Surat itu selalu berada tak jauh dari tempat tidur Seulgi, surat yang selalu ingin ia berikan pada Taehyung, pada orang yang mengobati lukanya dua setengah tahun yang lalu. Namun waktu itu Seulgi tidak punya keberanian, ia selalu merasa dirinya bukan apa-apa dibandingkan dengan para wanita yang setia mengejar Kim Taehyung.
Besok adalah hari kelulusan, hari dimana ia tidak bisa datang kesana karena besok ia akan meninggalkan Korea guna menuntut ilmu di negeri yang jauh. Apa ia masih akan meninggalkan perasaanya disini sedangkan raganya berada di tempat lain?. apa ia akan membiarkan Taehyung hidup dengan patah hati berkepanjangan tanpa ada niat untuk menyembuhkan luka di hati pria yang dicintainya itu.
Apa mungkin Seulgi memang sangat egois, hati kecilnya memaksanya untuk menyampaikan surat itu, namun egonya berkata untuk jangan melakukan hal itu, hal yang hanya akan membuat semuanya menjadi semakin sulit.
“Apa yang harus aku lakukan? Apa mungkin aku harus menjadi pengecut yang menyakiti orang yang kucintai dengan begitu kejam?. apa ambisiku bisa mengalahkan rasa cinta yang selalu membara di dalam hatiku ini?. aku mencintainya, aku tidak mungkin salah dengan perasaanku sendiri, aku hanya merasa tak pantas menjadi pendamping hidupnya.”
Seulgi menangis mengenggam surat itu erat. Ia baru menyadari kalau Taehyung memanglah pria yang sangat baik, wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Taehyung tidak pernah merasa bahwa mereka telah dilukai oleh Taehyung. Mereka bahagia walau hanya merasakan hubungan sesaat, karena Taehyung selalu memperlakukan mereka dengan baik. Yang ada mereka malah merasa bersalah telah memaksakan hubungannya dengan Taehyung.
“Setidaknya sebelum aku pergi, aku harus memperjelas semuanya. Walau kami tidak bisa bersama, aku ingin dia tahu kalau aku juga mencintainya”
Perasaan yang Seulgi pertama kali rasakan pada awalnya terasa asing di dalam hatinya. Seulgi tidak tahu cinta itu seperti apa, selama ia hidup ia tidak biasa menerima perasaan yang disebut cinta. Mungkin hanya mendiang ibunya yang memberikan perasaan itu, namun ibunya telah tiada ketika usia Seulgi masih terlalu muda hingga ia belum merasa cukup mendapatkan cinta yang tulus dari Hwang Miyeon.
Ketika Taehyung memberikan cinta yang tulus padanya, Seulgi merasa sangat takut. Ia tidak berani menerima semua itu karena Seulgi sadar kalau dirinya bukanlah orang yang baik. Semua orang tidak tahu bagaimana dirinya, bagaimana kebencian yang ada dalam hatinya terus bergejolak meminta keadilan.
Seulgi bisa memaafkan kesalahan orang lain seperti yang Sooyoung lakukan padanya, namun ia tidak bisa memaafkan kesalahan besar Kang Minhyuk dan Victoria Song yang begitu tak manusiawi. Orang jahat harus mendapatkan balasan, dan satu-satunya cara untuk membuat Minhyuk meminta maaf padanya adalah dengan menghacurkan apa yang selalu Minhyuk kejar dan selalu ia banggakan selama ini, yaitu Hwadam.
Sejujurnya Seulgi sendiri tak yakin apakah ia benar-benar membenci ayahnya sendiri. Mudah saja, anak mana yang tidak kecewa saat orangtuanya mengabaikannya dengan begitu kejam. Namun seulgi tak mau ambil pusing dengan semua itu, karena ia yakin dengan tekadnya untuk menghancurkan Hwadam dan juga keluarga Kang.
Dan malam itu Seulgi telah membulatkan tekad untuk keluar dari persembunyian dan memulai apa yang seharusnya dimulai. Ia menulis surat untuk Kang Minhyuk dan malam itu juga ia datang ke rumah mewah yang sudah ia tinggalkan selama enam tahun, untuk menyampaikan surat itu.
“Ada yang bisa saya bantu nona?”
Petugas keamanan menghampiri Seulgi dan menatapnya aneh, tidak pernah ada gadis muda yang datang ke rumah ini pada malam hari seperti ini, terlebih penampilannya terlihat seperti orang miskin.
“Tuan Kang Minhyuk ada di rumah?” tanya Seulgi sambil memandang sekitar rumah yang terlihat sepi, hanya ada petugas keamanan yang sedang berjaga.
“Tuan belum pulang, beliau masih berada di kantor Hwadam, apa anda mempunyai keperluan dengan Tuan?” tanya penjaga dengan heran.
“Baguslah jika dia tidak ada, tolong berikan surat ini pada Tuan Kang saat dia sudah pulang, katakan jika seseorang bernama Kang Seulgi yang memberikan surat ini”
Penjaga keamanan menerima surat itu dengan bingung, ia merasa familiar dengan nama Kang Seulgi dan ia ingat dimana ia mendengar nama itu.
“Kang Seulgi, nama itu terasa tidak asing”
Seulgi tertawa sarkastik, ia yakin setelah kepergiannya dari rumah itu tidak ada yang akan menyebut namanya lagi, lebih tepatnya mereka berusaha menghapus nama Kang seulgi dalam hidup mereka.
“Siapa yang mau menyebutkan nama anak sial itu di rumah mewah ini”
“Bukan begitu nona, hanya saja terkadang saat Tuan Kang sedang sendiri, beliau akan termenung sambil menyebut nama Kang Seulgi, entahlah siapa Kang Seulgi itu”
Seulgi tertegun dengan fakta baru yang ia dengar, namun ia segera menepis perasaan itu jauh-jauh karena ia yakin tak mungkin Kang Minhyuk akan memikirkan dirinya
“Aku tidak butuh mendengar dongeng yang ahjussi ceritakan barusan, baiklah aku pergi. Jangan lupa untuk memberikan surat itu pada Tuan Kang, Arraseo”
Penjaga keamanan hanya melongo melihat Seulgi yang langsung pergi begitu saja. Gadis itu benar-benar aneh dan membuatnya bingung.
Dua jam kemudian, mobil yang membawa Kang Minhyuk tiba di rumah kediaman Kang. Ketika ia turun dari mobil, penjaga keamanan langsung berlari menghampiri Minhyuk dan memberikan surat yang Seulgi berikan padanya tadi.
“Maaf Tuan, dua jam lalu seorang gadis muda meminta saya untuk memberikan surat ini pada anda. Gadis itu bilang surat ini dari Kang Seulgi”
Minhyuk terkejut mendengar bahwa Seulgi memberikan surat padanya setelah enam tahun lamanya. Ia langsung menerima surat itu dan membawanya masuk kedalam rumah. Ia memilih ruang kerjanya untuk membaca surat itu, dibukanya surat itu dengan cepat, dan ia membacanya perlahan.
Tuan Kang Minhyuk Yang Terhormat
Saya sebetulnya tidak sudi menulis surat ini untuk anda, tapi saya kira saya harus menulis surat untuk memberitahu anda bahwa saya akan segera meninggalkan Korea untuk mengejar impian saya.
Saya ingin memperingatkan anda bahwa saat saya kembali suatu saat nanti, anda harus mempersiapkan diri dengan baik karena siapa tahu nantinya Hwadam hanya akan tinggal nama dalam sejarah. Anda pernah bilang bahwa saya adalah pembawa ketidakbahagiaan untuk anda, dan saya kira saya akan mewujudkan ketakutan anda dengan lebih kejam.
Sudah cukup basa-basinya, saya akhiri surat ini walau sebetulnya saya sangat malas untuk menulisnya.
Tertanda
Kang Seulgi
Minhyuk termenung setelah membaca surat dari Seulgi, ia terdiam bergelut dengan pikirannya sendiri. Entah apa yang ia pikirkan namun ia segera mengambil phonselnya dan mengetik sesuatu di aplikasi pesan.
‘Yoona, terima kasih untuk semuanya’
***
Hari kelulusan sudah tiba, upacara pelepasan siswa Sky High akan dilaksanakan satu jam lagi. Sebelum acara, para siswa junior saling berebut untuk bisa berfoto dengan sunbae yang mereka anggap tampan atau cantik. Ada yang memberikan bunga dan juga tanda kenangan agar para sunbae tidak melupakan mereka setelah lulus dari Sky High.
Berbeda dengan teman-temannya yang sangat antusias, Taehyung hanya duduk terdiam lesu tanpa niat menanggapi para hoobae yang heboh meminta foto dengannya. Taehyung memilih mengabaikan mereka dan fokus pada phonselnya.
“Kau tidak mau berfoto dengan yeoja-yeoja cantik itu? Sayang sekali ketampananmu jika tidak dimanfaatkan” sindir Jimin yang melihat Taehyung hanya berdiam diri didalam kelas sambil bermain phonsel dengan wajah malas-malasan.
Taehyung menghela nafas memilih mengabaikan ucapan Jimin yang menyebalkan di telinganya.
“Sudahlah Jimin-ah aku tidak mau meladeni mereka”
Jimin memandang Taehyung kasihan, entah kesalahan apa yang Taehyung lakukan sampai ia mendapatkan hukuman seperti ini. Sepertinya hidupnya hanya berputar soal Kang Seulgi saja.
“Seulgi tidak datang di upacara kelulusan ini, dia akan pergi ke amerika hari ini”
Taehyung menatap Jimin sebentar, lalu kembali fokus ke phonselnya.
“Aku sudah tahu”
“Kemarin dia melakukan perpisahan lebih awal dengan teman-teman, sayang sekali kau tidak ada”
Taehyung meletakkan phonselnya dan mulai sibuk dengan pikirannya sendiri, setiap kali seseorang membahas Seulgi, ia tidak bisa fokus pada apa yang sedang ia kerjakan
“Aku memang sengaja tidak datang ke sekolah kemarin” ucap Taehyung yang membuat Jimin menghela nafas.
“Kenapa kau menghindarinya?”
“Jika aku melihatnya, aku hanya tahu untuk menarik tangannya dan memeluknya erat, maka dari itu aku mencoba menahan diri” jawab Taehyung jujur, ia tak mau seulgi merasa tak nyaman padanya, karena itulah lebih baik ia yang menghindar.
Jimin menghela nafas lagi, ia memukul kepala Taehyung berusaha mengembalikan kenormalan Taehyung yang selama ini ia kenal.
“Dasar bucin, aku malu sebagai temanmu,”
Taehyung hanya tertawa saja mendengarnya, Jimin yang selalu ada untuknya membuatnya bersyukur memiliki teman sepertinya. Setidaknya ada seseorang yang bisa menghibur dirinya saat ia merasa sedang jatuh seperti ini.
“Aku tidak sabar untuk mengucapkan hal itu saat aku berada diposisimu” canda Taehyung. Selama ini selalu Jimin yang menjadi sandarannya saat ia patah hati, ia juga ingin melakukan hal yang sama untuk Jjmin, bukan berarti ia menginginkan Jimin merasakan patah hati juga.
“Aku tidak akan menjadi bucin sepertimu” ucap Jimin sarkastik, Taehyung hanya tertawa dikatai bucin oleh Jimin, ia tidak marah karena kenyataannya memang begitu.
“Manusia tidak ada yang tahu masa depan”
“Kau pun juga tidak tahu”
Canda tawa mereka behenti saat mereka melihat Sungjae memasuki kelas dengan wajah tegang tanpa senyum sama sekali, membuat mereka berdua terheran-heran.
“Ada apa Sungjae-ya? Wajahmu kenapa seperti itu”
“Taehyung-ah, aku sudah mencarimu kemana-mana, akhirnya aku menemukanmu. Aku hanya ingin memberikan surat ini padamu, dari Seulgi”
Taehyung terkejut setengah mati mendengarnya, ia segera mengambil surat dari tangan Sungjae dan membacanya dengan tergesa-gesa.
Seoul, 07 Maret 2017
Kim Taehyung-ssi, masih ingatkah kepadaku? Ah mana mungkin kau tidak ingat padaku sedangkan setiap hari namaku selalu masuk kedalam buku hitam kesayanganmu itu. Ya maaf saja, tapi aku tidak bisa tidak terlambat setiap paginya.
Sebetulnya aku tidak pernah berani menulis surat untukmu, ya karena aku juga tidak akan memberikan surat ini padamu, jadi aku akan menuliskan perasaanku tanpa takut tanpa canggung.
Kau bisa mengatai aku aneh, nyatanya aku memang aneh. Bisa-bisanya aku jatuh cinta padamu hanya karena kau telah mengobati lukaku tempo hari. Kau pria baik, pasti kau akan melakukan hal itu pada siapa saja, aku benci pada diriku sendiri yang merasa tersanjung dengan perlakuan manismu itu.
Tapi itu memang perasaanku sebenarnya, aku tidak berani bersaing dengan para wanita yang mengejarmu. Mereka punya banyak kelebihan dibandingkan aku, lagipula aku juga tidak berniat untuk menjadi kekasih sementaramu. Aku menginginkan hubungan yang serius, bukan hanya permainan belaka.
Sudahlah kenapa aku jadi terlihat bucin begini, mengapa juga aku menyebut ini sebagai surat. Padahal lebih cocok disebut sebagai diary bukan? Karena aku juga tak ada niat untuk mengirimkannya padamu.
Tapi andaikan saja, aku bilang andaikan surat ini sampai ditanganmu, saat itu aku pasti tidak ada dalam jangkauan matamu lagi. Karena aku memang tidak pernah berniat untuk menjalin hubungan denganmu, aku tidak bermimpi setinggi itu. Saat itu pasti aku sedang berada dalam kefrustasian yang tidak berujung sampai aku menjadi gila dan memberikan surat ini padamu.
Sudah ya, aku tidak tahu harus menulis apa lagi, andaikan kau membacanya, abaikan saja bila perlu kau robek saja surat ini. Jangan menemuiku lalu melabrakku karena berani mencintaimu, aku tidak mau dipermalukan. Jika kau melakukannya aku akan menghajarmu.
Tertanda
Kang Seulgi
Taehyung seperti disiram air es satu ember, kepalanya pusing dan dadanya berdegub dengan kencang. Entah ia harus senang atau sedih dengan kenyataan kalau Seulgi ternyata juga mencintainya. Ia merasa sangat bodoh karena tidak bisa melihat cinta Seulgi dibalik sikap dinginnya pada Taehyung.
“Sungjae-ya, dimana Seulgi?”
“Dia sudah pergi ke bandara, aku bertemu dengannya di halaman sekolah, dia memintaku memberikan surat ini padamu dan dia langsung pergi naik taksi” jawab Sungjae sedikit takut melihat eskpresi Taehyung yang seperti mayat hidup siap menyerang siapapun.
Taehyung kalap seperti orang gila, ia langsung berdiri dan berlari keluar kelas. Berniat menyusul Seulgi ke bandara incheon.
“Taehyung-ah, kau mau kemana? Upacaranya sebentar lagi”
Jimin berteriak dan juga ikut berlari menyusul Taehyung. Namun Taehyung tak peduli, ia hanya ingin bertemu dengan Seulgi dan memeluknya erat berharap bisa menyalurkan perasaannya pada yeoja yang sangat ia cintai.
“Kim Taehyung berhenti!”
Suara tegas dan karismatik itu berhasil menghentikan Taehyung, ia menoleh dan menatap wanita paruh baya itu dengan sendu.
“Imo” lirih Taehyung menatap adik sepupu ibunya dengan sendu berharap Yoona mau membiarkannya pergi
“Gyojangnim” Jimin memberi hormat pada Yoona. Mereka bertiga menjadi bahan tontonan di lapangan sekolah.
“Jangan pergi kemanapun, jangan pernah menyusul Kang Seulgi” ucap Yoona tegas seolah sudah tahu tujuan Taehyung
“Tapi Imo, aku ingin menyusulnya ke bandara” ucap Taehyung tak ingin dibantah. Mengapa semua orang tidak mengerti dengan perasaannya dengan rasa cintanya ini?.
Yoona menghela nafas dan memegang pundak Taehyung memberikan penjelasan padanya agar Taehyung bisa berpikir rasional.
“Apa kau tidak mengerti mengapa Seulgi memberikan surat itu? Dia memberikannya padamu bukan mengharapkan agar kau menyusulnya, ia hanya memberitahu perasaannya padamu, saat ini dia sedang berjuang mengejar mimpinya. Aku tidak mau perasaanmu menjadi penghalang bagi Seulgi”
“Imo kau tidak mengerti perasaanku, aku hancur dan terluka, Seulgi juga akan hancur jika aku membiarkannya seperti itu” Taehyung masih kukuh dengan pendiriaannya, kakinya seolah gatal ingin berlari menyusul Seulgi.
Yoona menghela nafas, susah sekali memberitahu Taehyung agar tetap tinggal. Sebetulnya ia sempat bertemu Seulgi tadi pagi, Seulgi menceritakan keinginannya untuk memberitahu perasaannya pada Taehyung, namun ia meminta Yoona untuk menahan Taehyung agar tidak menyusulnya. Karena Seulgi tidak berniat menjalin hubungan dengan Taehyung, ia hanya ingin menyampaikan perasaannya saja untuk mengurangi beban yang ada di pundaknya.
“Aku mengerti, sangat mengerti dengan perasaanmu. Tapi Seulgi mempunyai alasan mengapa ia menyembunyikan isi hatinya padamu selama ini, dan kumohon agar kau mau menghormati keputusannya”
“Tapi bagaimana jika Seulgi tidak mencintaiku lagi”
Ketakutan Taehyung adalah hal itu, jika Seulgi berhenti mencintainya dan menemukan cinta yang baru gara-gara Taehyung tidak selalu bersamanya.
“Taehyung-ah, Seulgi hidup dengan luka dalam hatinya. Itulah sebabnya mengapa dia menolakmu walau mencintaimu, jangan paksa dia untuk menerimamu. Biarkan dia menyembuhkan luka di dalam hatinya. Kuharap kau mau menunggunya, jika kau tiba-tiba datang padanya dia hanya akan terus lari darimu. Dia memberikan surat itu untuk memberitahu perasaanya, tapi bukan berarti dia mau menjalin hubungan denganmu”
Taehyung tertegun, seharusnya ia juga memikirkan Seulgi. Gadis itu punya rahasia besar dalam hidupnya, ia tidak boleh egois dan membuat posisi Seulgi serba sulit.
“Sampai kapan aku harus menunggunya?” tanya Taehyung hampa.
“Sampai dia datang sendiri padamu, saat itulah dia sudah mulai memaafkan masa lalunya sendiri, dan mau memulai hidup baru bersamamu” jawab Yoona sambil tersenyum dan mengelus kepala Taehyung dengan sayang.
“Aku akan menunggunya Imo, sampai kapanpun aku pasti akan menunggunya”
Yoona dan Jimin tersenyum lega karena Taehyung kini sudah mulai kembali ceria. Yoona terdiam dan berpikir apakah ia harus menyampaikan kisah hidup Seulgi pada Taehyung atau tidak, ia pasti akan menceritakannya, namun ia sadar sekarang bukanlah waktu yang tepat.
***Akhirnya Rachel bisa update part baru hari ini. Jangan lupa baca cerita Vseul karya rachel yang terbaru Tomorrow Better than Yesterday. Oke sampai jumpa di part selanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/211426118-288-k504128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You (VSeul)
Fiksi PenggemarSeikat bunga yang ditinggalkan membawa angin rindu dalam dekapan. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga soal hati. Dua hati yang berkelana untuk mencapai satu makna, satu rasa dan satu jiwa.