Part 7

1K 158 3
                                        

Semenjak kejadian malam itu, Seulgi dan Taehyung sama sekali tidak pernah bertegur sapa. Meskipun mereka berada di kelas yang sama, akan tetapi mereka selalu berusaha menghindar satu sama lain. Jimin yang mengetahui kenyataan pahit malam itu, mencoba bersikap netral. Meskipun Taehyung adalah sahabatnya, namun Kang Seulgi juga telah menjadi temannya. Ia tak menyalahkan Seulgi yang membuat Taehyung patah hati, karena perasaan seseorang tak bisa dipaksakan begitu saja, namun sedih sekali rasanya melihat Taehyung jadi pemurung.
 
Taehyung sudah tak berniat menjalin hubungan dengan siapapun, ia lebih memfokuskan diri dengan pelajaran mengingat tak lama lagi ujian akhir akan dilaksanakan. Taehyung terlalu memaksakan diri, ia mengambil les lebih banyak dari biasanya dan setiap kali Jimin menanyakan alasan Taehyung melakukan hal itu, maka Taehyung akan menjawab begini.
 
“Aku ingin menjadi lebih sibuk lagi Jimin-ah, dengan belajar kuharap aku bisa melupakan Seulgi” ucap Taehyung dengan pandangan kosong, ia merasa hampa karena patah hati yang berlarut-larut dan setiap kali ia mencoba move on, saat itu juga ia akan melihat Seulgi karena memang mereka berada di kelas yang sama.
 
“Namun kau tak harus memaksakan diri seperti Taehyung-ah, jangan melakukan hal diluar batas kemampuanmu”
 
Jimin khawatir, belum pernah Taehyung merasa patah hati karena wanita. Taehyung adalah cassanova, namun ia tidak melibatkan hatinya dalam setiap hubungan yang ia jalani.
 
Taehyung tersenyum miris, lagi-lagi ia teringat pada Seulgi. Katakan bahwa ia pria menyedihkan yang bisa-bisanya sejatuh ini karena wanita, namun tidak bisa bersama dengan seseorang semenajubkan Seulgi memang pantas siapa saja merasa patah hati.
 
“Seulgi yang kini bukanlah Seulgi yang dulu, ia berambisi mengejar beasiswa ke harvard. Ujian tengah semester lalu, ia menjadi peringkat pertama mengalahkanku. Jika aku tidak bisa menjadi kekasihnya, maka setidaknya aku bisa menjadi saingan yang ingin ia kalahkan. Dengan begitu, maka Seulgi akan selalu mengingatku walau ia hanya menganggapku sebagai rival” ucap Taehyung getir, ia memegang dadanya yang terasa kosong dan hampa.
 
Melihat Taehyung lagi-lagi patah hati, Jimin menjadi semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Taehyung, apa jatuh cinta memang serumit itu?.
 
“Kau keterlaluan. Bagaimana bisa kau sejatuh ini hanya karena wanita, banyak yang lebih cantik dari Seulgi, kenapa harus bersikap seperti ini hanya karena yeoja yang menolakmu” ucap Jimin sarkastik, banyak yeoja cantik diluar sana yang mengantri untuk Taehyung, namun sekarang namja itu sama sekali tidak mau melirik mereka atau hanya sekedar menanggapi ajakan kencan dari yeoja-yeoja itu.
 
Taehyung mencoba mengulas senyum, ia memegang pundak Jimin dan menatapnya dalam.
 
“Kau akan mengerti saat merasakan cinta yang dalam seperti aku, aku menyukai semua yang ada pada Seulgi. Aku selalu ingin Seulgi menjadi ibu dari anak-anakku nanti”
 
“Melihatmu seperti ini, aku jadi tidak ingin jatuh cinta” balas Jimin sambil perlahan melepaskan tangan Taehyung di pundaknya. Ia ikut duduk di ranjang Taehyung memposisikan dirinya senyaman mungkin.
 
Taehyung menatap Jimin tanda bahwa ia tidak setuju dengan pemikiran sahabatnya itu.
 
“Jimin-ah, jatuh cinta lalu patah hati memang sangat menyakitkan, namun aku tidak menyesali semuanya, andaikan waktu berputar aku tetap ingin jatuh cinta lagi pada Seulgi. Dia telah mengajarkanku banyak hal soal kehidupan, aku selalu berada dibelakangnya melihat kerja kerasnya, dan rasanya menyakitkan melihat yeoja semuda itu bekerja keras. Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan Seulgi.”
 
Mendengar perkataan Taehyung, Jimin jadi semakin berpikir dalam, akankah mungkin saat ia menemukan cintanya, ia akan merasakan semua yang Taehyung rasakan saat ini?.
 
“Maafkan aku, aku selalu menasehatimu padahal aku tidak tahu apa yang kau rasakan, mianhae Taehyung-ah” ucap Jimin merasa bersalah, ia selalu bersikap seolah-olah apa yang Taehyung rasakan itu adalah hal sepele yang tidak perlu dipikirkan sampai sedalam ini, namun nyatanya ia berpikir seperti itu karena ia belum merasakan cinta yang sangat dalam seperti yang Taehyung rasakan.
 
Taehyung tersenyum, ia kira perasaanya jauh lebih baik saat Jimin mengunjungi rumahnya.
 
“Kau juga harus segera menemukan cintamu, jatuh cinta tidak buruk, jika cintamu terbalas maka dunia akan terasa sangat indah”
 
Jimin menghela nafas, ia memandang langit-langit kamar Taehyung dan tersenyum kecil.
 
“Kuharap aku segera menemukan seseorang yang bisa mengisi hatiku”
 
***
 
Semuanya semakin dekat, waktu kelulusan tinggal dua bulan lagi. Seluruh siswa sky high menjadi sibuk dengan pelajaran agar bisa diterima di universitas unggulan. Perpustakaan tiba-tiba menjadi seramai pasar malam, tidak ada yang pulang kurang dari jam tujuh malam. Tempat les penuh sesak dengan siswa-siswi yang mengantri agar bisa belajar. Dan para guru sibuk memberikan arahan pada siswa yang masih bingung dengan masa depannya.
 
Namun setidaknya Seulgi sudah menentukan kampus mana yang ingin ia masuki. Yang harus ia laukan adalah memanfaatkan peluang untuk mendapatkan beasiswa.
 
“Ujian penerimaan Universitas Harvard akan dilaksanakan sebulan lagi. Harvard memberikan kuota beasiswa untuk 100 orang bagi pelajar asal Korea Selatan. Jumlah siswa korea yang mengikuti ujian masuk universitas Harvard sekitar 10.000 siswa yang tersebar di seluruh negeri. Kau harus mendapatkan nilai yang memuaskan agar bisa menjadi 100 orang yang beruntung itu Seulgi-ya” ucap Yoona saat Seulgi berada di ruangannya. Seulgi adalah satu-satunya siswa Sky High yang akan melakukan ujian masuk di Universitas Harvard dan tentu sebagai kepala sekolah, ia akan membantu Seulgi semaksimal mungkin.
 
“Ne Gyojang-nim, saya akan berusaha dengan keras” balas Seulgi semangat.
 
“Jika kau gagal masuk Harvard, aku yakin SNU akan menerimamu” ucap Yoona mencoba menenangkan, nilai Seulgi selama ini sangatlah bagus jadi SNU pasti mau menerimanya.
 
Seulgi tersenyum kecil lalu menggeleng pelan
 
“Saya ingin masuk universitas terbaik di dunia, jika bukan Harvard maka saya akan mencoba ke Stanford atau ke Oxford”
 
Yoona tercengang, ia memandang Seulgi tajam, ia akan menguji Seulgi apakah ambisinya ini akan ia gunakan untuk melakukan kebaikan bagi pembangunan Korea atau bukan.
 
“Kau memang ambisius, kuharap jika kau berhasil diterima, kau bisa menggunakan ilmu yang kau dapat untuk pemangunan korea”
 
Seulgi tersenyum tak percaya, mengapa Yoona sangat naif soal hal itu. Tidak semua orang sukses adalah orang baik bukan?.
 
“Anda tidak mengenal saya dengan baik Gyojangnim, saya tidak sebaik itu. Saya ingin menghancurkan seseorang, maka dari itu saya harus lebih hebat dari orang itu” ucap Seulgi penuh tekad.
 
Yoona terkejut setengah mati mendengar jawaban Seulgi. Tentu saja hanya dia satu-satunya orang disekolah ini yang mengetahui latar belakang Seulgi. Ia masih mengingat saat anak berusia 12 tahun datang untuk mendaftar di SMP Seonil dengan membawa uang receh sebanyak 100 ribu won, anak itu begitu lusuh karena baru saja pulang bekerja mengantar susu kedelai ke rumah-rumah pelanggan. Yoona saat itu masih mengajar sebagai guru matematika di SMP Seonil, dan ia juga yang menawarkan beasiswa masuk ke Sky High saat Seulgi lulus SMP.
 
“Seulgi-ya, mengapa kau berpikiran seperti itu, siapa yang ingin kau hancurkan?”
 
“Ayah saya dan juga istrinya”
 
Yoona menggenggam tangan Seulgi erat berharap Seulgi mau mengubah pikirannya
 
“Kang Seulgi, kau masih menyimpan dendam itu?”
 
“Ne karena itu saya mengatakan kalau saya bukan orang baik, saya hidup dengan menyimpan dendam dan juga kebencian”
 
Yoona mengerti tak mudah bagi Seulgi untuk memaafkan ayah dan juga ibu tirinya. Ia membantu Seulgi menyembunyikan identitasnya agar orang-orang suruhan Kang Minhyuk tidak bisa menemukan keberadaannya, walaupun orang-orang suruhan itu memang tak pernah datang kemari.
 
“Saya rela mendapat hukuman setelah niat itu berhasil terlaksana, Hwadam akan hancur itu adalah tekad saya”
 
“Bahkan sebelum niat itu terlaksana, kau sudah menghukum dirimu sendiri bukan?” ucap Yoona tajam, meskipun ia tak mau ikut campur, namun melihat muridnya hancur, ia tidak bisa diam saja.
 
“Apa maksud anda Gyojangnim?” tanya Seulgi pura-pura tak mengerti.
 
“Kau menjauh dari cintamu” jawab Yoona langsung ke sasaran, Seulgi terkejut setengah mati karena Yoona bisa tahu hal seperti ini.
 
“Gyojangnim lucu sekali, siapa memangnya yang jatuh cinta”
 
Seulgi mencoba mengalihkan pembicaraan, namun ia sadar kalau semua itu sangatlah percuma. Mengelabuhi orang berpengalaman seperti Yoona terlihat seperti bersembunyi di balik kaca transparan.
 
“Jangan pura-pura tidak tahu, kau menolak cintamu karena kau merasa tak pantas untuknya, kau merasa tidak sebaik yang orang itu kira benar bukan?”
 
Seulgi tercengang, meskipun Yoona tidak menyebutkan siapa orang itu, namun Seulgi yakin jiga yang dimaksud Yoona adalah Taehyung.
 
“Gyojangnim, apa saya punya pilihan lain? Orang itu jatuh cinta pada saya karena mengira saya orang yang sangat baik, tanpa ia tahu kalau sebenarnya saya punya sisi gelap seperti ini. Saya hidup dengan kebencian yang menghunus didalam hati, saya hanya punya kemarahan dan juga dendam. Saya merasa tak pantas untuknya”
 
Pada akhirnya Seulgi mengakui semua yang ia rasakan, ia tak pernah meragukan perasaan Taehyung. Hidup selama ini dengan merasakan kebencian, membuatnya bisa tahu mana cinta dan mana bukan, mana yang tulus dan mana yang bukan. Ia terbiasa hidup di dunia dimana orang tidak suka berpura-pura, saat membenci orang maka mereka akan mengatakannya begitu pula saat menyukai orang.
 
“Apa kau tidak ingin bahagia?” tanya Yoona langsung ke sasaran, Seulgi yang mendengar hal itu tersenyum miris. Bahagia bukanlah tujuan hidupnya.
 
“Melihat Hwadam hancur adalah kebahagiaan untuk saya”
 
“Lalu setelah mereka hancur, apa kau akan tetap bahagia, apa kau bisa tertawa melihat keluargamu menderita?”
 
Memang apa peduli Seulgi? Apa Minhyuk dan Victoria juga berpikir rasional saat menyingkirkan anak kecil berusia 12 tahun dari rumah? Apa kata-kata tajam itu tidak mengena di hati anak kecil itu? Mereka berdua adalah orang dewasa yang tidak punya pikiran dan juga hati.
 
“Ne saya yakin bisa mengatasi semuanya. Mereka tega membuang anaknya sendiri hanya karena ambisi dan kejayaan. Maka saya akan menghancurkan mereka dengan cara yang sama”
 
Yoona tertegun, aura gelap Seulgi terasa memenuhi ruangannya ini. Sisi lain yeoja ini membuatnya merinding, ia tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan namun ia berharap Seulgi bisa hidup normal tanpa berlarut-larut dalam kebencian dan dendam.
 
***

My Love is You (VSeul)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang