi.
***Hai author balik lagi. Mulai lg nih moment vseulnya. Gimana? Makin seru nggak?
Oh ya jgn lupa baca cerita vseul ku yg lain baru aja aku post. Cek my story ya. kalau respon bagus akan ku lanjutkan

KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You (VSeul)
FanficSeikat bunga yang ditinggalkan membawa angin rindu dalam dekapan. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga soal hati. Dua hati yang berkelana untuk mencapai satu makna, satu rasa dan satu jiwa.