Tiga hari sudah berlalu semenjak kepulangan Seulgi ke Korea, namun tak banyak hal yang ia lakukan karena memang ia akan mulai bekerja minggu depan. Ia juga tidak banyak menghabiskan waktu dengan Sehun karena jadwal operasi Sehun yang terlalu padat dan panggilan darurat dari pasien yang selalu berdering tak kenal waktu.
Sore ini ia berniat menghabiskan waktu berjalan-jalan menikmati pemandangan Sungai Han yang legendaris, tentu saja para pengawal tidak ia ikut sertakan, Seulgi masih percaya diri dengan kemampuan bela dirinya yang sudah sabuk hitam. Ia bahkan menyetir sendiri menuju Sungai han, berharap bisa menenangkan diri dikala hatinya tiba-tiba merasa gelisah atau hampa.
Beruntunglah, karena sekarang adalah hari kerja, waktu dimana tak banyak orang yang berekreasi sehingga Seulgi punya banyak ruang untuk menikmati sepi.
Ia duduk beralaskan rumput yang terawat dengan rapi, merenung dan mencoba menenangkan diri. Entah meskipun ia sudah memiliki segalanya, Seulgi masih merasa hampa dan kosong. Ia merasa hidupnya jauh lebih bahagia saat dulu, saat dimana ia bekerja keras untuk mencari sesuap nasi. Karena saat itu, indranya masih bisa menjangkau seseorang yang melingkupi hati dan pikirannya selama ini.
Pecundang, berulang kali Seulgi menghina dirinya sendiri. Mengapa ia begitu serakah? Apa Sehun tidak cukup baik untuk menjadi seseorang yang pantas mengisi hatinya? Apa cinta itu begitu penting sampai dirinya begitu haus dan lapar akan luapan asmara yang meletup-letup? Seperti dulu, seperti saat ia merasakan perasaan itu pada seseorang yang begitu jauh untuk ia jangkau.
Tidak!, ia tidak mau jatuh lagi kerena cinta, ia menyesali keputusannya yang berani mengungkapkan perasaannya kala itu. Andai ia bisa menahan semuanya, maka tentu akan mudah, hatinya tidak perlu merasa terikat pada orang itu, walaupun tidak ada hubungan apapun diantara mereka.
“Seorang wanita tak seharusnya sendirian di tempat ini”
Kala indranya mendengar suara karismatik yang tak terlupakan itu, hatinya berdebar kencang. Seulgi menoleh dan tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat ia melihat Taehyung didepan mata kepalanya sendiri. Apa ini nyata? Apa ini bukan ilusinya semata?.
“Kim Taehyung?”
“Anyeong, Kang Seulgi-ssi”
Mata Seulgi memanas menahan letupan kembang api yang siap meledak dalam dadanya. Ini ilusi yang terlalu nyata, sebelum Seulgi menyadari jika ini semua memang nyata.
“Kau, bagaimana bisa ada disini?” tanya Seulgi masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Kim Taehyung yang selama sepuluh tahun tak pernah ia lihat, kini ada didepannya.
“Kau percaya bahwa ini hanya kebetulan?”
Taehyung tersenyum kecil, teka-teki aneh yang seharusnya Seulgi sudah tahu jawabannya. Mana mungkin ini kebetulan, jelas sekali Taehyung mengikutinya dari tadi.
“Kau mengikutiku?”
Suara Seulgi meninggi tanda bahwa ia tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh taehyung
“Kenapa memangnya apa tidak boleh?” ucap Taehyung santai.
Seulgi mengeram marah. Taehyung brengsek, sikapnya itu akan membuat Seulgi jadi semakin sulit untuk melupakannya.
“Kim Taehyung-ssi, kumohon jangan melewati batas. Apa wajar seorang pria mengikuti wanita yang tidak ada hubungan apapun dengannya?”
Taehyung tertawa tak percaya, apa memang seperti itu dirinya dimata Seulgi? Seseorang yang tidak memiliki ikatan apapun dengannya?
“Menurutmu begitu? Bagiku kita sudah terikat sejak sepuluh tahun yang lalu” ucap Taehyung dengan tatapan tajam yang mampu membuat Seulgi tak berkutik.
“Kau brengsek, apa cincin di jari manisku tak cukup untuk menjelaskan semuanya? Tak sepatutnya kau bersikap seperti itu padaku”
Seulgi membuat pertahanan diri, ia menunjukkan jari manisnya yang terpasang cincin berlian tanda bahwa ia sudah bertunangan dan tidak ada kesempatan bagi Taehyung untuk mendekatinya.
“Oh ya? Apa ikatan yang terpasang di jarimu lebih hebat dari ikatan yang sudah terpasang di hati kita?” tanya Taehyung terkesan menantang.
Seulgi tak percaya kalau Taehyung senekat itu. Bagaimana mungkin playboy dengan reputasi seperti Taehyung nekat menggoda yeoja yang sudah bertunangan.
“Hati kita? Apa menurutmu semuanya masih sama?” tantang Seulgi, ia mencoba menekan perasaannya sekuat tenaga untuk membuat Taehyung sadar bahwa mereka sudah tak memiliki kesempatan lagi untuk bersama.
“Menurutmu tidak?” Taehyung balik bertanya, membuat Seulgi semakin marah dibuatnya.
“Tidak! Bagiku kau hanyalah cinta monyet saat SMA tak lebih dan tak kurang, tunanganku adalah cinta sejati yang akan menemaniku sampai hari tua”
Taehyung sedikit terkejut dengan jawaban Seulgi, namun ia kembali meyakinkan dirinya sendiri bahwa hati Kang Seulgi hanyalah miliknya, bukan milik Oh Sehun atau pria lainnya.
“Aku tak yakin akan hal itu, Kang Seulgi. Kau tahu mudah bagi orang mengucapkan apa yang bertolak belakang dengan isi hatinya” ucap Taehyung sedikit meremehkan.
Seulgi naik pitam, berani sekali Taehyung meragukan apa yang ia katakan. Walaupun saat ini ia memang tidak berkata jujur, namun tak sepantasnya Taehyung bersikap arogan seperti itu.
“Menurutmu aku sedang membual?” tanya Seulgi menaikkan intonasinya, ia merasa kesal pada Taehyung karena tak mengindahkan ucapannya untuk menjauh.
“Tidak tapi kau sedang tak jujur dengan hatimu” jawab Taehyung terkesan santai. Wajah tampannya semakin tampan tersorot cahaya senja kekuningan yang menawan.
“Apa yang membuatmu yakin kalau aku sedang tak jujur?”
Taehyung tersenyum kecil, ia meraih tangan Seulgi dan meletakkan didada Taehyung. Gadis itu bisa merasakan degub jantung Taehyung yang begitu cepat, membuatnya terperangah tak percaya. Kemudian Taehyung meletak tangan Seulgi di dada yeoja itu, memintanya untuk merasakan detak jantungnya sendiri. Seulgi bisa merasakan bagaimana jantungnya berdetak tak karuan membuat wajahnya memerah karena malu.
“Kau sudah dapat jawabannya?” Taehyung sedikit menggoda Seulgi, walaupun tak dapat ia pungikiri ia merasa senang karena Seulgi masih merespon dengan detak jantungnya itu.
“Itu semua bukan jawaban”
“Kau ingin jawaban yang lain?” Taehyung mendekati seulgi seolah-olah ingin menciumnya membuat Seulgi terkejut dan ketakutan setengah mati.
“Kau gila, jangan mendekat padaku”
Seulgi mendorong Taehyung dan langsung berdiri ingin pergi dari sana, tak kuat lagi mendapati sikap Taehyung yang agresif dan tak tahu aturan.
“Kau tidak bisa lari dariku Kang Seulgi”
Taehyung mencekal pergelangan tangan Seulgi, menahannya agar tidak bisa leri darinya.
“Berapa kali harus kubilang kalau aku sudah bertunangan” Seulgi berteriak agak keras, berusaha melepaskan tangan Taehyung yang mencekal pergelangan tangannya.
Taehyung menatap Seulgi dengan tajam, mencoba memberitahu bahwa ia tidak sedang bermain-main dengan ucapannya.
“Aku tidak peduli, jangankan bertunangan, bahkan meskipun kau sudah menikah aku tetap tak akan mundur untuk mendapatkanmu. Aku akan mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku”
Mendengar ucapan Taehyung barusan, membuat sekujur tubuh Seulgi merinding ketakutan. Ia melihat sisi Taehyung yang berbeda, dan ia tidak menyukainya sama sekali.
“Bajingan gila!” umpat Seulgi tepat dimuka Taehyung.
“Terserah kau mau menyebutku apa, aku memang brengsek. Kau pikir sepuluh tahun ini mudah bagiku? Aku hidup dengan tetap mengingatmu, rasanya nyeri ketika aku menahan diri untuk menemuimu karena aku tak mau menghalangi impianmu. Dan saat kau kembali kau justru bertunangan dengan orang lain, kau kira aku akan membiarkan semuanya?”
Taehyung meluapkan semua emosi yang selama ini ia tahan, bagaimana hidupnya terasa hampa dan kosong karena kekurangan satu cinta dari wanita didepannya ini.
Seulgi menangis mendengar curahan hati Taehyung, ia merasa sangat jahat dan kejam. Membiarkan Taehyung hidup seperti itu, tapi ia memang tidak pernah menjanjikan suatu hubungan dengan Taehyung. Ia tidak pernah menjalin hubungan dengan namja itu.
“Taehyung kumohon jangan begini, kau kira hanya kau yang merasa sulit? Aku juga menjalani hidup yang tak mudah. Saat di amerika aku tidak baik-baik saja tapi Sehun Oppa selalu ada untukku, membuatku merasakan indahnya memiliki keluarga. Bagaimana bisa aku menghianatinya dan hidup bersamamu?”
Melihat Seulgi yang begitu rapuh dan terluka tak ayal membuat Taehyung goyah. Ia memang tidak bisa melihat Seulgi bersama pria lain, namun ia lebih tak bisa melihat wanita yang ia cintai menangis seperti ini.
“Lalu bagaimana denganku? Orang yang mencintaimu selama tiga belas tahun? Apa kau memikirkan perasaanku?” tanya Taehyung lirih. Suaranya sarat akan luka dan penderitaan, berharap Seulgi mau memikirkannya sekali saja.
“Aku gadis yang jahat, kumohon kau carilah gadis lain yang lebih baik dariku”ucap Seulgi masih tak bisa menghentikan air matanya.
“Jika aku mencari yang baik, aku pasti sudah dari dulu mendapatkannya. Aku mencintai gadis jahat didepanku ini, lalu aku harus bagaimana?” ucap Taehyung dengan ekspresi terluka yang tidak bisa ia sembunyikan.
Seulgi memejamkan matanya tak mampu menatap mata Taehyung yang seakan mengiris jantungnya.
“Lupakan semuanya, aku sudah melupakanmu dan kau juga harus begitu”
Taehyung tertegun medengar ucapan Seulgi barusan, melupakannya? Semudah itu?. itu semua tidak benar bukan?
“Jangan pernah menyesali ucapanmu barusan Kang Seulgi” ucap Taehyung tajam, seakan memberi peringatan agar Seulgi berhenti mengucapkan hal yang tidak ingin ia dengar.
“Jika aku menyesal, maka akan lebih baik bukan? Itu artinya kau akhirnya bersama dengan wanita yang tepat”
Hening, Taehyung semakin terluka mendengar ucapan Seulgi barusan. Wanita tepat seperti apa yang Seulgi maksud? Apa selama ini Seulgi kira Taehyung tidak memilih wanita yang tepat? Apa Seulgi bukan wanita yang tepat untuknya? Apa Seulgi kira perasaannya hanyalah permainan belaka?
“Pergilah, aku tak akan menahanmu, mulai sekarang aku akan melupakan semuanya. Aku hanya akan menganggapmu sebagai orang yang pernah menjadi teman sekelasku, tidak lebih dari itu. Semoga kau puas”
Taehyung tak mampu menahan rasa kecewanya. Sepuluh tahun penantiannya akhirnya berakhir sia-sia, ia tak mau melihat Seulgi lagi, wanita yang sudah memupuskan harapannya untuk jatuh cinta.
“Terima kasih Taehyung-ssi, jalani hidupmu dengan baik” ucap Seulgi sambil menyeka air matanya.
Seharusnya ia merasa lega bukan? Namun entah mengapa Seulgi justru merasa sangat sakit dan terluka.
“Apa aku bisa? Jangan mengharapkan hal yang tidak mungkin”
Taehyung menghempaskan tangan Seulgi, lalu berbalik meninggalkan yeoja itu. Amarah dan rasa kecewa bercampur aduk menjadi satu membuatnya tak mampu lagi mempertahankan harga dirinya sebagai lelaki, ia menangis dengan membelakangi Seulgi.
‘Mianhae Taehyung-ah, ini hukuman untukku. Aku yang serakah dan tamak ini, tidak boleh bahagia. Aku harus menerima hukuman dengan kehilangan orang yang kucintai’
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love is You (VSeul)
FanfictionSeikat bunga yang ditinggalkan membawa angin rindu dalam dekapan. Ini bukan hanya soal cinta, tapi juga soal hati. Dua hati yang berkelana untuk mencapai satu makna, satu rasa dan satu jiwa.