Menatap Taehyung yang selalu termenung sendirian telah menjadi rutinitas harian Jimin. Sejujurnya Jimin sangat tidak suka melihat sahabat sekaligus kakak iparnya ini terus bersedih sejak ia menceritakan pertemuannya dengan Seulgi tempo hari. Namun Jimin sadar bahwa ini adalah hukuman untuk Taehyung yang terlalu mempertahankan prinsipnya.
Semua orang tahu Taehyung pria berprinsip, itulah yang membuat rekan bisnis maupun saingannya sangat segan. Namun bila menyangkut percintaan rasanya terlalu berlebihan jika Taehyung masih memegang prinsipnya itu, terlebih saat ia tahu kalau Seulgi sama sekali tidak bersalah untuk kandasnya hubungan mereka.
“Sampai kapan kau akan seperti itu?”
Taehyung tersenyum simpul lalu menatap Jimin dengan mata memincing. Membuat Jimin terheran-heran dengan maksud dari tatapan Taehyung itu.
“Kau penasaran Jimin-ah?” Taehyung memasang senyum menyebalkannya membuat Jimin berusaha menahan kesal sekuat tenaga.
“Katakan sejujurnya!, apa kau akan selalu seperti ini? Maksudku mungkin ini adalah kesempatan kedua untuk kalian. Tidak ada penghalang lagi untuk kalian bersama” ucap Jimin berapi-api, ia sudah tak tahan melihat drama menyedihkan diantara Taehyung dan Seulgi.
Mendengar hal itu, Taehyung hanya menghela nafas. Bisakah ia berharap Jimin memahaminya untuk kali ini?
“Berbicara memang selalu mudah Jimin-ah, tapi tindakan tidak semudah berbicara”
Jimin tak tahan lagi, ia mencengkram bahu Taehyung berusaha membuat pria itu sadar. “Kau akan melewatkan kesempatan ini? Hanya karena prinsip bodohmu itu?”
“Hati-hati kalau bicara, kuperingatkan kau Park Jimin!” Taehyung menepis tangan Jimin dari bahunya dengan kasar, ia tak menyukai sikap Jimin padanya barusan.
Jimin mengusap wajahnya frustasi, dengan cara apa lagi ia bisa membuat taehyung berhenti menyakiti dirinya sendiri. Ia benar-benar sudah tak tahu harus melakukan apa lagi.
“Apa kau rela kehilangan Seulgi lagi saat kutahu kau masih mencintainya?” tanya Jimin dengan ekpresi menahan emosi
“Cinta tidak sepenting itu sampai aku harus mengorbankan prinsip yang selama ini kupegang” jawab Taehyung santai seolah-olah hal ini bukanlah masalah besar.
“Kim Taehyung sadarlah, jika kau seperti ini kau bukan hanya menyakiti dirimu tapi juga Kang Seulgi”
Jimin tak lelah menasehati Taehyung walau sahabatnya itu sama sekali tidak mendengarkan kata-kata Jimin.
“Aku bisa mengerti kalau kau sangat peduli padaku, tapi Jimin-ah kumohon hargai keputusanku” pinta Taehyung dengan wajah datarnya. Sepertinya Taehyung juga sangat lelah dengan Jimin yang terus mendesaknya.
“Mwo? Menghargaimu? Kau tak sadar kalau kau adalah pria brengsek? Mengetahui Seulgi yang hidup kesulitan seperti itu, tapi kau sama sekali tak peduli padanya”
Taehyung tertegun kembali mengingat hal apa saja yang sudah dilalui oleh Seulgi. Ia memejamkan matanya berusaha mengeyahkan rasa perih yang memasuki hatinya.
“Terserah kau menilaiku bagaimana, aku akan hidup dengan caraku”
“Teruslah menjadi bodoh Kim Taehyung-ssi”
Jimin berkata dengan lirih namun syarat akan kekecewaan dan juga rasa marah. Taehyung sendiri bisa merasakan amarah Jimin padanya, bahkan Jimin memanggilnya Taehyung-ssi, seumur perteman mereka belum pernah Jimin memanggilnya begitu.
“Jimin-ah kau mau kemana?” Taehyung berusaha menghentikan Jimin yang hendak pergi meninggalkannya, namun Jimin sama sekali tidak menoleh pada Taehyung.
“Aku tak mau berdekatan dengan pria pengecut. Untuk pertama kalinya dalam pertemanan kita, aku merasa sangat kecewa padamu. Kurasa sekarang hubungan kita hanya sebatas kakak dan adik ipar saja. Aku hanya akan menganggapmu sebagai kakaknya istriku.” jawab Jimin dan ia langsung pergi meninggalkan Taehyung.
Sementara itu Taehyung hanya bisa terduduk syok mendengar kata-kata Jimin barusan. Apa ia telah kehilangan sahabat baiknya? Apakah itu benar?.
***
Taehyung berjalan dalam kesendirian menyusuri jalanan di dekat SMA nya dulu. Ia memandang bangunan Sky High School dengan perasaan campur aduk yang tak bisa ia tahan. Ketika kakinya mulai lelah, ia memutuskan untuk duduk di kursi taman milik sekolahnya. Sejujurnya Taehyung sedang mencoba untuk menghibur diri dari semua masalah yang menimpanya selama ini, dan entah ada angin apa sehingga ia memutuskan untuk mendatangi gedung sekolah ini.
“Taehyung-ah, apa yang kau lakukan disini?”
Taehyung terkejut dari lamunannya, ia memandang sosok wanita paruh baya yang tetap cantik di usianya itu, lalu berdiri dan memberi salam.
“Imo, kau mengejutkanku”
Yoona hanya terkekeh lalu duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Taehyung dan keponakannya ini ikut duduk disampingnya.
“Seharusnya aku yang terkejut, tiba-tiba kau datang kesini. salah satu guru tadi ada yang melihatmu lalu memberitahuku, tapi kenapa kau tidak masuk saja kedalam?”
“Aku hanya sedang menenangkan diriku Imo” jawab Taehyung dengan lesu.
“Apa ada masalah? Katakan padaku, mungkin aku bisa membantumu”
“Imo, ini soal Kang Seulgi”
Yoona terdiam, ia memang sudah mendnegar tentang gagalnya pernikahan Taehyung dan Seulgi dulu, dan entah mengaap Taehyung kembali membahas tentang Seulgi.
“Kenapa dengan Seulgi?”
Taehyung menceritakan semuanya pada Yoona tanpa satu pun yang terlewat dan Yoona mendengarkan semuanya dengan penuh perhatian. Setelah selesai menceritakan masalahnya pada Yoona, hati Taehyung langsung merasa sangat ringan. Ia tak lagi merasa frustasi seperti sebelumnya, mungkin karena Yoona tidak banyak menuntutnya, tidak seperti Jimin yang terus-terusan mendesaknya untuk kembali pada Seulgi.
“Taehyung-ah... kau tahu apa filosofi cinta sejati?” tanya Yoona penuh makna, membuat Taehyung berpikir keras dengan pertanyaan dari bibinya itu.
“Aku sering membaca di buku, tapi sampai sekarang aku tak mengerti akan arti cinta sejati yang sesungguhnya” jawab Taehyung miris, iya sangat miris karena di usianya sekarang ia bahkan tidak benar-benar tahu apa arti cinta yang sesungguhnya.
Yoona tersenyum mendengar jawaban Taehyung, benar-benar payah soal cinta.
“Tentu saja karena tidak semua orang tahu akan makna dari cinta sejati”
“Lalu apa filosofi itu Imo?” tanya Taehyung dengan penasaran.
“Tak peduli sejauh apa jarak memisahkan, tak peduli berbagai masalah atau rintangan yang menghadang akan datang. Seseorang yang menjadi cinta sejatimu, dia akan kembali padamu”
Mendengar hal itu Taehyung hanya terdiam kaku, apa cinta sejati memang seperti itu? Tapi kenapa kisah cintanya sama sekali tidak berjalan dengan baik.
“Kurasa itu hanya mitos” Taehyung menunduk pesimis, ia tak merasa filosofi cinta sejati berlaku pada kisah cintanya.
Yoona tersenyum simpul, anak ini benar-benar payah, itu yang dipikirkan Yoona melihat Taehyung yang gelisah karena cinta.
“Jika kau menganggapnya sebagai mitos, terserah padamu. Aku tidak menyalahkanmu, tapi Taehyung-ah coba pikir ini, mungkin saja kau sudah dekat dengan cinta sejatimu, tapi kau yang membuatnya berjalan berlawanan arah sehingga kalian tidak punya titik temu”
“Apa maksud Imo? Aku tidak suka kata-katamu barusan” Taehyung menampakkan wajah tak sukanya mendengar ucapan Yoona yang seakan menyindirnya habis-habisan.
“Taehyung-ah saat jarak diantara kalian sangat jauh, namun hatimu merasa dekat dengan orang itu, bisa jadi dia adalah cinta sejatimu. Bisa jadi dia juga memiliki perasaan yang sama denganmu, mungkin saja saat ini dia sedang menangis karena merindukanmu. Apa kau tidak memikirkan hal itu?” Yoona mencoba memberi pengertian pada Taehyung.
Mendengar wejangan Yoona, Taehyung hanya mampun menunduk tak berkutik, karena ia sadar disini ia memang yang terlihat paling jahat karena membiarkan Seulgi begitu saja tanpa niat untuk memeluknya kembali.
“Imo, aku tidak tahu harus bagaimana” Taehyung mengusap wajahnya frustasi.
Yoona mengusap bahu Taehyung memberinya kekuatan, ia mengerti sekali jika Taehyung memang sedang gundah karena cinta.
“Dua hati yang bicara tentang cinta terkadang bisa memberikan jalan keluar, namun pertama-tama turunkan dulu egomu Taehyung-ah”
Taehyung mengangkat wajahnya lalu menatap Yoona sendu “Apa aku memang sangat egois?”
“Kau tak salah, pria memang harus hidup dengan prinsip. Tapi Taehyung-ah, semuanya menjadi aneh dihadapan cinta. Kau tidak akan sempat memikirkan prinsipmu bahkan harga dirimu juga.”
“Sepertinya Imo memang benar”
“Kau sudah tahu apa yang harus dilakukan?” tanya Yoona penuh harap.
Taehyung menghela nafasnya, ia sudah punya tekad untuk mempertahankan prinsipnya, namun ia juga membutuhkan cinta untuk mengisi hatinya yang kosong.
“Imo cinta memang penting, tapi seorang pria yang mengorbankan prinsipnya demi cinta, dia tak lebih dari sekedar pria menyedihkan yang tidak berguna. Kurasa jika bisa mendapatkan keduanya, aku akan bisa hidup dengan tenang”
“Maksudmu? Kau akan mempertahankan prinsipmu tapi juga mendapatkan cintamu?” Yoona terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Taehyung, apa yang akan dilakukan Taehyung benar-benar membuatnya penasaran.
“Ya, jika dipikir-pikir prinsipku itu memiliki satu kelemahan dan aku akan memanfaatkan hal itu” Taehyung tersenyum simpul, lalu memandang langit dengan eskpresi berbeda, ia merasa lega sekarang.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/211426118-288-k504128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You (VSeul)
FanfictionSeikat bunga yang ditinggalkan membawa angin rindu dalam dekapan. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga soal hati. Dua hati yang berkelana untuk mencapai satu makna, satu rasa dan satu jiwa.