Part XX [Hanya Harapan]

2.5K 139 1
                                    

***
    "Itu bagus Prilly, kakamu Emily sedang menyiapkan pernikahannya dan sekarang kamu sudah hamil. Berarti aku dan mama kalian tidak akan berebutan cucu hehehe" kali ini wajah Calistro tidak lagi garang seperti biasanya, lelaki ini memberikan tawa bahagia setelah mendengar kalau putri bungsunya tengah mengandung.

    "Ya kalau gitu papa biarin Prilly pulang ke rumah Ali dong pa, kan dia suami Prilly" tak sama seperti Calistro, Prilly malah memasang wajah cemberutnya.

    "Oh kalau untuk itu tidak bisa sayang, kamu masih bisa membesarkan anakmu sendiri, kan masih ada kami"

    Prilly kembali kecewa dengan jawaban ayahnya "Tapi pa, anak ini butuh sosok seorang ayah dan itu adalah Ali. Prilly enggak mau anak ini lahir tanpa seorang ayah"

    "Kamu dan pria itu menikah secara sah, sangat jelas kalau ayah anakmu adalah pria itu. Apalagi? Dunia tahu itu"

    Prilly berdiri menatap ayahnya dengan mata memerah, ia sangat kecewa, ia kira dengan kehamilannya ini bisa meluluhkan hati sang ayah tapi ternyata tidak "Bukan hanya pengakuan pa, tapi kehadiran dan kasih sayang yang nyata lah yang anak ini butuhkan"

    Semua orang yang melihat itu hanya diam meskipun sebenarnya ada beberapa dari mereka yang kontra dengan majikan mereka Calistro. Tapi siapa yang berani melawan lelaki itu selain wanita-wanita di keluarganya?
.
.
.
     Sepasang bola mata hazel itu memandang lekat gambar diri dua orang insan yang tengah berbahagia, melihat kebahagiaan yang tersirat lewat gambar itu seakan mengantarkan kesedihan baginya.

    "Ali kamu ke mana? Kenapa kamu enggak nyariin aku? Hiks hiks kenapa kamu enggak datang ke rumah papa buat jemput aku? Hiks hiks" Prilly duduk di tepi kasurnya sambil memeluk tubuhnya dan menangis.

    Ayahnya begitu tega dan sekarang pria yang selalu berjuang untuknya entah ke mana. Apa Ali sudah tidak mau berjuang lagi? Apa memang dia sudah tidak pantas lagi untuk diperjuangkan?

    "Ka, andai lo di sini pasti lo udah nolong gue ka, gue butuh lo" dengan berlinang air-mata Prilly menatap gambar dirinya bersama Helena yang berada di atas nakas, perempuan itu bahkan tidak ada kabar oh bukan tapi dia yang tidak memegang satu gadgetpun.

***
    "Woe Tin lu milih sayur tuh yang beneran dikit"

    "Eh lu jangan manggil gue Tin dong, kan lo yang Titon" pria ini diam sesaat "Oh ya gue yang Tin, lo yang Ton yah"

    Wanita paruh baya ini memperhatikan perdebatan lucu dua pria tampan di sampingnya, mereka tampan tapi juga lucu. Wanita yang bernama Lina ini sesekali tertawa.

    "Eh coba aja si Kingston ikut, pasti grup trio kita lengkap nih hehehe"

    Kingston.

    Lina mempertajam pendengarannya ketika mendengar nama itu, nama yang sangat familiar baginya.

    "Itu mau lu aja gesrek. Kingston sibuk"

    Lina meraih belanjaannya dan melangkah cepat mengejar kedua pria yang sudah melangkah pergi "Nak nak nak tunggu"

    Mereka yang tak lain adalah Titon dan Martin pun berhenti dan saling tatap ketika melihat wanita paruh baya itu menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.

    "Eh Ton lu nyopet emak-emak itu yah?"

    "Gila lu. Gue enggak serendah itu kali" keduanya menatap wanita ini dengan penuh tanda tanya.

    "Ma'af, saya Lina. Saya mau tanya soal Kingston yang nak berdua bicarakan tadi"

    Mereka sama-sama mengangkat sebelah alis, ck mereka memang kompak.

SURGA DINI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang