Part XIX [Hamil]

3K 168 1
                                    

***
    Berbekal alamat yang ia dapat dari sahabatnya Ferro, Prilly memantapkan niatnya malam ini, diliriknya jam dinding yang menunjukan pukul sebelas malam. Ini adalah sa'at yang tepat untuk pergi ke tempat seperti itu.
    Dengan diantar supir Prilly pun menuju tempat yang ia yakini akan menemukan suaminya di sana.

***
    Kingston memperhatikan dengan santai pengunjung di clubnya, setiap malam selalu ramai bahkan jumlahnya meningkat, orang-orang sekarang lebih menyukai dunia malam dibanding kebalikannya.

    "Tuan bukankah itu istri anda?"

    Kingston mengikuti arah tunjuk Robert ke lantai dasar dimana terdapat dance floor yang sangat luas. Ia mempertajam pengelihatannya dan tatapannya berubah tajam ketika ia mengenali perempuan yang sedang dikerumuni para pria hidung belang.

    "Brengsek. Siapa yang berani menganggu istriku di tempatku sendiri?" Tangannya dikepal kuat, dengan langkah lebar ia mulai berjalan menuruni anak tangga namun ditahan oleh Robert.

    "Biar saya yang selesaikan tuan" Robert tahu betul kalau sampai bosnya ini yang turun tangan maka situasinya akan jauh lebih buruk. Robert juga tahu meskipun ada permasalahan antara bos dan istrinya namun Kingston selalu menyuruh orang memperlakukan Prilly dengan baik dan terus mengawasi perempuan itu kemanapun ia pergi. Robert kenal siapa putra Arnold Junior ini, meskipun notabennya playboy atau suka main perempuan tapi ia tidak pernah main-main dengan yang namanya pernikahan.

    Meskipun melihat Robert telah berhasil mengamankan Prilly namun entah mengapa tangan pria itu tetap mengepal seperti emosinya malah semakin bertambah.
    Tanpa pikir panjang lagi pria itu melangkah cepat menuruni anak tangga menuju dance floor dimana terdapat Prilly, Robert dan beberapa anak buahnya di sana.

    Pria itu menarik kasar pergelangan tangan Prilly tanpa perduli perempuan itu mengatakan kalau ia kesakitan. Pria yang pastinya adalah Ali itu membawa Prilly menaiki anak tangga agar bisa menjauh dari dentuman lagu yang keras itu.

    "Untuk apa kamu ke sini ha? Ini bukan tempatmu" Ali melepas genggamannya pada pergelangan tangan Prilly, wajah pria itu terlihat jelas kalau dia sedang emosi.

    "Kamu enggak pulang makanya aku nyariin kamu" suara Prilly bergetar karena tak biasa mendengar nada keras dari Ali.

    "Aku bukan anak kecil yang harus dicari, sekarang kamu pulang!"

    Prilly menatap Ali lekat dengan air-mata yang membendung kuat di pelupuk matanya "Aku mau ketemu kamu, aku enggak mau pulang tanpa kamu. Aku mau memperbaiki semuanya tolong kasih aku kesempatan, jangan diami aku kayak gini, aku mau kita kayak dulu" dan perlahan air-mata itu menetes deras membasahi pipi chubbynya.

    Ali mengalihkan pandangannya "Aku enggak bisa kayak dulu lagi, aku terlanjur kecewa"

    "Ya aku tahu dan semua itu gara-gara kesalahan aku, maka dari itu aku mohon kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Aku bakal jadi yang lebih baik cuma buat kamu"

    Ali diam tanpa mengucapkan apapun lagi, pandangannya ia alihkan agar tak menatap wajah tangis Prilly karena bisa saja dengan melihat wajah sedih itu akan meluluhkan hatinya yang marah.

    Merasa takkan ada jawaban Prilly pun nekat mengambil keputusan, ia menghapus sisa-sisa air-matanya dengan kasar "Ok kalau kamu enggak mau kasih aku kesempatan maka aku akan pergi dari kehidupan kamu selama-lamanya dan berjanji kamu tidak akan bisa menemukan aku lagi. Sekarang jalan lindungi aku, biarin aja aku disentuh sama pria-pria hidung belang itu, biarin aja aku jadi mainan mereka" tak perduli dengan wajah Ali yang memerah Prilly pergi begitu saja meninggalkan Ali.

SURGA DINI [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang