Part XVI [Hancur]

2.1K 147 2
                                    

***
    "Gue tau lo temen kampusnya Prilly kan?" Ali memberikan senyum tipisnya seraya melepas jabatan tangan dengan Demian.

    Sementara Prilly menghela nafas lega, ia kira Ali tau siapa Demian ini sebenarnya dan akan mengamuk di sini.
     Dan Ali sangat dengan jelas melihat rasa takut yang dirasakan istrinya itu.

***
    Sejak sepuluh menit yang lalu Ali masih setia memandangi istrinya yang sedang menyisir rambut di depan meja riasnya. Hati dan pikirannya bertentangan, ingin membahas apa yang sudah diketahuinya namun takut kalau nanti ia tidak bisa mengontrol emosinya.

    "Hubby aku udah cantik belum?" Prilly menghampiri suaminya yang sedang bersandar pada kepala ranjang dengan senyum imutnya.

    Tak menjawab pertanyaan Prilly, Ali malah menatap perempuan ini lekat tanpa berkedip "Kalung kamu bagus"

    "Ha?" Prilly gelagapan memegangi kalung emas yang melingkar di lehernya, itu pemberian Demian "Aaa ini pemberian temen waktu aku ulang tahun"

    Ali mangut-mangut "Gitu yah? Siapa?"

    "Ada temen kampus"

    "Aku minta kejujuran kamu"

    Rasanya seperti gugup seketika, bingung harus seperti apa menghadapi situasi ini, ada yang berbeda dari tatapan teduh Ali.

    "Aku mau kamu jawab jujur siapa yang kasih kalung itu dan siapa Demian?"

    Deg.

    Jantungnya seakan berhenti memompa cairan darah merah dalam tubuhnya, pertanyaan yang ia dengar dengan nada dingin barusan membuatnya seakan kembali menghadapi situasi mematikan seperti dua tahun lalu.

    "Demian yang kasih, dia temen kampus aku" sebisa mungkin Prilly menetralkan suaranya, dia juga sadar bahwa mungkin suaminya sudah sedikit tahu tentang hubungan gelapnya, ditambah dengan reaksinya ini akan membuat Ali semakin tahu.

     Ali terdiam.

    "Prilly"

     Dengan gerakan lambat yang dipanggil menatap, mendapati sorotan mata yang sangat jauh berbeda. Rasanya ini bukan suaminya meski sosok itu sangat mirip dengan Ali, dan memang adalah Ali.

    "Aku sudah mengetahui semuanya"

     Ingin rasanya dia lenyap sekarang juga dari bumi ini, tidak pernah disangkanya semua akan seperti ini, Ali akan tau semuanya, harusnya dia sudah mengakhiri hubungan itu sejak awal atau bahkan tidak pernah menjalin hubungan itu sama sekali, bodoh. Dia merutuki dirinya sendiri.

     "Tapi aku minta kejujuran kamu sebagai istri. Aku ingin mendengarnya dari mulut kamu"

    "Aaa... Aku aku enggak sanggup jawab" Prilly menutup matanya dan menunduk, perasaannya campur aduk antara takut dan sedih.
    Prilly menunggu apa yang akan dikatakan Ali selanjutnya namun sudah hampir lima menit pria itu belum juga bersuara. Dengan perlahan Prilly mengalihkan pandangannya untuk menatap sang suami, hatinya teriris melihat Ali yang masih pada posisi semula namun dengan mata berkaca-kaca sedang menatapnya.

    "Apa aku kurang mampu kasih kamu kebahagiaan? Apa cinta yang aku kasih kurang cukup buat kamu?"

    Bibir ranumnya seakan keluh untuk berucap, air-mata dengan sendirinya turun dari sudut matanya. Kenapa Ali berpikiran seperti itu?

SURGA DINI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang