Matahari bersinar malu-malu menembus pekatnya awan di pagi yang biasanya cerah ini. Awan mendung tidak berhenti datang hingga rintiknya hujan turun membasahi jalanan kota Seoul yang ramai. Seulgi menatap rumahnya untuk terakhir kalinya, hari ini ia akan kembali ke California, meninggalkan sejuta kenangan indah tentang Seoul yang akan ia kenang sampai kapanpun juga.
“Jaga dirimu baik-baik, jangan lupa untuk berkunjung walau sekali”
Kang Minhyuk memberi pelukan untuk putrinya, ia merasa sangat sedih harus ditinggalkan oleh Seulgi.
“Aku tidak akan kembali Abeoji, jika abeoji rindu datanglah ke amerika untuk menemuiku” ucap Seulgi dengan wajah sedih yang tak bisa ia sembunyikan.
Sedangkan Daniel sudah menangis tersedu-sedu, baru saja ia bisa bersama dengan kakaknya dan kini Seulgi akan meninggalkannya lagi. Membuatnya harus kehilangan sosok kakak untuk kedua kalinya.
“Noona, aku akan sangat merindukanmu. Aku ingin ikut denganmu, tapi kuliahku tidak bisa kutinggalkan. Tunggu sampai aku lulus, aku akan datang menemuimu” Daniel menghambur ke pelukan Seulgi dan menangis kencang disana.
Melihat adiknya yang menangis, Seulgi hanya bisa menunduk dan mengusap kepala Daniel pelan berusaha membuatnya tenang.
“Kau harus tetap tinggal disini, kau akan jadi dokter yang hebat. Tetaplah tinggal dan jadi dokter untuk masyarakat korea, apa kau mengerti daniel-ah. Kau juga harus menjaga abeoji untukku”
“Mian aku terlalu egois” Daniel menghapus air matanya dan mencoba memaksakan senyuman.
Pandangan Kang Minhyuk beralih pada sosok pemuda yang berdiri di belakang putrinya, ia berjalan mendekati Sehun lalu menepuk bahunya pelan.
“Sehun-ah, tolong jaga putriku”
Sehun mengangguk, “Ne abeonim aku akan melakukannya”
“Kami akan datang saat kalian menikah” lanjut Minhyuk
“Terima kasih abeonim atas restunya”
Setelah acara perpisahan yang penuh haru, Seulgi dan Sehun akhirnya beranjak menuju bandara. Mereka akan menggunakan jet pribadi milik keluarga Sehun untuk penerbangan menuju california. Dalam perjalanan menuju bandara, Seulgi menyempatkan diri untuk mengirim pesan teks pada Sekretaris Shin.
‘Sudah kau kirim hadiahku?”
‘Ne, sajangnim, saya sudah mengirim hadiah anda ke rumah keluarga kim’
‘terima kasih Sekretaris Shin’
Seulgi memejamkan matanya berusaha mengusir berbagai macam perasaan yang tumbuh tak karuan didalam hatinya. Setidaknya hadiah darinya bisa menjadi kenangan untuk Taehyung dan Sooyoung.
“Kau baik-baik saja?”
Sehun yang duduk disebelah Seulgi memperhatikannya dengan khawatir.
“Aku hanya sedikit pusing, hatiku merasa berat meninggalkan Seoul” jawab Seulgi memaksakan senyuman, biar bagaimanapun ia tak mau melihat Sehun khawatir.
“Jika kau merasa rindu, kita bisa sering berkunjung ke Seoul” ucap Sehun berusaha menenangkan kekasihnya.
“Aniya, aku tidak mau kembali lagi kesini. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku di amerika”
Sehun terdiam, ia tahu namun memilih pura-pura tidak tahu. Ia tahu kalau Seulgi tidak pernah bisa melupakan Kim Taehyung, ia juga tahu kalau tidak ada tempat baginya di hati Seulgi. Tapi ia ingin menjadi egois, lagipula Taehyung akan segera menikah, pria itu tak akan lagi menjadi penghalang baginya untuk bahagia bersama Seulgi. Jadi apa lagi yang harus ia khawatirkan?.
Beberapa saat kemudian, pesawat pribadi milik keluarga oh terbang meninggalkan langit Korea. Membawa dua insan manusia menjalani kehidupan dan juga mimpi baru di amerika.
***
Enam tahun kemudian...
Jalanan yang ramai akan berbagai macam kendaraan, salju yang tak berhenti turun sejak semalam, serta udara dingin yang tak mampu dihindari walau mantel tebal berlapis sudah dikenakan. Itulah kondisi jalanan california saat ini, wanita muda berusaia tigapuluh tahunan terlihat berjalan santai diantara puluhan pejalan kaki menelusuri trotoar. Tangannya membawa dua kantong yang berisi berbagai macam sayur dan juga daging segar yang baru saja ia beli dari supermarket terdekat.
Langkah kakinya berjalan memasuki halaman sebuah rumah besar bergaya khas california, tipikal rumah orang kaya. Wanita itu adalah Kang Seulgi.
“Aku pulang!” Seulgi meletakkan belanjaannya di meja ruang makan, lalu menyusunnya di kulkas.
Gadis muda yang tak lain adalah pengurus rumah tangga keluarga ini, menghampiri Seulgi yang selesai menyusun berbagai bahan makanan di kulkas.
“Nyonya, anda belanja sendiri lagi? Anda tidak perlu melakukannya, biar saya saja yang belanja” gadis itu, Kim Yeri menegur Seulgi yang suka sekali melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga yang seharusnya dilakukan olehnya.
Seulgi hanya tersenyum melihat kecerewetan Yeri yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri itu.
“Aku sekalian jalan-jalan, tidak baik jika terus menggunakan mobil untuk beraktifitas. Ngomong-ngomong dimana Seojun?”
“Tuan muda sedang...” Yeri tidak melanjutkan kata-katanya karena takut Seulgi akan murka.
“Biar kurtebak, dia bermain game lagi?”
“Nyonya saya sudah melarang tuan muda, tapi dia tak mau mendengar”
Seulgi hanya menghela nafas, lalu berjalan memasuki kamar putranya. Ia tak bisa menahan geram saat melihat Seojun sedang asyik bermain game didepan layar monitor besar hingga tak menyadari kehadirannya. Tanpa basa-basi Seulgi segera mencabut kabel pc dan membuat layar monitor mati keketika.
Seojun terkejut melihat monitor komputernya mati, ia menengok kesamping dengan takut-takut. Dan betapa terkejutnya ketika ia melihat Seulgi berkacak pinggang dengan wajah penuh amarah.
“Kang Seojun, sudah kubilang jangan bermain game lagi. Nilaimu turun dan kau masih berpikir untuk bermain game? Kau sungguh keterlaluan”
Seulgi menjewer telinga Seojun membuat anak berusia enam tahun itu mengaduh meminta ampun pada ibunya.
“Sorry eomma, aku tidak akan mengulanginya lagi” Seojun menunduk meminta maaf, karena jika Seulgi marah benar-benar terlihat sangat menyeramkan.
“Bicara dalam bahasa korea, jangan berbicara bahasa inggris di rumah ini!” Seulgi membentak Seojun, ia tidak mau putranya menjadi terlalu bule dan melupakan negara asal mereka.
“Ne, Mianhe Eomma, kumohon ampuni aku”
Seulgi menghela nafas, ia menatap putranya masih dengan emosi yang belum padam.
“Sepertinya Eomma tidak punya pilihan lain, Seojun-ah kita akan pindah ke korea”
Seojun menatap Seulgi terkejut, apa-apaan ini kenapa tiba-tiba mau pindah?
“Korea? Eomma kenapa tiba-tiba? Semua temanku ada disini, aku tak mau pindah”
“Sistem pendidikan di Korea lebih ketat dan disiplin, kau tak akan punya waktu untuk bermain game. salahmu sendiri kenapa kau selalu melanggar larangan eomma, ini adalah satu-satunya cara agar kau bisa fokus pada pendidikanmu” jawab Seulgi dengan enteng. Memang pendidikan di Korea sangatlah disiplin, anak-anak tidak akan punya waktu untuk melakukan hal tidak berguna
“Tapi perusahaan eomma ada disini, kenapa kita harus meninggalkan semuanya?” Seojun masih protes, ia tidak senang dengan kenyataan kalau ia akan kehilangan semua yang ia punya di tempat ini.
“Eomma juga punya perusahaan di korea, eomma bisa mengaturnya. Jadi kau jangan mencari alasan lagi”
Seojun terdiam tak bisa membantah lagi, sebetulnya ia sedikit penasaran seperti apa kampung halaman ibunya. Namun ia sangat berat bila harus meninggalkan kehidupannya di california.
Seulgi sendiri juga tak punya pilihan lain, pergaulan california sangat tak cocok untuknya terlebih untuk Seojun. Ia ingin Seojun tumbuh tanpa melupakan budaya ketimuran yang baik dan santun. Memang satu-satunya cara hanyalah pindah ke Korea. Walau dulu ia tidak ingin kembali lagi ke korea, namun kini ia tidak punya pilihan lain.
Ternyata rindu memanglah sangat berat, dulu saat ia kuliah di harvard ia tidak merasa rindu seperti sekarang karena ia masih belum berbaikan dengan ayahnya. Namun kini setelah berbaikan, tentu ia merasakan rindu itu, rindu pada ayahnya dan juga pada Daniel.
“Apa Yeri Noona juga akan ikut?”
“Tentu saja, Yeri adalah pengasuhmu bukan?”
Seojun menatap Seulgi penuh makna, “Apa mungkin jika kita pindah, aku akan mendapatkan ayah baru?”
Seulgi terdiam, pertanyaan macam apa itu? Seojun tidak pernah menanyakan soal ayah atau hal semacamnya. Di amerika sangat umum seorang wanita memiliki putra walau tidak memiliki suami atau belum menikah. Tidak ada yang bertanya maupun peduli dengan semua itu.
“Mengapa kau bertanya?”
“Karena menurut buku yang kubaca, di Korea anak-anak akan menerima marga ayahnya. Aku memakai marga eomma di belakang namaku, tidak seperti teman-temanku yang memakai marga ayahnya, lagipula bukankah sistem sosial di Korea sangatlah ketat? Apa aku tidak akan diejek jika memakai marga ibuku?”
Apa-apaan ini? Mengapa bocah berusia enam tahun bisa mengerti hal seperti ini? Buku apa yang sebenarnya dibaca oleh Seojun?.
“Tidak ada yang akan mengejekmu, jika mereka berani maka eomma yang akan turun tangan, mengerti”
Seojun hanya menghela nafas dengan kecewa. Lalu ia berjalan keluar kamar, ia sangat kecewa pada Seulgi, Ia ingin memiliki ayah seperti anak lainnya, mengapa untuk hal ini Seulgi selalu menghindar?.
Sepeninggal Seojun, Seulgi hanya diam di dalam kamar putranya. Lalu matanya beralih menatap foto Sehun yang ia ambil dari laci nakas. Ia menghembuskan nafas yang tiba-tiba menjadi berat.
“Bagaimana kabarmu? Apa kau tenang disana?”
***
![](https://img.wattpad.com/cover/211426118-288-k504128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You (VSeul)
FanfictionSeikat bunga yang ditinggalkan membawa angin rindu dalam dekapan. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga soal hati. Dua hati yang berkelana untuk mencapai satu makna, satu rasa dan satu jiwa.